Trump Berulah, Pasar Saham Hadapi Koreksi Terlama Sejak 2016

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
10 September 2018 20:10
Trump Berulah, Pasar Saham Hadapi Koreksi Terlama Sejak 2016
Foto: Bursa China (Reuters)
London, CNBC Indonesia - Saham-saham di dunia mengalami laju koreksi terpanjang sejak awal tahun 2016 hingga hari Senin (10/9/2018). Koreksi tersebut disebabkan oleh meningkatnya kekhawatiran tentang perang dagang AS-China dan kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve/The Fed di bulan ini.

Sebelumnya Eropa masih bisa mempertahankan diri, tetapi kemudian terbukti bersusah-payah setelah aksi jual dari saham-saham China menarik ekuitas Asia dan pasar-pasar berkembang lainnya ke posisi terendah selama 14 bulan.

Para trader bersiap untuk potensi memanasnya perang tarif impor China-AS setelah Presiden AS Donald Trump meningkatkan pertaruhannya di dalam perselisihan pada hari Jumat (7/9/2018).

Trump berkata dia siap untuk menerapkan tarif impor untuk semua produk impor China ke AS. Dia mengancam memungut bea masuk tambahan terhadap produk impor senilai US$267 miliar (Rp 3.965 triliun), sebagai tambahan dari produk impor senilai $200 miliar yang sudah terlebih dahulu menerima tarif impor.

Ditambah lagi, kuatnya data angka pekerja AS di hari Jumat telah memicu pertaruhan penguatan dolar dengan prediksi bahwa The Fed akan tetap menaikkan suku bunga AS.
 
"Cukup mirip, pasar akan terus tertekan dari semua kekacauan," kata Tim Love, Direktur Investasi Ekuitas Pasar Berkembang di Manajer Keuangan GAM, dilansir dari Reuters.

Dia menyebutkan pelemahan yang baru saja dialami yuan, mata uang China, yang saat ini turun nyaris 9% terhadap dolar sejak April.

"Anda kembali ke pertanyaan yang sangat politis, apakah ini manipulasi mata uang?"

Pasar Eropa bisa bertahan dari pelemahan ini dipicu oleh Bursa Milan, yang naik 1,5%, respons dari komentar menenangkan dari Menteri Perekonomian Giovanni Tria tentang anggaran Italia ke depan yang menyebabkan ongkos pinjaman di pasar obligasi negara itu menurun.

Stockholm juga menguat seiring dengan krona, mata uang Swedia, setelah nasionalis Demokrat Swedia mendapatkan dukungan yang kurang dari ekspektasi di pemilu akhir pekan.

Krona menguat sekitar 0,6% terhadap euro ke posisi 10,43 krona. Euro naik 0,1% terhadap dolar di posisi $1,1566 setelah anjlok lebih dari setengah persen di hari Jumat menyusul data pekerjaan AS.

Indeks saham Asia-Pasifik kecuali Jepang MSCI yang lebih luas terkoreksi 0,9% ke posisi terendah sejak Juli 2017. Koreksi itu memperpanjang penurunan sejak pekan lalu, ketika indeks tersebut anjlok 3,5% secara mingguan yang terparah sejak pertengahan Maret.

Beijing memperingatkan akan menyiapkan pembalasan jika Washington melancarkan langkah perang dagang baru. Namun, Negara Tirai Bambu tidak memiliki cara untuk menandinginya, sehingga menimbulkan kekhawatiran bahwa negara itu akan beralih ke cara lain. Misalnya saja, melemahkan yuan atau mengambil tindakan terhadap perusahaan-perusahaan AS di China.

Saham-saham China turun seiring dengan penurunan indeks blue-chip 1,4%. SSE Composite Shanghai turun 1,2% dan indeks Hang Seng Hong Kong terkoreksi 1,3%.
Nikkei Jepang ditutup naik 0,3% setelah data kuartal kedua yang direvisi menunjukkan perekonomian terbesar ketiga di dunia itu tumbuh dengan laju tercepat sejak 2016.

Trump menantang China, Meksiko, Kanada dan Uni Eropa (UE) terkait perang dagang. Dia juga sudah menunjukkan ketidaksukaannya dengan besarnya desifit dagang AS dengan Jepang.

Posisi terendah selama 14 bulan di saham-saham pasar berkembang muncul di tengah pergolakan di Argentina, Turki, Brazil, Rusia dan Afrika Selatan, di mana mata uangnya baru-baru ini mengalami pelemahan.

Beberapa ekonomi Asia juga riskan, kata para analis Nomura, dengan banyak negara dibebani oleh utang swasta. Mereka juga membahas "risiko konsentrasi" dari beberapa investasi dana terbesar di dunia di aset-aset pasar berkembang.

Rupee India menyentuh rekor terendah 72,50 terhadap dolar, sementara rupiah yang performanya teburuk kedua di Asia tahun ini melemah 0,4%, nyaris menyentuh posisi terendah.

"Dengan komentar terbaru dari Trump, para investor kemungkinan melihat potensi depresiasi yang lebih dalam di mata uang pasar berkembang dengan perang dagang yang semakin memanas," kata Nick Twidale, analis berbasis di Sydney dari Rakuten Securities Australia.

Dolar Australia, mewakili pertumbuhan China karena banyaknya logam yang dijual ke sana, mendekati posisi terendah dalam dua setengah tahun dan berada di posisi $0,7115.
Tembaga turun 1,2%, menambahkan penurunan 20% yang sudah dialami tahun ini. Emas spot juga turun $1.193,01.

Harga minyak melawan tren setelah turun selama tiga hari berturut-turut. Minyak mentah berjangka AS naik 44 sen ke $68,20 per barel dan minyak mentah berjangka Brent bertambah 52% menjadi $77,35 per barel.



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular