
Infrastruktur Ditunda, Pertumbuhan Ekonomi Jadi Korban
Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
12 September 2018 11:01
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah berkali-kali menegaskan siap menjaga stabilitas, dibanding mendorong pertumbuhan ekonomi nasional di tengah dinamika yang terjadi sekarang ini.
Berbagai cara telah dan akan ditempuh pemerintah untuk menjaga stabilitas, salah satu yang masih ditunggu adalah penundaan sejumlah proyek infrastruktur. Cara itu diambil guna menekan impor dan menekan defisit neraca perdagangan, salah satu biang kerok pelemahan rupiah.
Tim Riset Bank Mandiri menilai penundaan proyek akan menekan pertumbuhan indsustri dalam negeri, misal penundaan pembangunan jalan, jembatan, dan pelabuhan. Mayoritas yang terdampak adalah sektor pelayanan dan jasa, mengingat pembangunan infrastruktur adalah penunjang sektor yang berkaitan dengan pelayanan.
Lantas, seberapa besar dampak penundaan proyek terhadap PDB?
Berdasarkan riset yang dilakukan Tim Ekonom Bank Mandiri, penundaan satu proyek pembangunan jalan dengan nilai Rp 1 triliun, akan memangkas output ekonomi pada kisaran Rp 1,88 triliun. Sedangkan proyek pembangkit listrik senilai Rp 1 miliar, memangkas sekitar Rp 1,99 triliun.
"Dengan data GDP semester I-2018, atas masing-masing penundaan proyek akan ada penurunan pertumbuhan sebesar 0,04%. Maka dari itu, setiap Rp 1 triliun penundaan dilakukan atas masing-masing, pertumbuhan ekonomi akan berkurang 0,04%," demikian tertulis dalam riset terbarunya yang dikirimkan ke CNBC Indonesia (12/9/2018).
Oleh sebab itu, target pertumbuhan ekonomi 5,3% akan menjadi tantangan tersendiri. Diyakini pertumbuhan ekonomi kuartal-II 2018 lalu adalah puncak pertumbuhan ekonomi pada tahun ini, sebab ditunjang oleh hari raya Idul Fitri dan pemberian THR dan gaji ke-13 pada PNS.
Selanjutnya, sektor manufaktur yang menunjukkan pertumbuhan positif pada kuartal II-2018 juga terancam oleh kebijakan lain pemerintah yaitu menghambat impor.
"Kami melihat penghambatan impor adalah ancaman serius untuk pertumbuhan manufaktur, [...] mengingat barang subttusi dari dalam negeri atas material bahan baku yang selama ini impor dan barang modal mungkin belum tersedia."
Sebagai informasi, total impor bahan baku dari keseluruhan impor adalah 74,5%, sementara barang modal impor sebesar 9,3% dan barang konsumen 9,2%. Maka dari itu, menekan pertumbuhan manufaktur akan berdampak buruk pada ekspor, serta perlambatan impor hanya akan berdampak kecil pada transaksi berjalan.
"Impor tinggi atas bahan baku dan barang modal tidak begitu buruk terhadap ekonomi. Sebaliknya, impor yang lebih tinggi adalah indikator utama atas adanya belanja investasi dan ekonomi yang tumbuh."
(dru) Next Article Infrastruktur Jokowi Buat BI Pede Ekonomi RI Tumbuh 5,2%-5,6%
Berbagai cara telah dan akan ditempuh pemerintah untuk menjaga stabilitas, salah satu yang masih ditunggu adalah penundaan sejumlah proyek infrastruktur. Cara itu diambil guna menekan impor dan menekan defisit neraca perdagangan, salah satu biang kerok pelemahan rupiah.
Tim Riset Bank Mandiri menilai penundaan proyek akan menekan pertumbuhan indsustri dalam negeri, misal penundaan pembangunan jalan, jembatan, dan pelabuhan. Mayoritas yang terdampak adalah sektor pelayanan dan jasa, mengingat pembangunan infrastruktur adalah penunjang sektor yang berkaitan dengan pelayanan.
![]() |
Berdasarkan riset yang dilakukan Tim Ekonom Bank Mandiri, penundaan satu proyek pembangunan jalan dengan nilai Rp 1 triliun, akan memangkas output ekonomi pada kisaran Rp 1,88 triliun. Sedangkan proyek pembangkit listrik senilai Rp 1 miliar, memangkas sekitar Rp 1,99 triliun.
"Dengan data GDP semester I-2018, atas masing-masing penundaan proyek akan ada penurunan pertumbuhan sebesar 0,04%. Maka dari itu, setiap Rp 1 triliun penundaan dilakukan atas masing-masing, pertumbuhan ekonomi akan berkurang 0,04%," demikian tertulis dalam riset terbarunya yang dikirimkan ke CNBC Indonesia (12/9/2018).
Oleh sebab itu, target pertumbuhan ekonomi 5,3% akan menjadi tantangan tersendiri. Diyakini pertumbuhan ekonomi kuartal-II 2018 lalu adalah puncak pertumbuhan ekonomi pada tahun ini, sebab ditunjang oleh hari raya Idul Fitri dan pemberian THR dan gaji ke-13 pada PNS.
Selanjutnya, sektor manufaktur yang menunjukkan pertumbuhan positif pada kuartal II-2018 juga terancam oleh kebijakan lain pemerintah yaitu menghambat impor.
"Kami melihat penghambatan impor adalah ancaman serius untuk pertumbuhan manufaktur, [...] mengingat barang subttusi dari dalam negeri atas material bahan baku yang selama ini impor dan barang modal mungkin belum tersedia."
![]() |
Sebagai informasi, total impor bahan baku dari keseluruhan impor adalah 74,5%, sementara barang modal impor sebesar 9,3% dan barang konsumen 9,2%. Maka dari itu, menekan pertumbuhan manufaktur akan berdampak buruk pada ekspor, serta perlambatan impor hanya akan berdampak kecil pada transaksi berjalan.
"Impor tinggi atas bahan baku dan barang modal tidak begitu buruk terhadap ekonomi. Sebaliknya, impor yang lebih tinggi adalah indikator utama atas adanya belanja investasi dan ekonomi yang tumbuh."
(dru) Next Article Infrastruktur Jokowi Buat BI Pede Ekonomi RI Tumbuh 5,2%-5,6%
Most Popular