Kado Akhir Pekan: Rupiah Kembali Perkasa

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
07 September 2018 17:27
Kado Akhir Pekan: Rupiah Kembali Perkasa
Foto: Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat pada perdagangan akhir pekan ini. Penguatan rupiah membuat investor di pasar keuangan Indonesia boleh menghembuskan nafas lega dan bisa libur dengan tenang. 

Pada Jumat (7/9/2018), US$ 1 di pasar spot ditutup di Rp 14.815. Rupiah menguat 0,47% dibandingkan penutupan perdagangan sehari sebelumnya. Performa rupiah hari ini bahkan lebih baik dibandingkan kemarin, yang menguat 0,3%.  

Padahal perjalanan rupiah pada perdagangan hari ini agak meragukan. Dibuka menguat 0,13%, rupiah berangsur-angsur melemah hingga benar-benar terpeleset ke area depresiasi. 

Namun jelang akhir perdagangan, rupiah berbalik arah dengan cepat. Tidak cuma menipiskan koreksi, bahkan rupiah mampu melesat dan menguat signifikan. Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah pada perdagangan hari ini: 

 

Seperti rupiah, mata uang Asia yang awalnya melemah pun berbalik arah. Dengan apresiasi 0,47%, rupiah menjadi mata uang dengan penguatan kedua terbaik di Benua Kuning. Posisi puncak ditempati oleh peso Filipina. 

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 16:42 WIB: 

 

Dolar AS yang sempat perkasa kemudian terpeleset. Pada pukul 16:46 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) melemah 0,11%. 

Pelemahan dolar AS dipicu oleh kuatnya yen. Hal ini muncul setelah beredar kabar Presiden AS Donald Trump ingin mengenakan bea masuk untuk produk-produk Jepang. 

Mengutip CNBC Internasional, Trump diberitakan menelepon James Freeman, kolumnis Wall Street Journal. Dalam perbincangan itu Trump membocorkan perihal rencananya terhadap Negeri Matahari Terbit. 

"Trump menceritakan hubungan baiknya dengan pemimpin Jepang. Namun kemudian dia menambahkan 'tunggu saja sampai saya menyampaikan berapa yang harus mereka harus membayar'," ungkap Freeman. 

Perkembangan tersebut membuat pelaku pasar kian cemas, karena sebelumnya sudah dibuat khawatir menunggu apakah Trump jadi mengenakan bea masuk baru bagi produk-produk China senilai US$ 200 miliar. Perang dagang adalah isu besar yang membuat pelaku pasar bersikap hati-hati dan enggan mengambil risiko. Ketika isu perang dagang mengemuka, investor akhirnya berpaling ke pelukan aset yang dianggap aman (safe haven).  

Di sinilah letak keunikannya. Dolar AS dan yen saat ini sama-sama berstatus sebagai safe haven. Namun sebenarnya yen merupakan safe haven sejati, safe haven yang asli.  

Dipaksa memilih antara yen dan dolar AS, investor memilih yang pertama. Hasilnya adalah dolar AS terjerumus dan ini berhasil dimanfaatkan oleh mata uang Asia lainnya, termasuk rupiah. 


Dari dalam negeri, sepertinya investor masih merespons positif upaya penyelamatan rupiah yaitu kenaikan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 22 untuk 1.147 produk impor. Disinsentif ini memberi angin segar bagi produsen dalam negeri, karena mereka bisa mengisi ruang yang mungkin ditinggalkan oleh produk impor. 

Ini terlihat dari kenaikan harga saham-saham seperti UNVR (+5,7%) atau ASII (+5,51%). Kompetitor mereka dari luar negeri akan lebih sulit masuk ke Indonesia, sehingga mereka terlecut untuk meningkatkan produksi demi memenuhi permintaan domestik. Kenaikan produksi akan menghasilkan tambahan pendapatan dan berujung pada pertumbuhan laba sehingga mendapat apresiasi pelaku pasar. 

Kenaikan saham-saham itu berkontribusi terhadap lesatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hari ini, IHSG ditutup menguat 1,3%. 

Tidak hanya ke pasar saham, aliran modal juga mengalir ke obligasi pemerintah. Hal ini terlihat dari penurunan imbal hasil (yield), pertanda harga sedang bergerak ke atas. 

Berikut pergerakan yield obligasi pemerintah Indonesia pada pukul 17:13 WIB: 



Rupiah dan kawan-kawan masih bisa selamat akhir pekan ini. Mata uang Asia bisa mengambil nafas sebentar sebelum menghadapi periode yang tidak kalah menantang pekan depan.

Malam ini, akan ada rilis data ketenagakerjaan Negeri Paman Sam. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan angka pengangguran Agustus 2018 di 3,8%. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 3,9%.

Jika proyeksi ini terwujud, maka kemungkinan The Federal Reserve/The Fed menaikkan suku bunga acuan semakin besar. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas The Fed menaikkan suku bunga pada rapat 26 September mendatang mencapai 99% alias hampir pasti.

Perekonomian AS yang semakin dekat ke full employment (jumlah pembukaan lapangan kerja mampu melampaui jumlah pengangguran) menandakan perlu ada sedikit pengereman. Tanpa rem, laju perekonomian menjadi tidak terkendali yang akhirnya menciptakan inflasi yang tidak perlu.

Cara pengendalian yang paling ampuh adalah menaikkan suku bunga acuan. Namun, kebijakan ini punya dampak lain yaitu memancing arus modal ke Negeri Adidaya karena berharap akan ada kenaikan imbalan investasi. Dolar AS pun berpotensi kembali digdaya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular