
Berkat LPS, Rupiah Balik Arah dan Jadi Terbaik Kedua di Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
12 September 2018 16:53

Seperti halnya rupee, apresiasi rupiah pun ditopang faktor domestik. Sentimen utama yang mendongrak rupiah adalah keputusan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) untuk menaikkan suku bunga penjaminan.
Rapat Dewan Komisioner LPS edisi September 2018 memutuskan suku bunga penjaminan simpanan rupiah naik 25 bps menjadi 6,5%. Sedangkan suku bunga penjaminan simpanan valas naik 50 bps menjadi 2%.
Kenaikan ini berpotensi membuat suku bunga simpanan di tingkat nasabah ikut naik. Ada aturan dasar (golden rule) dalam penentuan kupon obligasi, yaitu harus di atas suku bunga deposito bank-bank milik negara alias BUMN.
Artinya, saat suku bunga deposito naik maka imbalan investasi di obligasi pun bakal bertambah. Ini akan membuat pasar keuangan Indonesia, terutama instrumen berpendapatan tetap, semakin menarik di mata investor karena menjanjikan cuan yang lebih.
Harapan investor ini kemudian terefleksikan dalam lelang obligasi. Hari ini, pemerintah melelang 7 seri obligasi negara dengan total perolehan dana Rp 16,21 triliun. Lebih tinggi ketimbang target indikatif yaitu Rp 10 triliun.
Masuknya arus modal ke pasar obligasi pun mulai terasa dengan penurunan imbal hasil (yield) obligasi. Yield yang turun menandakan harga instrumen ini sedang naik karena maraknya permintaan.
Berikut perkembangan yield obligasi pemerintah, di mana sudah ada penurunan di sejumlah tenor meski belum signifikan:
Arus modal yang mulai masuk membuat rupiah mampu berbalik arah. Untuk hari ini, sepertinya rupiah patut berterima kasih kepada LPS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Rapat Dewan Komisioner LPS edisi September 2018 memutuskan suku bunga penjaminan simpanan rupiah naik 25 bps menjadi 6,5%. Sedangkan suku bunga penjaminan simpanan valas naik 50 bps menjadi 2%.
Kenaikan ini berpotensi membuat suku bunga simpanan di tingkat nasabah ikut naik. Ada aturan dasar (golden rule) dalam penentuan kupon obligasi, yaitu harus di atas suku bunga deposito bank-bank milik negara alias BUMN.
Harapan investor ini kemudian terefleksikan dalam lelang obligasi. Hari ini, pemerintah melelang 7 seri obligasi negara dengan total perolehan dana Rp 16,21 triliun. Lebih tinggi ketimbang target indikatif yaitu Rp 10 triliun.
Masuknya arus modal ke pasar obligasi pun mulai terasa dengan penurunan imbal hasil (yield) obligasi. Yield yang turun menandakan harga instrumen ini sedang naik karena maraknya permintaan.
Berikut perkembangan yield obligasi pemerintah, di mana sudah ada penurunan di sejumlah tenor meski belum signifikan:
Arus modal yang mulai masuk membuat rupiah mampu berbalik arah. Untuk hari ini, sepertinya rupiah patut berterima kasih kepada LPS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Most Popular