
AS-China Siap Negosiasi Lagi, IHSG Melesat 1,04%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
13 September 2018 16:33

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat 1,04% pada perdagangan hari ini ke level 5.858,27. IHSG berhasil mengekor bursa saham utama kawasan Asia yang juga diperdagangkan di zona hijau: indeks Shanghai naik 1,15%, indeks Hang Seng naik 2,54%, indeks Nikkei naik 0,96%, indeks Kospi naik 0,14%, dan indeks Strait Times naik 0,29%.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 6,68 triliun dengan volume sebanyak 8,39 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 395.918 kali.
Optimisme bahwa AS dan China bisa segera menyelesaikan friksi dagang yang selama ini terjadi membuat bursa saham menjadi menarik di mata investor. Reuters mengabarkan bahwa Washington telah mengontak Beijing untuk membahas rencana dialog perdagangan.
Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin diberitakan telah mengirim undangan kepada sejumlah pejabat di China, termasuk Perdana Menteri Liu He, untuk berbicara soal isu-isu perdagangan. Sumber di lingkaran Gedung Putih mengungkapkan, waktu dan tempat pertemuan belum terlalu terlihat. Namun, pertemuan itu kemungkinan terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Jika perundingan jadi dilakukan, pelaku pasar setidaknya berharap bahwa bea masuk baru bagi produk impor asal China senilai US$ 200 miliar yang sudah melewati tahap dengar pendapat tidak jadi diterapkan oleh AS. Pasalnya, besarnya nilai barang yang disasar dipastikan akan mempengaruhi laju perekonomian kedua negara.
Sebelumnya, hubungan kedua negara kembali memanas pasca China melapor kepada Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) mengenai kebijakan AS yang dianggap merugikan, yaitu bea masuk anti-dumping terhadap berbagai produk Negeri Tirai Bambu.
China mengeluh karena kebijakan ini merugikan mereka hingga US$ 7,04 miliar per tahun. Oleh karena itu, China meminta restu kepada WTO untuk menerapkan kebijakan serupa dengan nilai yang sama bagi produk-produk impor asal AS.
Kubu China pun menunjukkan respon positif. Pada sore hari ini waktu setempat, Kementerian Luar Negeri China mengonfirmasi bahwa Beijing telah menerima undangan dari AS dan mereka menyambutnya.
Secara sektoral, sektor jasa keuangan (+1,77%) memimpin penguatan IHSG. Kenaikan indeks sektor jasa keuangan dipicu oleh aksi beli pada saham-saham bank BUKU IV: PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 3,16%, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 3,14%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 3,09%, PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) naik 1,14%, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 0,42%.
Sejatinya, ada risiko yang membuat saham-saham perbankan tak menarik yakni dinaikkannya tingkat suku bunga penjaminan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). LPS menaikkan tingkat bunga penjaminan simpanan rupiah di bank umum sebesar 25bps menjadi 6,5%, sementara tingkat bunga penjaminan simpanan valuta asing di bank umum naik 50 bps menjadi 2%.
Dinaikannya suku bunga penjaminan lantas memberi ruang bagi perbankan untuk terus menaikkan suku bunga yang ditawarkan kepada nasabahnya, merespon normalisasi suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI). Jika ini yang terjadi, suku bunga kredit akan ikut terkerek naik dan menekan permintaan kredit. Padahal, penyaluran kredit di tanah air baru saja mulai menggeliat.
Namun, di sisi lain kebijakan ini ternyata sempat ampuh untuk mendorong rupiah menguat. Pada pagi hari, rupiah menguat 0,13% di pasar spot ke level Rp 14.800/dolar AS. Tingkat suku bunga deposito yang lebih tinggi berpotensi mendorong investor asing menempatkan dananya di dalam negeri sehingga pasokan dolar AS akan lebih banyak.
Tak hanya tingkat suku bunga deposito, tingkat kupon obligasi terbitan perusahaan-perusahaan tanah air juga akan naik dan mendorong investor asing untuk masuk. Pada akhirnya, investor merespon hal tersebut dengan melepas dolar AS lantaran ada ekspektasi nilainya akan turun.
Ketika rupiah menguat, maka kekhawatiran mengenai naiknya rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) dari bank-bank di tanah air menjadi mereda. Ditambah dengan positifnya perkembangan terkait perang dagang antara AS dan China, investor menjadi optimis untuk memburu saham-saham bank BUKU IV.
Pada akhir perdagangan, rupiah melemah tipis 0,1% ke level Rp 14.835/dolar AS. Sentimen eksternal yakni semakin mencuatnya persepsi mengenai kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini oleh the Federal Reserve pada akhirnya terbukti lebih dominan dalam mendikte pergerakan nilai tukar rupiah.
Seiring dengan pelemahan rupiah, investor asing tercatat melakukan jual bersih sebesar Rp 193,7 miliar. 5 besar saham yang dilepas investor asing adalah: PT Surya Citra Media Tbk/SCMA (Rp 126,7 miliar), PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF (Rp 71,9 miliar), PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk/TKIM (Rp 57,4 miliar), PT Perusahaan Gas Negara Tbk/PGAS (Rp 49,8 miliar), dan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk/AMRT (Rp 43,1 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article AS Undang China Bernegosiasi, IHSG Menguat Nyaris 1%
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 6,68 triliun dengan volume sebanyak 8,39 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 395.918 kali.
Optimisme bahwa AS dan China bisa segera menyelesaikan friksi dagang yang selama ini terjadi membuat bursa saham menjadi menarik di mata investor. Reuters mengabarkan bahwa Washington telah mengontak Beijing untuk membahas rencana dialog perdagangan.
Jika perundingan jadi dilakukan, pelaku pasar setidaknya berharap bahwa bea masuk baru bagi produk impor asal China senilai US$ 200 miliar yang sudah melewati tahap dengar pendapat tidak jadi diterapkan oleh AS. Pasalnya, besarnya nilai barang yang disasar dipastikan akan mempengaruhi laju perekonomian kedua negara.
Sebelumnya, hubungan kedua negara kembali memanas pasca China melapor kepada Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) mengenai kebijakan AS yang dianggap merugikan, yaitu bea masuk anti-dumping terhadap berbagai produk Negeri Tirai Bambu.
China mengeluh karena kebijakan ini merugikan mereka hingga US$ 7,04 miliar per tahun. Oleh karena itu, China meminta restu kepada WTO untuk menerapkan kebijakan serupa dengan nilai yang sama bagi produk-produk impor asal AS.
Kubu China pun menunjukkan respon positif. Pada sore hari ini waktu setempat, Kementerian Luar Negeri China mengonfirmasi bahwa Beijing telah menerima undangan dari AS dan mereka menyambutnya.
Secara sektoral, sektor jasa keuangan (+1,77%) memimpin penguatan IHSG. Kenaikan indeks sektor jasa keuangan dipicu oleh aksi beli pada saham-saham bank BUKU IV: PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 3,16%, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 3,14%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 3,09%, PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) naik 1,14%, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 0,42%.
Sejatinya, ada risiko yang membuat saham-saham perbankan tak menarik yakni dinaikkannya tingkat suku bunga penjaminan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). LPS menaikkan tingkat bunga penjaminan simpanan rupiah di bank umum sebesar 25bps menjadi 6,5%, sementara tingkat bunga penjaminan simpanan valuta asing di bank umum naik 50 bps menjadi 2%.
Dinaikannya suku bunga penjaminan lantas memberi ruang bagi perbankan untuk terus menaikkan suku bunga yang ditawarkan kepada nasabahnya, merespon normalisasi suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI). Jika ini yang terjadi, suku bunga kredit akan ikut terkerek naik dan menekan permintaan kredit. Padahal, penyaluran kredit di tanah air baru saja mulai menggeliat.
Namun, di sisi lain kebijakan ini ternyata sempat ampuh untuk mendorong rupiah menguat. Pada pagi hari, rupiah menguat 0,13% di pasar spot ke level Rp 14.800/dolar AS. Tingkat suku bunga deposito yang lebih tinggi berpotensi mendorong investor asing menempatkan dananya di dalam negeri sehingga pasokan dolar AS akan lebih banyak.
Tak hanya tingkat suku bunga deposito, tingkat kupon obligasi terbitan perusahaan-perusahaan tanah air juga akan naik dan mendorong investor asing untuk masuk. Pada akhirnya, investor merespon hal tersebut dengan melepas dolar AS lantaran ada ekspektasi nilainya akan turun.
Ketika rupiah menguat, maka kekhawatiran mengenai naiknya rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) dari bank-bank di tanah air menjadi mereda. Ditambah dengan positifnya perkembangan terkait perang dagang antara AS dan China, investor menjadi optimis untuk memburu saham-saham bank BUKU IV.
Pada akhir perdagangan, rupiah melemah tipis 0,1% ke level Rp 14.835/dolar AS. Sentimen eksternal yakni semakin mencuatnya persepsi mengenai kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini oleh the Federal Reserve pada akhirnya terbukti lebih dominan dalam mendikte pergerakan nilai tukar rupiah.
Seiring dengan pelemahan rupiah, investor asing tercatat melakukan jual bersih sebesar Rp 193,7 miliar. 5 besar saham yang dilepas investor asing adalah: PT Surya Citra Media Tbk/SCMA (Rp 126,7 miliar), PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF (Rp 71,9 miliar), PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk/TKIM (Rp 57,4 miliar), PT Perusahaan Gas Negara Tbk/PGAS (Rp 49,8 miliar), dan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk/AMRT (Rp 43,1 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article AS Undang China Bernegosiasi, IHSG Menguat Nyaris 1%
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular