
Aura Kenaikan Bunga dan Perang Dagang Bikin Dolar AS Menggila
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
10 September 2018 12:38

Penguatan dolar AS semakin nyata. Pada pukul 12:14 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama) menguat 0,1%.
Dari sisi internal, dolar AS didukung oleh data-data perekonomian yang terus positif. Pada Agustus 2018, angka pengangguran AS memang tetap di 3,9% seperti bulan sebelumnya.
Namun, upah per jam rata-rata meningkat 0,4% secara month-to-month (MtM). Peningkatan sebesar itu merupakan yang tertinggi pada tahun ini, sekaligus mampu melampaui ekspektasi pasar yang memperkirakan peningkatan 0,2% MtM.
Adapun secara year-on year (YoY), upah per jam rata-rata di bulan lalu meningkat 2,9%. Capaian itu juga mampu melampaui konsensus yang dihimpun Reuters, yaitu 2,7%. Secara historis, peningkatan tahunan itu merupakan yang tertinggi sejak Juni 2009.
Kemudian, lapangan kerja non-pertanian AS per Agustus bertambah 201.000. Jauh melampaui konsensus pasar sebesar 191.000.
Data-data ketenagakerjaan Negeri Paman Sam yang solid tersebut membuat potensi kenaikan suku bunga acuan pada rapat The Federal Reserve/The Fed bulan ini semakin besar. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas kenaikan suku bunga acuan menjadi 2-2,25% pada rapat 26 September mendatang adalah 98,4%.
Tidak selesai sampai di situ, The Fed juga diperkirakan menaikkan suku bunga lagi pada pertemuan Desember dengan kemungkinan 75%. Artinya, The Fed akan menaikkan suku bunga sebanyak empat kali sepanjang 2018, lebih banyak dibandingkan perkiraan sebelumnya yaitu tiga kali.
Didorong kabar kenaikan suku bunga, dolar AS jumawa. Sebab, kenaikan suku bunga akan membuat arus modal berkerumun di sekitar greenback, karena investor berharap kenaikan imbalan investasi.
Salah satu pertanda masuknya aliran modal ke pasar AS adalah penurunan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah. Yield yang turun adalah pertanda harga obligasi sedang naik akibat maraknya permintaan.
Berikut perkembangan yield obligasi pemerintah AS pada pukul 12:20 WIB:
(aji/aji)
Dari sisi internal, dolar AS didukung oleh data-data perekonomian yang terus positif. Pada Agustus 2018, angka pengangguran AS memang tetap di 3,9% seperti bulan sebelumnya.
Namun, upah per jam rata-rata meningkat 0,4% secara month-to-month (MtM). Peningkatan sebesar itu merupakan yang tertinggi pada tahun ini, sekaligus mampu melampaui ekspektasi pasar yang memperkirakan peningkatan 0,2% MtM.
Kemudian, lapangan kerja non-pertanian AS per Agustus bertambah 201.000. Jauh melampaui konsensus pasar sebesar 191.000.
Data-data ketenagakerjaan Negeri Paman Sam yang solid tersebut membuat potensi kenaikan suku bunga acuan pada rapat The Federal Reserve/The Fed bulan ini semakin besar. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas kenaikan suku bunga acuan menjadi 2-2,25% pada rapat 26 September mendatang adalah 98,4%.
Tidak selesai sampai di situ, The Fed juga diperkirakan menaikkan suku bunga lagi pada pertemuan Desember dengan kemungkinan 75%. Artinya, The Fed akan menaikkan suku bunga sebanyak empat kali sepanjang 2018, lebih banyak dibandingkan perkiraan sebelumnya yaitu tiga kali.
Didorong kabar kenaikan suku bunga, dolar AS jumawa. Sebab, kenaikan suku bunga akan membuat arus modal berkerumun di sekitar greenback, karena investor berharap kenaikan imbalan investasi.
Salah satu pertanda masuknya aliran modal ke pasar AS adalah penurunan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah. Yield yang turun adalah pertanda harga obligasi sedang naik akibat maraknya permintaan.
Berikut perkembangan yield obligasi pemerintah AS pada pukul 12:20 WIB:
(aji/aji)
Pages
Most Popular