Rupiah Salip Dolar AS dan Jadi Terbaik Keempat di Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
18 September 2018 16:40

Awalnya, dolar AS begitu perkasa di Asia termasuk di hadapan rupiah. Hal ini didorong oleh kenaikan tensi perang dagang AS vs China.
Presiden AS Donald Trump pagi tadi waktu Indonesia mengumumkan bea masuk baru sebesar 10% terhadap ribuan produk made in China. Nilai impor produk-produk tersebut mencapai US$ 200 miliar. Pada akhir tahun, tarif bea masuk ini bakal naik menjadi 25%.
Sejak pagi hari investor dibuat panik. Maklum, pelaku pasar mencemaskan China akan membalas dengan lebih kejam.
Sebelumnya, dikabarkan bahwa China tidak hanya akan membalas melalui instrumen bea masuk tetapi juga pembatasan ekspor untuk bahan baku dan barang modal yang dibutuhkan industri Negeri Paman Sam.
Dalam pernyataan resminya seperti dikutip dari Reuters, Kementerian Perdagangan China menegaskan Beijing tidak punya pilihan selain membalas kelakuan Washington. Bahkan China bersikap sangat keras dengan meminta AS mengubah perilakunya.
Saat China membalas, maka perang dagang babak baru resmi berlangsung. Saling hambat perdagangan antara dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia tentu akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi global. Risiko itu sangat dikhawatirkan oleh pelaku pasar.
Akibatnya, pemilik modal cenderung enggan mengambil risiko. Mode risk-on terpasang dan investor memilih bermain aman. Aset-aset safe haven seperti dolar AS dan yen Jepang menjadi buruan. Dolar AS pun melaju karena tingginya permintaan.
(aji/aji)
Presiden AS Donald Trump pagi tadi waktu Indonesia mengumumkan bea masuk baru sebesar 10% terhadap ribuan produk made in China. Nilai impor produk-produk tersebut mencapai US$ 200 miliar. Pada akhir tahun, tarif bea masuk ini bakal naik menjadi 25%.
Sejak pagi hari investor dibuat panik. Maklum, pelaku pasar mencemaskan China akan membalas dengan lebih kejam.
Dalam pernyataan resminya seperti dikutip dari Reuters, Kementerian Perdagangan China menegaskan Beijing tidak punya pilihan selain membalas kelakuan Washington. Bahkan China bersikap sangat keras dengan meminta AS mengubah perilakunya.
Saat China membalas, maka perang dagang babak baru resmi berlangsung. Saling hambat perdagangan antara dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia tentu akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi global. Risiko itu sangat dikhawatirkan oleh pelaku pasar.
Akibatnya, pemilik modal cenderung enggan mengambil risiko. Mode risk-on terpasang dan investor memilih bermain aman. Aset-aset safe haven seperti dolar AS dan yen Jepang menjadi buruan. Dolar AS pun melaju karena tingginya permintaan.
(aji/aji)
Next Page
Ternyata Perang Dagang Bebani Dolar AS
Pages
Most Popular