
AS-China Mulai Damai, Harga Batu Bara Naik Tipis
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
14 September 2018 11:42

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara Newcastle kontrak acuan menguat tipis 0,22% ke US$115,3/Metrik Ton (MT) pada penutupan perdagangan hari Kamis (13/9/2018).
Dengan pergerakan tersebut, harga si batu hitam mampu rebound pasca sehari sebelumnya terkoreksi 0,52%. Faktor yang menopang harga batu bara datang dari prospek pertemuan Amerika Serikat (AS)-China untuk mendiskusikan isu perdagangan.
Sebelumnya, harga batu bara mendapat tekanan dari persepsi penurunan konsumsi batu bara memasuki bulan September 2018. Menurut data China Coal Resources, stok batu bara di 6 pembangkit listrik utama China meningkat 1,2% secara mingguan (week-to-week/WtW) ke angka 15,39 juta ton, per hari Jumat (7/9/2018). Capaian itu merupakan yan tertinggi sejak Januari 2015.
Sementara itu, impor batu bara China turun nyaris 40% WtW ke 1,98 juta ton per hari Jumat (7/9/2018), yang merupakan level terendah sejak sepekan yang berakhir 6 April, berdasarkan data dari Global Ports.
Kedua data di atas lantas mengindikasikan bahwa konsumsi batu bara di Negeri Panda mulai mengendur pasca puncak musim panas berlalu. Sentimen berkurangnya permintaan ini lantas sempat menekan pergerakan harga batu bara.
BACA: Permintaan China Menipis, Harga Batu Bara Terkikis
Meski demikian, harga batu bara kemudian terangkat oleh sentimen rencana perundingan dagang AS-China. Mengutip Wall Street Journal, Washington telah mengontak Beijing untuk membahas rencana dialog perdagangan.
Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin diberitakan telah mengirim undangan kepada sejumlah pejabat di China, termasuk Perdana Menteri Liu He, untuk berbicara soal isu-isu perdagangan. Sumber di lingkaran Gedung Putih mengungkapkan, waktu dan tempat pertemuan belum jelas, tetapi kemungkinan terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Jika perundingan jadi dilakukan, maka pelaku pasar berharap bahwa bea masuk baru bagi produk impor asal China senilai US$200 miliar yang sudah melewati tahap dengar pendapat tidak jadi diterapkan oleh AS. Pasalnya, besarnya nilai barang yang disasar pasti mempengaruhi laju perekonomian kedua negara.
Saat tensi perang dagang mereda, maka risiko perlambatan ekonomi China menjadi termitigasi. Pertumbuhan ekonomi Negeri Panda yang terjaga tentu menjadi sentimen positif bagi harga batu bara, seiring China adalah importir batu bara terbesar dunia.
Namun, kenaikan harga batu bara juga tidak bisa banyak-banyak. Pasalnya, pelaku pasar juga nampaknya mewaspadai cuitan Presiden AS Donald Trump yang bernada "sombong". Egonya bisa menghancurkan harapan hubungan AS-China yang sedang mengarah ke tahap harmonis.
"Kami tidak ada tekanan untuk membuat kesepakatan dengan China, merekalah yang harus membuat kesepakatan dengan kami. Pasar kami melaju, pasar mereka anjlok. Kami juga akan segera menerapkan bea masuk dan membuat produk di dalam negeri. Kalau kami bertemu, ya bertemu saja," cuit Trump di Twitter kemarin.
Sikap Trump yang tidak bersahabat itu membuat China tidak ingin terlalu terbuai. Bahkan China juga lebih hati-hati dalam menyikapi rencana pertemuan ini, karena bisa saja tidak menghasilkan apapun.
"Sikap Washington masih keras, mereka tetap menjalan strategi bicara dan berkelahi. Dengan begitu, mereka bisa memuaskan warganya dan membuat China mengurungkan niat baiknya. China tidak perlu banyak berharap, mungkin ini bukan saatnya kedua negara mencapai kesepakatan," tulis tajuk Global Times, harian yang dikelola Partai Komunis China.
Oleh karena itu, pelaku pasar belum terlampau larut dalam euforia. Masih ada berbagai risiko yang menyelimuti rencana pertemuan AS-China. Harga batu bara pun cenderung naik terbatas kemarin.
(RHG/gus) Next Article Pasca Anjlok 3 Hari Beruntun, Harga Batu Bara Stabil
Dengan pergerakan tersebut, harga si batu hitam mampu rebound pasca sehari sebelumnya terkoreksi 0,52%. Faktor yang menopang harga batu bara datang dari prospek pertemuan Amerika Serikat (AS)-China untuk mendiskusikan isu perdagangan.
Sementara itu, impor batu bara China turun nyaris 40% WtW ke 1,98 juta ton per hari Jumat (7/9/2018), yang merupakan level terendah sejak sepekan yang berakhir 6 April, berdasarkan data dari Global Ports.
Kedua data di atas lantas mengindikasikan bahwa konsumsi batu bara di Negeri Panda mulai mengendur pasca puncak musim panas berlalu. Sentimen berkurangnya permintaan ini lantas sempat menekan pergerakan harga batu bara.
BACA: Permintaan China Menipis, Harga Batu Bara Terkikis
Meski demikian, harga batu bara kemudian terangkat oleh sentimen rencana perundingan dagang AS-China. Mengutip Wall Street Journal, Washington telah mengontak Beijing untuk membahas rencana dialog perdagangan.
Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin diberitakan telah mengirim undangan kepada sejumlah pejabat di China, termasuk Perdana Menteri Liu He, untuk berbicara soal isu-isu perdagangan. Sumber di lingkaran Gedung Putih mengungkapkan, waktu dan tempat pertemuan belum jelas, tetapi kemungkinan terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Jika perundingan jadi dilakukan, maka pelaku pasar berharap bahwa bea masuk baru bagi produk impor asal China senilai US$200 miliar yang sudah melewati tahap dengar pendapat tidak jadi diterapkan oleh AS. Pasalnya, besarnya nilai barang yang disasar pasti mempengaruhi laju perekonomian kedua negara.
Saat tensi perang dagang mereda, maka risiko perlambatan ekonomi China menjadi termitigasi. Pertumbuhan ekonomi Negeri Panda yang terjaga tentu menjadi sentimen positif bagi harga batu bara, seiring China adalah importir batu bara terbesar dunia.
Namun, kenaikan harga batu bara juga tidak bisa banyak-banyak. Pasalnya, pelaku pasar juga nampaknya mewaspadai cuitan Presiden AS Donald Trump yang bernada "sombong". Egonya bisa menghancurkan harapan hubungan AS-China yang sedang mengarah ke tahap harmonis.
"Kami tidak ada tekanan untuk membuat kesepakatan dengan China, merekalah yang harus membuat kesepakatan dengan kami. Pasar kami melaju, pasar mereka anjlok. Kami juga akan segera menerapkan bea masuk dan membuat produk di dalam negeri. Kalau kami bertemu, ya bertemu saja," cuit Trump di Twitter kemarin.
Sikap Trump yang tidak bersahabat itu membuat China tidak ingin terlalu terbuai. Bahkan China juga lebih hati-hati dalam menyikapi rencana pertemuan ini, karena bisa saja tidak menghasilkan apapun.
"Sikap Washington masih keras, mereka tetap menjalan strategi bicara dan berkelahi. Dengan begitu, mereka bisa memuaskan warganya dan membuat China mengurungkan niat baiknya. China tidak perlu banyak berharap, mungkin ini bukan saatnya kedua negara mencapai kesepakatan," tulis tajuk Global Times, harian yang dikelola Partai Komunis China.
Oleh karena itu, pelaku pasar belum terlampau larut dalam euforia. Masih ada berbagai risiko yang menyelimuti rencana pertemuan AS-China. Harga batu bara pun cenderung naik terbatas kemarin.
(RHG/gus) Next Article Pasca Anjlok 3 Hari Beruntun, Harga Batu Bara Stabil
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular