
Harga Drop, Yield Obligasi Samai Rekor Tertinggi Sejak 2016
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
04 September 2018 11:43

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah kembali terkoreksi signifikan hari ini, membuat imbal hasil (yield) kembali melambung ke level tertinggi sejak 2016.
Merujuk data Reuters, koreksi harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus mengangkat tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Keempat seri acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri acuan yang mengalami kenaikan yield tertinggi adalah seri 15 tahun yang mencapai 21 basis poin (bps) dan membuat yield-nya melambung hingga 8,59%. Tiga seri acuan lain juga mengalami koreksi harga dan kenaikan yield, masing-masing 5 tahun, 20 tahun, dan 10 tahun sebesar 10 bps, 6 bps, dan 1 bps menjadi 8,16%, 8,8%, dan 8,24%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Sumber: Reuters
Posisi yield SBN tersebut menjadi yang tertinggi sejak 29 November 2016 untuk seri 5 tahun dan 10 tahun masing-masing 8,13% da 8,23%.
Posisi yield juga menjadi yang tertinggi untuk seri 15 tahun sejak 1 Maret 2016 ketika berada di 8,63%. Selain itu, yield seri acuan 20 tahun juga naik tertinggi sejak 22 Januari 2016 ketika berada di 8,8%.
Siang ini, pemerintah berniat menerbitkan SBN berdasarkan prinsip syariah, yaitu surat berharga syariah negara (SBSN/sukuk negara) melalui lelang rutin. Target penerbitan dipatok senilai Rp 4 triliun.
Jika sentimen global belum membaik nanti siang, maka potensi ramainya permintaan dalam lelang tersebut dapat lebih rendah daripada rerata permintaan SBSN sejak Juli yang berkisar Rp 12,03 triliun.
Jumlah permintaan peserta yang rendah dapat membuat nilai tawar pemerintah dalam lelang akan lebih rendah di mata calon investor sehingga penerbitannya dapat di bawah target dengan yield yang jauh di atas pasar.
Kepala Riset Fixed Income PT MNC Sekuritas I Made Adi Saputra memprediksi jumlah permintaan peserta lelang akan berkisar Rp 5 triliun-Rp 13 triliun di tengah koreksi pasar yang terjadi sejak akhir pekan lalu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Merujuk data Reuters, koreksi harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus mengangkat tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Seri acuan yang mengalami kenaikan yield tertinggi adalah seri 15 tahun yang mencapai 21 basis poin (bps) dan membuat yield-nya melambung hingga 8,59%. Tiga seri acuan lain juga mengalami koreksi harga dan kenaikan yield, masing-masing 5 tahun, 20 tahun, dan 10 tahun sebesar 10 bps, 6 bps, dan 1 bps menjadi 8,16%, 8,8%, dan 8,24%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 4 Sep 2018 | ||||
Seri | Benchmark | Yield 3 Sep 2018 (%) | Yield 4 Sep 2018 (%) | Selisih (basis poin) |
FR0063 | 5 tahun | 8.056 | 8.161 | 10.50 |
FR0064 | 10 tahun | 8.23 | 8.246 | 1.60 |
FR0065 | 15 tahun | 8.379 | 8.591 | 21.20 |
FR0075 | 20 tahun | 8.736 | 8.804 | 6.80 |
Posisi yield SBN tersebut menjadi yang tertinggi sejak 29 November 2016 untuk seri 5 tahun dan 10 tahun masing-masing 8,13% da 8,23%.
Posisi yield juga menjadi yang tertinggi untuk seri 15 tahun sejak 1 Maret 2016 ketika berada di 8,63%. Selain itu, yield seri acuan 20 tahun juga naik tertinggi sejak 22 Januari 2016 ketika berada di 8,8%.
Siang ini, pemerintah berniat menerbitkan SBN berdasarkan prinsip syariah, yaitu surat berharga syariah negara (SBSN/sukuk negara) melalui lelang rutin. Target penerbitan dipatok senilai Rp 4 triliun.
Jika sentimen global belum membaik nanti siang, maka potensi ramainya permintaan dalam lelang tersebut dapat lebih rendah daripada rerata permintaan SBSN sejak Juli yang berkisar Rp 12,03 triliun.
Jumlah permintaan peserta yang rendah dapat membuat nilai tawar pemerintah dalam lelang akan lebih rendah di mata calon investor sehingga penerbitannya dapat di bawah target dengan yield yang jauh di atas pasar.
Kepala Riset Fixed Income PT MNC Sekuritas I Made Adi Saputra memprediksi jumlah permintaan peserta lelang akan berkisar Rp 5 triliun-Rp 13 triliun di tengah koreksi pasar yang terjadi sejak akhir pekan lalu.
Rencana Lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) | ||||||
21-Aug-18 | SPN-S08022019 | SPN-S 0852019 | PBS016 | PBS002 | PBS017 | PBS012 |
Jatuh tempo | 8-Feb-19 | 8-May-19 | 15-Mar-20 | 15-Jan-22 | 15-Oct-25 | 15-Nov-31 |
Kupon imbal hasil | Diskonto | Diskonto | 6.250% | 5.450% | 6.125% | 8.875% |
Target indikatif | 4,000 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Most Popular