
Pemerintah Batasi Impor, KRAS Optimistis Cetak Laba 2018
Monica Wareza, CNBC Indonesia
06 September 2018 18:08

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) optimistis tahun ini bisa mencetak laba bersih setelah selama enam tahun berturut-turut perusahaan terus menderita kerugian. Salah satu faktornya adalah pembatasan sejumlah barang impor baja yang mendorong penggunaan produksi dalam negeri.
Direktur Keuangan perusahaan Tardi mengatakan dengan adanya regulasi bari dari pemerintah terkait dengan kondisi nilai tukar rupiah saat ini akan mendorong peningkatan penjualan perusahaan.
"Dengan ada regulasi yang baru ini pemerintah mencoba memanfaatkan produk lokal sebanyak-banyaknya. Kami memanfaatkan momentum itu sebaik-baiknya untuk menyediakan produk sesuai yang diinginkan pasar sehingga memproyeksikan penjualan bisa maksimal," kata Tardi di Balai Kartini, Jakarta, Kamis (6/9).
Lebih lanjut direktur pemasaran perusahaan Purwono Widodo mengatakan kondisi kurs rupiah yang saat ini hampir mencapai Rp 15.000/US$ akan menahan perusahaan-perusahaan untuk melakukan impor. Sehingga akan mengalihkan kebutuhan bajanya ke perusahaan.
Kemudian, perusahaan juga memproyeksikan penjualan ekspor hingga akhir tahun bisa mencapai 10% dari total volume penjualan konsolidasi sehingga akan menggenjot pundi-pundi pendapatan perusahaan juga juga diuntungkan dengan kondisi rupiah aaat ini.
Meski demikian, saat ini utilisasi pabrik perusahaan milik negara ini sudah mencapai titik maksimal sehingga tak memungkinkan lagi untuk menaikkan volume produksinya. "Kalau demand naik kita tutup dengan trading," imbuh dia.
Lebih lanjut, Purwono menargetkan ekspor ini akan meningkat jumlahnya hingga 20%-30% di tahun depan setelah perusahaan mengoperasikan pabrik baru. Diperkirakan pabrik ini akan selesai pada April 2019.
(hps/hps) Next Article Sebut Restrukturisasi KRAS Rp 40 T, Ini Klarifikasi Erick
Direktur Keuangan perusahaan Tardi mengatakan dengan adanya regulasi bari dari pemerintah terkait dengan kondisi nilai tukar rupiah saat ini akan mendorong peningkatan penjualan perusahaan.
"Dengan ada regulasi yang baru ini pemerintah mencoba memanfaatkan produk lokal sebanyak-banyaknya. Kami memanfaatkan momentum itu sebaik-baiknya untuk menyediakan produk sesuai yang diinginkan pasar sehingga memproyeksikan penjualan bisa maksimal," kata Tardi di Balai Kartini, Jakarta, Kamis (6/9).
Kemudian, perusahaan juga memproyeksikan penjualan ekspor hingga akhir tahun bisa mencapai 10% dari total volume penjualan konsolidasi sehingga akan menggenjot pundi-pundi pendapatan perusahaan juga juga diuntungkan dengan kondisi rupiah aaat ini.
Meski demikian, saat ini utilisasi pabrik perusahaan milik negara ini sudah mencapai titik maksimal sehingga tak memungkinkan lagi untuk menaikkan volume produksinya. "Kalau demand naik kita tutup dengan trading," imbuh dia.
Lebih lanjut, Purwono menargetkan ekspor ini akan meningkat jumlahnya hingga 20%-30% di tahun depan setelah perusahaan mengoperasikan pabrik baru. Diperkirakan pabrik ini akan selesai pada April 2019.
(hps/hps) Next Article Sebut Restrukturisasi KRAS Rp 40 T, Ini Klarifikasi Erick
Most Popular