
Trump Berulah, Pasar Saham Hadapi Koreksi Terlama Sejak 2016
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
10 September 2018 20:10

Indeks saham Asia-Pasifik kecuali Jepang MSCI yang lebih luas terkoreksi 0,9% ke posisi terendah sejak Juli 2017. Koreksi itu memperpanjang penurunan sejak pekan lalu, ketika indeks tersebut anjlok 3,5% secara mingguan yang terparah sejak pertengahan Maret.
Beijing memperingatkan akan menyiapkan pembalasan jika Washington melancarkan langkah perang dagang baru. Namun, Negara Tirai Bambu tidak memiliki cara untuk menandinginya, sehingga menimbulkan kekhawatiran bahwa negara itu akan beralih ke cara lain. Misalnya saja, melemahkan yuan atau mengambil tindakan terhadap perusahaan-perusahaan AS di China.
Saham-saham China turun seiring dengan penurunan indeks blue-chip 1,4%. SSE Composite Shanghai turun 1,2% dan indeks Hang Seng Hong Kong terkoreksi 1,3%.
Nikkei Jepang ditutup naik 0,3% setelah data kuartal kedua yang direvisi menunjukkan perekonomian terbesar ketiga di dunia itu tumbuh dengan laju tercepat sejak 2016.
Trump menantang China, Meksiko, Kanada dan Uni Eropa (UE) terkait perang dagang. Dia juga sudah menunjukkan ketidaksukaannya dengan besarnya desifit dagang AS dengan Jepang.
Posisi terendah selama 14 bulan di saham-saham pasar berkembang muncul di tengah pergolakan di Argentina, Turki, Brazil, Rusia dan Afrika Selatan, di mana mata uangnya baru-baru ini mengalami pelemahan.
Beberapa ekonomi Asia juga riskan, kata para analis Nomura, dengan banyak negara dibebani oleh utang swasta. Mereka juga membahas "risiko konsentrasi" dari beberapa investasi dana terbesar di dunia di aset-aset pasar berkembang.
Rupee India menyentuh rekor terendah 72,50 terhadap dolar, sementara rupiah yang performanya teburuk kedua di Asia tahun ini melemah 0,4%, nyaris menyentuh posisi terendah.
"Dengan komentar terbaru dari Trump, para investor kemungkinan melihat potensi depresiasi yang lebih dalam di mata uang pasar berkembang dengan perang dagang yang semakin memanas," kata Nick Twidale, analis berbasis di Sydney dari Rakuten Securities Australia.
Dolar Australia, mewakili pertumbuhan China karena banyaknya logam yang dijual ke sana, mendekati posisi terendah dalam dua setengah tahun dan berada di posisi $0,7115.
Tembaga turun 1,2%, menambahkan penurunan 20% yang sudah dialami tahun ini. Emas spot juga turun $1.193,01.
Harga minyak melawan tren setelah turun selama tiga hari berturut-turut. Minyak mentah berjangka AS naik 44 sen ke $68,20 per barel dan minyak mentah berjangka Brent bertambah 52% menjadi $77,35 per barel.
(roy/roy)
Beijing memperingatkan akan menyiapkan pembalasan jika Washington melancarkan langkah perang dagang baru. Namun, Negara Tirai Bambu tidak memiliki cara untuk menandinginya, sehingga menimbulkan kekhawatiran bahwa negara itu akan beralih ke cara lain. Misalnya saja, melemahkan yuan atau mengambil tindakan terhadap perusahaan-perusahaan AS di China.
Nikkei Jepang ditutup naik 0,3% setelah data kuartal kedua yang direvisi menunjukkan perekonomian terbesar ketiga di dunia itu tumbuh dengan laju tercepat sejak 2016.
Posisi terendah selama 14 bulan di saham-saham pasar berkembang muncul di tengah pergolakan di Argentina, Turki, Brazil, Rusia dan Afrika Selatan, di mana mata uangnya baru-baru ini mengalami pelemahan.
Beberapa ekonomi Asia juga riskan, kata para analis Nomura, dengan banyak negara dibebani oleh utang swasta. Mereka juga membahas "risiko konsentrasi" dari beberapa investasi dana terbesar di dunia di aset-aset pasar berkembang.
Rupee India menyentuh rekor terendah 72,50 terhadap dolar, sementara rupiah yang performanya teburuk kedua di Asia tahun ini melemah 0,4%, nyaris menyentuh posisi terendah.
"Dengan komentar terbaru dari Trump, para investor kemungkinan melihat potensi depresiasi yang lebih dalam di mata uang pasar berkembang dengan perang dagang yang semakin memanas," kata Nick Twidale, analis berbasis di Sydney dari Rakuten Securities Australia.
Dolar Australia, mewakili pertumbuhan China karena banyaknya logam yang dijual ke sana, mendekati posisi terendah dalam dua setengah tahun dan berada di posisi $0,7115.
Tembaga turun 1,2%, menambahkan penurunan 20% yang sudah dialami tahun ini. Emas spot juga turun $1.193,01.
Harga minyak melawan tren setelah turun selama tiga hari berturut-turut. Minyak mentah berjangka AS naik 44 sen ke $68,20 per barel dan minyak mentah berjangka Brent bertambah 52% menjadi $77,35 per barel.
(roy/roy)
Pages
Most Popular