Komitmen BI Terkait Anjloknya Rupiah Hingga Rp 14.700/US$

Herdaru Purnomo, CNBC Indonesia
01 September 2018 08:27
Bank Indonesia (BI) selaku instansi yang bertanggung jawab menjaga stabilitas nilai tukar rupiah menyatakan komitmen tegasnya.
Foto: Gubernur BI Perry Warjiyo (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) selaku instansi yang bertanggung jawab menjaga stabilitas nilai tukar rupiah menyatakan komitmen tegasnya.

Melalui Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, bank sentral menegaskan komitmen untuk mengawal secara ketat stabilitas nilai tukar Rupiah yang pada perdagangan kemarin menembus level psikologis terbaru yakni di atas Rp 14.700/US$.

"Serangkaian langkah stabilisasi telah ditempuh Bank Indonesia," ungkap Perry, Jumat (31/8/2018).
Komitmen BI Terkait Anjloknya Rupiah Hingga Rp 14.700/US$Foto: Gubernur BI Perry Warjiyo (REUTERS/Willy Kurniawan)

Pertama, meningkatkan volume intervensi di pasar valas; kedua, melakukan pembelian SBN di pasar sekunder; ketiga, membuka lelang FX Swap, dengan target US$ 400 juta (kemarin), dan; keempat, senantiasa membuka windows swap hedging.

"Selain itu, Bank Indonesia juga senantiasa meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah termasuk Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk memastikan bahwa stabilitas nilai tukar dan stabilitas sistem keuangan tetap terjaga," tegas Perry.

Perry meyakini kondisi perekonomian Indonesia tetap kuat dan berdaya tahan. Beberapa indikator perekonomian Indonesia menunjukkan ketahanan tersebut, seperti pertumbuhan ekonomi yang tumbuh cukup baik, dan inflasi yang rendah serta terjaga.

"Berdasarkan pemantauan harga sampai minggu terakhir Agustus 2018, IHK diperkirakan -0,06% (mtm), atau secara year to date mengalami inflasi sebesar 2,12% (ytd), dan secara tahunan 3,19% (yoy)," jelas Perry.

Kondisi stabilitas sistem keuangan juga terjaga sebagaimana ditunjukkan oleh intermediasi yang kuat. Namun demikian, Bank Indonesia juga senantiasa mewaspadai berbagai risiko yang mungkin timbul di tengah ketidakpastian global sebagaimana yang terjadi pada Turki dan Argentina.

"Dengan dukungan kebijakan baik moneter, stabilitas sistem keuangan maupun fiskal yang berhati-hati (prudent), serta komitmen Pemerintah yang kuat khususnya dalam mengurangi defisit transaksi berjalan, Bank Indonesia meyakini ketahanan ekonomi Indonesia," tutur Perry.

Bank Indonesia memperkirakan hingga akhir tahun defisit transaksi berjalan dapat mengarah pada 2,5% dari PDB pada tahun 2018, dan 2% dari PDB pada tahun 2019, khususnya didukung oleh beberapa kebijakan Pemerintah antara lain melalui kebijakan B20 yang diperkirakan dapat menurunkan defisit hingga US$2,2 miliar, penguatan sektor pariwisata, penundaan beberapa proyek Pemerintah, dan peningkatan ekspor sekitar US$ 9 s.d.10 miliar pada tahun depan.


(dru) Next Article RI, Jepang, China Hingga Korsel Siap 'Buang' Dolar AS di 2024

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular