Dolar AS Kumpulkan Energi, Hati-hati Rupiah!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
10 September 2018 08:25
Dolar AS Kumpulkan Kekuatan
Foto: Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Dolar AS sedang mengumpulkan kekuatan untuk menguat. Pada pukul 08:16 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama) menguat tipis 0,02%. 

Dolar AS berpotensi menguat pada perdagangan hari ini. Greenback bakal mendapat tambahan gula dari data ketenagakerjaan AS yang positif. 

Pada Agustus 2018, angka pengangguran AS memang tetap di 3,9% seperti bulan sebelumnya. Namun, upah per jam rata-rata meningkat 0,4% secara month-to-month (MtM). Peningkatan sebesar itu merupakan yang tertinggi pada tahun ini, sekaligus mampu melampaui ekspektasi pasar yang memperkirakan peningkatan 0,2% MtM. 

Adapun secara year-on year (YoY), upah per jam rata-rata di bulan lalu meningkat 2,9%. Capaian itu juga mampu melampaui konsensus yang dihimpun Reuters, yaitu 2,7%. Secara historis, peningkatan tahunan itu merupakan yang tertinggi sejak Juni 2009. 

Kemudian, lapangan kerja non-pertanian AS per Agustus bertambah 201.000. Jauh melampaui konsensus pasar sebesar 191.000.  

Data-data ketenagakerjaan Negeri Paman Sam yang solid tersebut membuat potensi kenaikan suku bunga acuan pada rapat The Fed bulan ini semakin besar. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas kenaikan suku bunga acuan menjadi 2-2,25% pada rapat 26 September mendatang adalah 98,4%. 

Tidak selesai sampai di situ, The Fed juga diperkirakan menaikkan suku bunga lagi pada pertemuan Desember dengan kemungkinan 75%. Artinya, The Fed akan menaikkan suku bunga sebanyak empat kali sepanjang 2018, lebih banyak dibandingkan perkiraan sebelumnya yaitu tiga kali. 

Didorong kabar kenaikan suku bunga, dolar AS berpotensi jumawa. Sebab, kenaikan suku bunga akan membuat arus modal berkerumun di sekitar greenback, karena investor berharap kenaikan imbalan investasi. Aksi borong terhadap dolar AS dan instrumen berbasis mata uang tersebut kemungkinan membuat mata uang lain bakal tertekan, tidak terkecuali rupiah. 

Kemudian, hawa perang dagang juga masih hangat. Apalagi otoritas China merilis data surplus perdagangan dengan AS yang semakin lebar. 

Beijing mengumumkan ekspor China pada Agustus 2015 tumbuh 9,8% YoY sementara impor melonjak 20% YoY. Negeri Tirai Bambu masih membukukan surplus perdagangan US$ 27,91 miliar. 

Dengan AS, China mencatat ada surplus US$ 31,05 miliar, naik dibandingkan bulan sebelumnya yaitu US$ 28,09 miliar. Ini bisa menjadi sumber masalah, karena dapat dijadikan alasan bagi AS untuk mengobarkan perang dagang. AS (maaf, lebih tepatnya Trump) tentu tidak mau terus-menerus tekor saat berdagang dengan China, sehingga instrumen kenaikan bea masuk menjadi andalan untuk meredam impor. 

Bila ada kabar dari Washington seputar rencana pengenaan bea masuk terhadap impor produk China senilai US$ 267 miliar, maka bisa menjadi sentimen negatif bagi pasar keuangan global. Investor akan dipaksa bermain aman, tidak mau mengambil aset-aset berisiko apalagi di negara berkembang. Bila ini terjadi, maka IHSG dan rupiah akan terancam sementara dolar AS semakin berjaya.  

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular