
Perang Dagang Reda, Pasar Obligasi Berpotensi Menguat
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
13 September 2018 10:08

Jakarta, CNBC Indonesia - Pelaku pasar surat utang pemerintah merekomendasikan beli hari ini karena ada potensi kenaikan harga.
Analis Fixed Income PT Mirae Asset Sekuritas Dhian Karyantono dalam risetnya menyatakan dengan data inflasi produsen (producer price index/PPI) Amerika Serikat (AS) periode Agustus 2018 yang turun dan di bawah ekspektasi, maka pasar surat berharga negara (SBN) berpotensi menguat hari ini.
"Didorong oleh rilis inflasi produsen AS yang di luar ekspektasi pasar menurun, harga SBN di pasar sekunder hari ini secara umum diproyeksi meningkat," ujar Dhian dalam risetnya.
Data inflasi produsen AS yang mengacu pada indeks harga produsen (PPI) per Agustus 2018 turun ke level 2,8% (YoY) dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 3,3% (YoY) dan di luar ekspektasi pasar sebesar 3,2% (YoY). Data itu dirilis semalam.
Sementara secara bulanan, PPI AS mengalami deflasi sebesar 0,1% (MoM) atau berbanding terbalik dengan ekspektasi pasar dengan inflasi sebesar 0,2% (MoM).
Sentimen dari rilis data tersebut adalah negatif terhadap perkembangan ekonomi AS dan mata uang Paman Sam, tetapi positif bagi pasar keuangan negara berkembang, termasuk Indonesia.
Di sisi lain, Dhian juga mencatat hasil penerbitan SBN dalam lelang rutin kemarin Rp 16,21 triliun masih dalam rentang target yang ditetapkan pemerintah Rp 10 triliun-Rp 20 triliun. Meski demikian, jumlah penawaran dari peserta lelang Rp 36,88 triliun yang masih di bawah lelang sebelumnya Rp 59,28 triliun masih menunjukkan minat yang lebih rendah.
Dalam kesempatan lain, Associate Director PT Kiwoom Sekuritas Indonesia Maximilianus Nico Demus memprediksi pasar obligasi rupiah pemerintah hari ini masih akan terkoreksi.
"Sejauh ini pasar obligasi diperkirakan masih akan terus melemah, khususnya beberapa pekan sebelum diadakannya pertemuan The Fed. Kami merekomendasikan hold hari ini, pergerakan obligasi yang melebihi > 45 bps akan menjadi arah pasar obligasi hari ini," ujarnya dalam riset.
Pertemuan The Fed yang biasa disebut Federal Open Market Committee (FOMC) itu akan menentukan kebijakan suku bunga. Saat ini, pelaku pasar global memprediksi probabilitas kenaikan suku bunga AS Fed Fund Rate akan naik 25 basis poin (bpd) dalam FOMC pada 26 September.
Maximilianus juga menggarisbawahi hasil lelang kemarin dari sisi penerbitan Rp 16,21 triliun dan permintaan Rp 36,88 triliun justru mencerminkan masih optimisnya pelaku pasar terhadap kondisi pasar SBN sekarang.
Kemarin, dia mencermati harga seri acuan obligasi Indonesia tenor 10 ditutup melemah, dan mengalami kenaikan tingkat imbal hasil (yield) menjadi 8,61% dibanding hari sebelumnya 8,57%.
Total transaksi dan frekuensi naik dibandingkan hari sebelumnya menjelang lelang SBN kemarin. Total transaksi didominasi oleh obligasi berdurasi 3 tahun- 5 tahun diikuti dengan 7 tahun- 10 tahun, serta 10 tahun- 15 tahun.
Dhian mencatat di transaksi pasar valas, rupiah yang ditutup menguat pada Rp 14.833 per dolar AS dibanding sebelumnya Rp 14.857 untuk setiap dolar AS ditengarai disebabkan adanya intervensi dari bank sentral.
Berikut agenda dan faktor keuangan yang dapat menjadi acuan di pasar surat utang hari ini:
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article Efek The Fed Memudar, SBN Diprediksi Menguat Pekan ini
Analis Fixed Income PT Mirae Asset Sekuritas Dhian Karyantono dalam risetnya menyatakan dengan data inflasi produsen (producer price index/PPI) Amerika Serikat (AS) periode Agustus 2018 yang turun dan di bawah ekspektasi, maka pasar surat berharga negara (SBN) berpotensi menguat hari ini.
"Didorong oleh rilis inflasi produsen AS yang di luar ekspektasi pasar menurun, harga SBN di pasar sekunder hari ini secara umum diproyeksi meningkat," ujar Dhian dalam risetnya.
Sementara secara bulanan, PPI AS mengalami deflasi sebesar 0,1% (MoM) atau berbanding terbalik dengan ekspektasi pasar dengan inflasi sebesar 0,2% (MoM).
Sentimen dari rilis data tersebut adalah negatif terhadap perkembangan ekonomi AS dan mata uang Paman Sam, tetapi positif bagi pasar keuangan negara berkembang, termasuk Indonesia.
Di sisi lain, Dhian juga mencatat hasil penerbitan SBN dalam lelang rutin kemarin Rp 16,21 triliun masih dalam rentang target yang ditetapkan pemerintah Rp 10 triliun-Rp 20 triliun. Meski demikian, jumlah penawaran dari peserta lelang Rp 36,88 triliun yang masih di bawah lelang sebelumnya Rp 59,28 triliun masih menunjukkan minat yang lebih rendah.
Kemungkinan minat yang rendah kemarin masih dibayangi sentimen negatif pelaku pasar global menyikapi perang dagang AS-China yang kembali memanas.
Dalam kesempatan lain, Associate Director PT Kiwoom Sekuritas Indonesia Maximilianus Nico Demus memprediksi pasar obligasi rupiah pemerintah hari ini masih akan terkoreksi.
"Sejauh ini pasar obligasi diperkirakan masih akan terus melemah, khususnya beberapa pekan sebelum diadakannya pertemuan The Fed. Kami merekomendasikan hold hari ini, pergerakan obligasi yang melebihi > 45 bps akan menjadi arah pasar obligasi hari ini," ujarnya dalam riset.
Pertemuan The Fed yang biasa disebut Federal Open Market Committee (FOMC) itu akan menentukan kebijakan suku bunga. Saat ini, pelaku pasar global memprediksi probabilitas kenaikan suku bunga AS Fed Fund Rate akan naik 25 basis poin (bpd) dalam FOMC pada 26 September.
Maximilianus juga menggarisbawahi hasil lelang kemarin dari sisi penerbitan Rp 16,21 triliun dan permintaan Rp 36,88 triliun justru mencerminkan masih optimisnya pelaku pasar terhadap kondisi pasar SBN sekarang.
Kemarin, dia mencermati harga seri acuan obligasi Indonesia tenor 10 ditutup melemah, dan mengalami kenaikan tingkat imbal hasil (yield) menjadi 8,61% dibanding hari sebelumnya 8,57%.
Total transaksi dan frekuensi naik dibandingkan hari sebelumnya menjelang lelang SBN kemarin. Total transaksi didominasi oleh obligasi berdurasi 3 tahun- 5 tahun diikuti dengan 7 tahun- 10 tahun, serta 10 tahun- 15 tahun.
Dhian mencatat di transaksi pasar valas, rupiah yang ditutup menguat pada Rp 14.833 per dolar AS dibanding sebelumnya Rp 14.857 untuk setiap dolar AS ditengarai disebabkan adanya intervensi dari bank sentral.
Berikut agenda dan faktor keuangan yang dapat menjadi acuan di pasar surat utang hari ini:
- US MBA Mortgage Applications turun dari sebelumnya -0.1% menjadi -1.8%. Penurunan tersebut di bawah ekspektasi pelaku pasar dan memberi energi penguatan bagi pasar instrumen keuangan negara berkembang seperti Indonesia.
- PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) berniat menerbitkan obligasi senilai Rp 1,25 triliun dengan tenor 3 tahun-Rp 5 tahun.
- Bank Indonesia menghabiskan $145M melalui Term Deposits pada hari Rabu kemarin.
- PT Bank Mega Tbk (MEGA) selaku wali amanat obligasi PT Tiga Pillar Sejahtera Food Tbk (AISA), juga ikut kena imbas. Mega disomasi olehPT Asuransi Sinarmas Jiwa MSIG selaku pemegang Obligasi TPS Food I/2013, dan Sukuk Ijarah TPS Food I/2013.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article Efek The Fed Memudar, SBN Diprediksi Menguat Pekan ini
Most Popular