Pundak BI Menopang Rupiah
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
03 September 2018 08:48

Meski begitu, rupiah masih punya dua harapan. Pertama pengumuman data inflasi Agustus 2018 yang akan dirilis Badan Pusat Statistik pada pukul 11:00 WIB.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan laju inflasi sebesar 0,07% secara bulanan (month-to-month/MtM). Kemudian inflasi secara tahunan (year-on-year/YoY) diperkirakan 3,33%, sedangkan inflasi inti YoY ada di 2,89%.
Sementara Bank Indonesia (BI) memperkirakan laju inflasi Agustus sebesar 0,06% MtM. Ini membuat inflasi secara YoY ada di 3,19%. Proyeksi BI lebih optimistis dibandingkan pelaku pasar.
Bila realisasi inflasi sesuai dengan konsensus, maka laju inflasi 2018 akan melambat lumayan signifikan dibandingkan bulan sebelumnya. Pada Juli, inflasi MtM ada di 0,28%. Hal ini terjadi seiring siklus penurunan permintaan setelah mencapai puncaknya pada periode Ramadhan-Idul Fitri.
Meski begitu, secara tahunan malah terjadi akselerasi yang cukup tajam karena inflasi Juli secara YoY adalah 3,18%. Inflasi inti juga menunjukkan akselerasi, karena posisi Juli ada di 2,87% YoY.
Hal ini bisa menjadi pertanda bahwa konsumsi masyarakat masih menggeliat. Oleh karena itu, apabila realisasi inflasi (khususnya peningkatan inflasi inti) ternyata sesuai ekspektasi pasar, maka bisa menjadi berita baik bagi saham-saham sektor konsumsi dan perbankan yang sejatinya sangat erat dengan konsumsi masyarakat. Aliran dana ke saham-saham itu bisa menjadi amunisi bagi rupiah untuk berbalik arah, atau minimal menipiskan pelemahan.
Sementara harapan kedua adalah intervensi BI. Akhir pekan lalu, rupiah memang sudah menembus level Rp 14.700/US$ dan menyentuh titik terlemah sejak Juli 1998, kala Indonesia dilanda krisis ekonomi dahsyat. Namun, terlihat bahwa BI giat bergerilya di pasar sehingga rupiah tidak melemah lebih dalam.
Tanpa campur tangan BI, bukan tidak mungkin rupiah terus melemah. Pasalnya, di pasar Non-Deliverable Forwards, rupiah sudah melemah sangat dalam dan level Rp 15.000 adalah hal yang umum dijumpai. Bahkan sampai pagi ini, kurs dolar AS di pasar NDF masih sangat menyeramkan sedangkan di pasar spot bertahan di Rp 14.735/US$.
Berikut perkembangan kurs dolar AS di pasar NDF pada pukul 08:40 WIB:
Oleh karena itu, rupiah berharap banyak dari aksi BI di pasar. Upaya stabilisasi BI bisa meringkankan derita rupiah agar tidak melemah terlalu dalam, atau bahkan mungkin saja mampu berbalik menguat. Meski itu akan dibayar dengan semakin merosotnya cadangan devisa.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan laju inflasi sebesar 0,07% secara bulanan (month-to-month/MtM). Kemudian inflasi secara tahunan (year-on-year/YoY) diperkirakan 3,33%, sedangkan inflasi inti YoY ada di 2,89%.
Sementara Bank Indonesia (BI) memperkirakan laju inflasi Agustus sebesar 0,06% MtM. Ini membuat inflasi secara YoY ada di 3,19%. Proyeksi BI lebih optimistis dibandingkan pelaku pasar.
Meski begitu, secara tahunan malah terjadi akselerasi yang cukup tajam karena inflasi Juli secara YoY adalah 3,18%. Inflasi inti juga menunjukkan akselerasi, karena posisi Juli ada di 2,87% YoY.
Hal ini bisa menjadi pertanda bahwa konsumsi masyarakat masih menggeliat. Oleh karena itu, apabila realisasi inflasi (khususnya peningkatan inflasi inti) ternyata sesuai ekspektasi pasar, maka bisa menjadi berita baik bagi saham-saham sektor konsumsi dan perbankan yang sejatinya sangat erat dengan konsumsi masyarakat. Aliran dana ke saham-saham itu bisa menjadi amunisi bagi rupiah untuk berbalik arah, atau minimal menipiskan pelemahan.
Sementara harapan kedua adalah intervensi BI. Akhir pekan lalu, rupiah memang sudah menembus level Rp 14.700/US$ dan menyentuh titik terlemah sejak Juli 1998, kala Indonesia dilanda krisis ekonomi dahsyat. Namun, terlihat bahwa BI giat bergerilya di pasar sehingga rupiah tidak melemah lebih dalam.
Tanpa campur tangan BI, bukan tidak mungkin rupiah terus melemah. Pasalnya, di pasar Non-Deliverable Forwards, rupiah sudah melemah sangat dalam dan level Rp 15.000 adalah hal yang umum dijumpai. Bahkan sampai pagi ini, kurs dolar AS di pasar NDF masih sangat menyeramkan sedangkan di pasar spot bertahan di Rp 14.735/US$.
Berikut perkembangan kurs dolar AS di pasar NDF pada pukul 08:40 WIB:
Oleh karena itu, rupiah berharap banyak dari aksi BI di pasar. Upaya stabilisasi BI bisa meringkankan derita rupiah agar tidak melemah terlalu dalam, atau bahkan mungkin saja mampu berbalik menguat. Meski itu akan dibayar dengan semakin merosotnya cadangan devisa.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Most Popular