Kado Akhir Pekan: Rupiah Kembali Perkasa

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
07 September 2018 17:27
Operasi Penyelematan Rupiah Masih Dapat Apresiasi
Foto: Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Dari dalam negeri, sepertinya investor masih merespons positif upaya penyelamatan rupiah yaitu kenaikan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 22 untuk 1.147 produk impor. Disinsentif ini memberi angin segar bagi produsen dalam negeri, karena mereka bisa mengisi ruang yang mungkin ditinggalkan oleh produk impor. 

Ini terlihat dari kenaikan harga saham-saham seperti UNVR (+5,7%) atau ASII (+5,51%). Kompetitor mereka dari luar negeri akan lebih sulit masuk ke Indonesia, sehingga mereka terlecut untuk meningkatkan produksi demi memenuhi permintaan domestik. Kenaikan produksi akan menghasilkan tambahan pendapatan dan berujung pada pertumbuhan laba sehingga mendapat apresiasi pelaku pasar. 

Kenaikan saham-saham itu berkontribusi terhadap lesatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hari ini, IHSG ditutup menguat 1,3%. 

Tidak hanya ke pasar saham, aliran modal juga mengalir ke obligasi pemerintah. Hal ini terlihat dari penurunan imbal hasil (yield), pertanda harga sedang bergerak ke atas. 

Berikut pergerakan yield obligasi pemerintah Indonesia pada pukul 17:13 WIB: 



Rupiah dan kawan-kawan masih bisa selamat akhir pekan ini. Mata uang Asia bisa mengambil nafas sebentar sebelum menghadapi periode yang tidak kalah menantang pekan depan.

Malam ini, akan ada rilis data ketenagakerjaan Negeri Paman Sam. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan angka pengangguran Agustus 2018 di 3,8%. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 3,9%.

Jika proyeksi ini terwujud, maka kemungkinan The Federal Reserve/The Fed menaikkan suku bunga acuan semakin besar. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas The Fed menaikkan suku bunga pada rapat 26 September mendatang mencapai 99% alias hampir pasti.

Perekonomian AS yang semakin dekat ke full employment (jumlah pembukaan lapangan kerja mampu melampaui jumlah pengangguran) menandakan perlu ada sedikit pengereman. Tanpa rem, laju perekonomian menjadi tidak terkendali yang akhirnya menciptakan inflasi yang tidak perlu.

Cara pengendalian yang paling ampuh adalah menaikkan suku bunga acuan. Namun, kebijakan ini punya dampak lain yaitu memancing arus modal ke Negeri Adidaya karena berharap akan ada kenaikan imbalan investasi. Dolar AS pun berpotensi kembali digdaya.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular