Penjelasan Lengkap Bos BI Rupiah Tinggalkan Rp 14.900/US$

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
07 September 2018 15:21
BI menegaskan akan senantiasa menjaga nilai tukar.
Foto: CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berhasil menguat dua hari belakangan. Ini setelah dalam satu pekan terakhir terombang-ambing dinamika ketidakpastian ekonomi global.

Penguatan rupiah tak lepas dari meredanya kondisi eksternal serta langkah konkret pemerintah dalam upaya menjaga stabilitas dengan memperbaiki defisit transaksi berjalan (CAD).

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo pun mensyukuri penguatan mata uang Garuda. BI menegaskan akan senantiasa menjaga nilai tukar. Berikut penjelasan lengkap Perry saat ditemui di gedung BI, Jakarta, Jumat (7/9/2018):

Bagaimana tanggapan Anda terhadap penguatan rupiah terhadap dolar AS?
Alhamdulillah, ini karunia Allah bahwa rupiah stabil dan menguat. Tentu saja apresiasi ke pemerintah yang telah dan akan melakukan langkah-langkah konkret menurunkan defisit transaksi berjalan. B20 sudah implementasi.

Kemarin ibu Menteri Keuangan (Sri Mulyani Indrawati) sudah mengumumkan PPh impor. Dan tentu saja beberapa langkah terkait pariwisata sudah dilakukan.

Maka itu, saya yakini defisit transaksi berjalan akan turun. Tidak hanya tahun ini tapi tahun depan akan turun secara signifikkan. Karena itu juga akan mendukung stabilitas nilai tukar rupiah ke depan.

Kedua, apresiasi para pengusaha yang mempunyai devisa dan valas juga menjual valasnya dan itu menambah supply di pasar sehingga dua hari ini supply and demand terus berlangsung, dan itu juga bagian penting mengenai pergerakan nilai tukar yang stabil dan hari ini menguat.

Ketiga, kami tegaskan komitmen kami fokuskan kebijakan-kebijakan kami untuk stabilitas nilai tukar rupiah dengan sejumlah langkah yang kita lakukan baik yang terkait dengan keberadaan kami di pasar.

Tapi dengan supply yang terus bertambah, sehingga mekanisme pasarnya akan semakin kuat. Sehingga pergerakan nilai tukar banyak didukung semakin meningkatnya supply di pasar dan mencerminkan kurs yang mekanisme supply and demand di pasar.

Apakah nilai tukar rupiah masih sesuai dengan fundamentalnya?
Tentu saja kalau kita lihat, pergerakan inflasi kita yang sangat rendah, malah deflasi di Agustus. Pertumbuhan ekonomi yang cukup bagus. Perbankan yang kuat, kredit juga tumbuh sudah lebih dari 10% dan kecenderungan naik terus, dan langkah-langkah penurunan defisit current account akan ada ruang untuk rupiah lebih baik lagi ke depan. Konteksnya seperti itu.

Akan tetapi ada kekhawatiran yang berkembang di masyarakat?
Hari Kamis minggu lalu, apa yang terjadi di dunia internasional adalah ketegangan antara AS dan China, demikian yang terjadi di Turki, demikian juga ketidakjelasan Brexit.

Ini menimbulkan ketidakpastian di pasar global, sehingga investor global yang sebelumnya sudah masuk ke Indonesia, kemudian reverse lagi sehingga nilai tukarnya mendapatkan tekanan hari Kamis, Jumat, Senin.

Ada kecenderungan yang punya devisa menahan, kemudian yang membutuhkan belum waktunya gak sabar. Dengan komunikasi dan langkah-langkah secara konkret oleh pemerintah, dan apresiasi pada pengusaha.

Ini supply yang tempo hari belum masuk, sekarang masuk, tambah banyak, yang kemudian membutuhkan devisa melihat rupiah semakin baik tidak harus nubruk-nubruk. Sehingga ini supply demand semakin bekerja.

Itu yang kemudian ketiga faktor tadi yang kemudian membawa nilai tukar yang stabil. Tentu saja Bank Indonesia akan terus memantau di pasar, akan kita lakukan, koordinasi erat dengan pemerintah, komunikasi terus dengan para pengusaha, baik di pusat dan daerah.

Kita sama-sama ciptakan situasi yang kondusif bagi stabilitas perekonomian dan stabilitas nilai tukar rupiah.


(miq/miq) Next Article Bos BI: Rupiah Ada Kecenderungan Menguat!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular