Dolar AS ke Bawah Rp 14.800, Rupiah Terbaik Kedua di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 September 2018 14:25
Dolar AS ke Bawah Rp 14.800, Rupiah Terbaik Kedua di Asia
Foto: Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat. Faktor eksternal yang kondusif plus pengawalan ketat dari Bank Indonesia membuat rupiah bertahan di teritori apresiasi. 

Pada Jumat (14/9/2018) pukul 14:09 WIB, US$ 1 berada di Rp 14.790 di pasar spot. Rupiah menguat 0,3% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Kala pembukaan pasar, rupiah mampu menguat 0,37%. Tidak lama setelah itu, rupiah cenderung melemah dan bahkan sempat mencicipi teritori depresiasi. 


Namun perlahan tapi pasti rupiah mampu bangkit. Pada tengah hari tadi, rupiah sudah mampu menguat meski masih terbatas. Seiring jalan, apresiasi rupiah kian menebal. 



Rupiah bergerak searah dengan mata uang Asia yang juga cenderung perkasa di hadapan greenback. Dengan apresiasi 0,3%, rupiah jadi mata uang terbaik kedua di Asia, hanya kalah dari rupee India. 

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 14:07 WIB: 

 

Faktor eksternal dan internal mendukung rupiah untuk menjadi yang terbaik kedua di Asia. Dari sisi eksternal, tekanan terhadap dolar masih terjadi. Dollar Index, yang mencerminkan posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama, melemah 0,07% pada pukul 14:10 WIB. 

Investor terhanyut dalam euforia damai dagang AS-China. Dua kekuatan ekonomi terbesar di planet bumi ini sudah siap menggelar pertemuan membahas isu-isu perdagangan. 

Reuters memberitakan, mengutip dua orang sumber di lingkaran pemerintahan AS, Menteri Keuangan Steven Mnuchin terlah mengirimkan undangan ke sejumlah pejabat tinggi China termasuk Wakil Perdana Menteri Liu He. Pertemuan akan digelar dalam beberapa pekan ke depan, di lokasi yang masih akan dibahas. 

Aura damai dagang AS-China yang semakin nyata membuat investor tidak lagi bermain aman. Kini, pelaku pasar sudah berani mengoleksi aset-aset berisiko di negara berkembang karena ada kemungkinan salah satu risiko besar yaitu perang dagang AS-China bisa diselesaikan. Dolar AS selaku salah satu aset aman (safe haven) tertekan karena aksi jual. 

Sementara dari dalam negeri, BI masih aktif 'bergerilya' di pasar untuk stabilisasi rupiah. Hal ini diakui oleh Dody Budi Waluyo, Deputi Gubernur BI. 

"Kita lakukan lewat suku bunga dan dual intervention untuk mencegah depresiasi secara gradual. Kita masih intervensi, artinya masih belum stabil dan jauh dari fundamental," tuturnya.

Dua faktor ini membantu rupiah untuk terus menguat. Jika hanya mengandalkan faktor eksternal, rupiah mungkin sekedar menguat. Namun intervensi BI membuat ruipah mampu menjadi yang terbaik kedua di Asia.

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular