
Menunggu Tarif Baru Trump, Bursa Hong Kong Terkoreksi 1,58%
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
17 September 2018 13:07

Hong Kong, CNBC Indonesia - Bursa saham Hong Kong terkoreksi cukup dalam pada penutupan sesi perdagangan Senin (17/9/2018) pagi.
Koreksi dipicu oleh para investor yang ketakutan karena pemberitaan bahwa Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berencana untuk menerapkan bea masuk terhadap produk impor China senilai US$200 miliar (Rp 2.978 triliun).
Indeks Hang Seng terkoreksi 1,58% atau 429,83 poin ke 26.856,58 pada sesi rehat, dilansir dari AFP.
Trump menegaskan siap menerapkan bea masuk baru bagi impor produk made in China senilai $200 miliar. Setelah itu, akan ada bea masuk tambahan lagi bagi impor senilai $267 miliar.
"(Bea masuk) US$200 miliar bisa diterapkan sesegera mungkin, tergantung China. Saya benci mengatakan ini, tetapi setelah itu ada (bea masuk untuk importasi) $267 miliar yang siap diterapkan kalau saya mau," tegas Trump, dikutip dari Reuters.
China pun tidak kalah garang, bahkan lebih konkret. Beijing telah melapor kepada Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Center/WTO) mengenai kebijakan AS yang dianggap merugikan, yaitu bea masuk anti-dumping, terhadap berbagai produk Negeri Tirai Bambu.
China mengeluh karena kebijakan ini merugikan mereka hingga US$7,04 miliar per tahun. Oleh karena itu, China meminta restu kepada WTO untuk menerapkan kebijakan serupa dengan nilai yang sama bagi produk-produk made in USA.
AS dan China adalah dua perekonomian terbesar di planet bumi. Ketika mereka terlibat perselisihan, dampaknya adalah arus perdagangan dan pertumbuhan ekonomi dunia akan terhambat.
Saat perekonomian dunia melambat akibat tensi perang dagang global, maka investor akan dipaksa bermain aman, tidak mau mengambil aset-aset berisiko apalagi di negara berkembang. Tentunya hal ini bukan kabar baik bagi bursa saham regional.
(roy) Next Article Brexit Diperpanjang, Hang Seng Melemah Saat Jeda
Koreksi dipicu oleh para investor yang ketakutan karena pemberitaan bahwa Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berencana untuk menerapkan bea masuk terhadap produk impor China senilai US$200 miliar (Rp 2.978 triliun).
"(Bea masuk) US$200 miliar bisa diterapkan sesegera mungkin, tergantung China. Saya benci mengatakan ini, tetapi setelah itu ada (bea masuk untuk importasi) $267 miliar yang siap diterapkan kalau saya mau," tegas Trump, dikutip dari Reuters.
China pun tidak kalah garang, bahkan lebih konkret. Beijing telah melapor kepada Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Center/WTO) mengenai kebijakan AS yang dianggap merugikan, yaitu bea masuk anti-dumping, terhadap berbagai produk Negeri Tirai Bambu.
China mengeluh karena kebijakan ini merugikan mereka hingga US$7,04 miliar per tahun. Oleh karena itu, China meminta restu kepada WTO untuk menerapkan kebijakan serupa dengan nilai yang sama bagi produk-produk made in USA.
AS dan China adalah dua perekonomian terbesar di planet bumi. Ketika mereka terlibat perselisihan, dampaknya adalah arus perdagangan dan pertumbuhan ekonomi dunia akan terhambat.
Saat perekonomian dunia melambat akibat tensi perang dagang global, maka investor akan dipaksa bermain aman, tidak mau mengambil aset-aset berisiko apalagi di negara berkembang. Tentunya hal ini bukan kabar baik bagi bursa saham regional.
(roy) Next Article Brexit Diperpanjang, Hang Seng Melemah Saat Jeda
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular