
AS Lakukan Intervensi, Penguatan harga Minyak Terbatas
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
11 September 2018 12:59

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak jenis brent kontrak pengiriman November 2018 naik 0,19% ke level US$77,52/barel, sementara harga minyak light sweet kontrak Oktober 2018 menguat tipis sebesar 0,10% ke US$67,61/barel.
Dengan pergerakan itu, harga minyak light sweet yang menjadi acuan di Amerika Serikat (AS) mampu rebound setelah kemarin ditutup melemah sebesar 0,31%. Sedangkan, harga brent yang menjadi acuan di Eropa mampu melanjutkan kenaikan sebesar 0,7% pada perdagangan kemarin.
Sentimen positif utama yang menyokong harga sang emas hitam hari ini masih datang dari sanksi AS terhadap Iran yang akan menyasar industri perminyakan Negeri Persia per November 2018.
Meski demikian, sentimen positif tersebut agak dinetralkan oleh Negeri Paman Sam yang meminta Arab Suadi untuk menaikkan tingkat produksinya.
Kemarin, kedua jenis harga minyak dunia sebenarnya memulai sesi dengan kompak bergerak menguat. Namun, pergerakan harga minyak light sweet kehilangan energinya setelah data mingguan Bloomberg mengindikasikan cadangan minyak mentah AS akan mengalami peningkatan.
Hal itu lantas mementahkan sentimen positif sebelumnya dari jumlah sumur pengeboran aktif di AS yang turun sebanyak 2 unit ke 860 unit pada pekan lalu, seperti dilaporkan oleh perusahaan jasa energi Baker Hughes pada Jumat (7/9/2018) waktu AS.
Dari luar AS, sanksi Negeri Adidaya terhadap Iran masih menjadi energi positif bagi pergerakan harga minyak hari ini. Sanksi ini akan menyasar ekspor minyak mentah dari Teheran pada November 2018 mendatang.
Konsultan energi FGE menyatakan bahwa sebagian besar pelanggan minyak mentah Iran seperti India, Jepang, dan Korea Selatan sudah memangkas pembelian minyak mentah Negeri Persia.
Seperti diketahui, Washington memberikan ancaman bagi negara-negara lain yang mengimpor minyak mentah dari Iran, dengan tujuan mengurangi ekspor minyak mentah Teheran hingga sebanyak-banyaknya.
Sebelumnya, pemerintah India dikabarkan mengizinkan kilang minyak di negaranya untuk mengimpor minyak dari Iran, dengan syarat Iran mau mengelola dan mengasuransikan tanker minyak. Namun, perusahaan-perusahaan minyak cenderung tidak mau mengambil risiko bertentangan dengan AS.
"Pemerintah bisa saja berbicara tegas. Mereka dapat berbicara akan berdiri menghadapi Trump dan/atau mendorong adanya keringanan. Akan tetapi, secara umum, perusahaan yang berbicara dengan kami .... mengatakan bahwa mereka tidak akan mengambil risiko itu," ucap FGE, seperti dikutip oleh CNBC International.
"Sanksi finansial AS dan kerugian asuransi pengiriman menakutkan semua orang," tambah FGE dalam catatan resminya.
Di sisi lain, ada sentimen negatif yang membatasi penguatan harga minyak hari ini. Menteri Energi AS Rick Perry bertemu dengan Menteri Energi Saudi Khalid al-Falih di Washington pada hari Senin (10/9/2018) waktu AS.
Pada pertemuan tersebut, Perry menyampaikan bahwa pemerintahan Trump mendorong negara-negara produsen minyak untuk menjaga level produksinya tetap tinggi menjelang berlakunya sanski AS bagi Iran di November mendatang.
Perry juga dijadwalkan akan bertemu dengan Menteri Energi Rusia Alexander Novak pada Kamis (13/9/2018) di Moscow.
Sebagai catatan, Rusia, AS, dan Arab Saudi merupakan produsen minyak terbesar dunia sejauh ini, yang mampu memenuhi sekitar sepertiga dari 100 juta barel/hari konsumsi minyak harian global.
Kombinasi produksi ketiga negara ini sudah meningkat 3,8 juta barel/hari sejak September 2014, lebih besar dari puncak produksi Iran dalam 3 tahun terakhir sebesar 3 juta barel/hari.
Oleh karena itu, peningkatan produksi dari "Top 3" negara produsen minyak itu dikhawatirkan dapat mengompensasi hilangnya pasokan minyak dari Iran. Hal ini lantas membatasi penguatan harga minyak hari ini.
(roy) Next Article Gara-gara Stok Minyak AS, Harga 'Emas Hitam' Galau
Dengan pergerakan itu, harga minyak light sweet yang menjadi acuan di Amerika Serikat (AS) mampu rebound setelah kemarin ditutup melemah sebesar 0,31%. Sedangkan, harga brent yang menjadi acuan di Eropa mampu melanjutkan kenaikan sebesar 0,7% pada perdagangan kemarin.
Sentimen positif utama yang menyokong harga sang emas hitam hari ini masih datang dari sanksi AS terhadap Iran yang akan menyasar industri perminyakan Negeri Persia per November 2018.
![]() |
Kemarin, kedua jenis harga minyak dunia sebenarnya memulai sesi dengan kompak bergerak menguat. Namun, pergerakan harga minyak light sweet kehilangan energinya setelah data mingguan Bloomberg mengindikasikan cadangan minyak mentah AS akan mengalami peningkatan.
Hal itu lantas mementahkan sentimen positif sebelumnya dari jumlah sumur pengeboran aktif di AS yang turun sebanyak 2 unit ke 860 unit pada pekan lalu, seperti dilaporkan oleh perusahaan jasa energi Baker Hughes pada Jumat (7/9/2018) waktu AS.
Dari luar AS, sanksi Negeri Adidaya terhadap Iran masih menjadi energi positif bagi pergerakan harga minyak hari ini. Sanksi ini akan menyasar ekspor minyak mentah dari Teheran pada November 2018 mendatang.
Konsultan energi FGE menyatakan bahwa sebagian besar pelanggan minyak mentah Iran seperti India, Jepang, dan Korea Selatan sudah memangkas pembelian minyak mentah Negeri Persia.
Seperti diketahui, Washington memberikan ancaman bagi negara-negara lain yang mengimpor minyak mentah dari Iran, dengan tujuan mengurangi ekspor minyak mentah Teheran hingga sebanyak-banyaknya.
Sebelumnya, pemerintah India dikabarkan mengizinkan kilang minyak di negaranya untuk mengimpor minyak dari Iran, dengan syarat Iran mau mengelola dan mengasuransikan tanker minyak. Namun, perusahaan-perusahaan minyak cenderung tidak mau mengambil risiko bertentangan dengan AS.
"Pemerintah bisa saja berbicara tegas. Mereka dapat berbicara akan berdiri menghadapi Trump dan/atau mendorong adanya keringanan. Akan tetapi, secara umum, perusahaan yang berbicara dengan kami .... mengatakan bahwa mereka tidak akan mengambil risiko itu," ucap FGE, seperti dikutip oleh CNBC International.
"Sanksi finansial AS dan kerugian asuransi pengiriman menakutkan semua orang," tambah FGE dalam catatan resminya.
Di sisi lain, ada sentimen negatif yang membatasi penguatan harga minyak hari ini. Menteri Energi AS Rick Perry bertemu dengan Menteri Energi Saudi Khalid al-Falih di Washington pada hari Senin (10/9/2018) waktu AS.
Pada pertemuan tersebut, Perry menyampaikan bahwa pemerintahan Trump mendorong negara-negara produsen minyak untuk menjaga level produksinya tetap tinggi menjelang berlakunya sanski AS bagi Iran di November mendatang.
Perry juga dijadwalkan akan bertemu dengan Menteri Energi Rusia Alexander Novak pada Kamis (13/9/2018) di Moscow.
Sebagai catatan, Rusia, AS, dan Arab Saudi merupakan produsen minyak terbesar dunia sejauh ini, yang mampu memenuhi sekitar sepertiga dari 100 juta barel/hari konsumsi minyak harian global.
Kombinasi produksi ketiga negara ini sudah meningkat 3,8 juta barel/hari sejak September 2014, lebih besar dari puncak produksi Iran dalam 3 tahun terakhir sebesar 3 juta barel/hari.
Oleh karena itu, peningkatan produksi dari "Top 3" negara produsen minyak itu dikhawatirkan dapat mengompensasi hilangnya pasokan minyak dari Iran. Hal ini lantas membatasi penguatan harga minyak hari ini.
(roy) Next Article Gara-gara Stok Minyak AS, Harga 'Emas Hitam' Galau
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular