
Pasar Obligasi Berpotensi Koreksi Lebih Dalam
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
30 August 2018 11:01

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar obligasi dibuka terkoreksi pada awal hari ini yang diselimuti kekhawatiran terhadap data makroekonomi Amerika Serikat (AS) terkait agresivitas penaikan suku bunga acuan.
Agresivitas bunga acuan itu dapat memicu aliran dana lagi ke greenback, sebutan bagi mata uang Paman Sam.
Merujuk data Reuters, koreksi harga surat berharga negara (SBN) tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus melambungkan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Keempat seri itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun , FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri acuan 5 tahun dan 20 tahun mengalami koreksi harga dan kenaikan yield terbesar, masing-masing 3 basis poin (bps) dan 4 bps menjadi 7,76% dan 8,43%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Dua seri acuan lain juga mengalami koreksi harga meskipun lebih terbatas dan cenderung flat, yaitu seri 10 tahun dan 15 tahun masing-masing 1 bps menjadi 7,95% dan 8,07%.
Sumber: Reuters
Koreksi pasar SBN diwarnai oleh sentimen negatif dari perbaikan ekonomi AS menyikapi data makroekonomi semalam. Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) di kuartal II-2018 ternyata lebih kencang daripada prediksi.
Melonjaknya pengeluaran usaha di perangkat lunak, serta menurunnya impor, menjadi energi utama bagi meroketnya pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam di kuartal lalu.
Angka pertumbuhan ekonomi itu dibukukan 4,2% untuk periode kuartal I-2018 dari periode sebelumnya 4,1%. Kenaikan yang dibukukan tersebut menjadi yang terkencang sejak kuartal III-2014.
Akibat pandangan positifnya prospek ekonomi AS ke depan, investor global memiliki persepsi bank sentral AS akan lebih agresif menaikkan suku bunganya lebih banyak yaitu empat kali daripada prediksi dua kali hingga akhir tahun.
Persepsi itu dapat memicu pelaku pasar keuangan dunia justru mengalihkan investasinya dari aset lebih berisiko ke aset yang dirasa lebih aman (safe haven) seperti dolar AS sehingga mengangkat posisinya di pasar.
Koreksi SBN acuan 10 tahun dua hari terakhir ternyata diiringi oleh stagnasi yield surat utang pemerintah AS yaitu US Treasury 10 tahun di 2,88%. Kondisi itu membuat selisih(spread) US Treasury dengan SBN tenor 10 tahun melebar menjadi 507 bps, dari posisi sehari sebelumnya 505 bps.
Spread yang melebar, ditambah faktor turunnya yield US Treasury, dapat membuat investor global menilai perlu menyeimbangkan (rebalancing) portofolionya dalam jangka pendek.
Rebalancing tersebut membuat investasi di pasar SBN rupiah menjadi sedikit lebih menarik karena lebih murah dibandingkan dengan sebelumnya.
Spread SBN-US Treasury
Sumber: Reuters
Pagi ini, koreksi di pasar surat utang seiring sejalan dengan pelemahan rupiah di pasar spot terhadap dolar AS. Posisi mata uang garuda masih turun 5 poin (0,03%) menjadi Rp 14.655 per greenback, sebutan bagi dolar AS.
Di sisi lain, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih menguat tipi s6 poin (0,11%) dan masih mempertahankan posisi indeks di atas level psikologis 6.000, tepatnya menjadi 6.070.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/ray) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%
Agresivitas bunga acuan itu dapat memicu aliran dana lagi ke greenback, sebutan bagi mata uang Paman Sam.
Merujuk data Reuters, koreksi harga surat berharga negara (SBN) tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus melambungkan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Keempat seri itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun , FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri acuan 5 tahun dan 20 tahun mengalami koreksi harga dan kenaikan yield terbesar, masing-masing 3 basis poin (bps) dan 4 bps menjadi 7,76% dan 8,43%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Dua seri acuan lain juga mengalami koreksi harga meskipun lebih terbatas dan cenderung flat, yaitu seri 10 tahun dan 15 tahun masing-masing 1 bps menjadi 7,95% dan 8,07%.
Yield Obligasi Negara Acuan 30 Aug 2018 | ||||
Seri | Benchmark | Yield 28 Aug 2018 (%) | Yield 29 Aug 2018 (%) | Selisih (basis poin) |
FR0063 | 5 tahun | 7.733 | 7.763 | 3.00 |
FR0064 | 10 tahun | 7.94 | 7.957 | 1.70 |
FR0065 | 15 tahun | 8.062 | 8.075 | 1.30 |
FR0075 | 20 tahun | 8.388 | 8.434 | 4.60 |
Koreksi pasar SBN diwarnai oleh sentimen negatif dari perbaikan ekonomi AS menyikapi data makroekonomi semalam. Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) di kuartal II-2018 ternyata lebih kencang daripada prediksi.
Melonjaknya pengeluaran usaha di perangkat lunak, serta menurunnya impor, menjadi energi utama bagi meroketnya pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam di kuartal lalu.
Angka pertumbuhan ekonomi itu dibukukan 4,2% untuk periode kuartal I-2018 dari periode sebelumnya 4,1%. Kenaikan yang dibukukan tersebut menjadi yang terkencang sejak kuartal III-2014.
Akibat pandangan positifnya prospek ekonomi AS ke depan, investor global memiliki persepsi bank sentral AS akan lebih agresif menaikkan suku bunganya lebih banyak yaitu empat kali daripada prediksi dua kali hingga akhir tahun.
Persepsi itu dapat memicu pelaku pasar keuangan dunia justru mengalihkan investasinya dari aset lebih berisiko ke aset yang dirasa lebih aman (safe haven) seperti dolar AS sehingga mengangkat posisinya di pasar.
Koreksi SBN acuan 10 tahun dua hari terakhir ternyata diiringi oleh stagnasi yield surat utang pemerintah AS yaitu US Treasury 10 tahun di 2,88%. Kondisi itu membuat selisih(spread) US Treasury dengan SBN tenor 10 tahun melebar menjadi 507 bps, dari posisi sehari sebelumnya 505 bps.
Spread yang melebar, ditambah faktor turunnya yield US Treasury, dapat membuat investor global menilai perlu menyeimbangkan (rebalancing) portofolionya dalam jangka pendek.
Rebalancing tersebut membuat investasi di pasar SBN rupiah menjadi sedikit lebih menarik karena lebih murah dibandingkan dengan sebelumnya.
Spread SBN-US Treasury
Tanggal | UST 10 Tahun (%) | SBN 10 Tahun (%) | Spread (%) |
30-Aug-2018 | 2.882 | 7.957 | 5.075 |
29-Aug-2018 | 2.882 | 7.94 | 5.058 |
28-Aug-2018 | 2.884 | 7.964 | 5.080 |
27-Aug-2018 | 2.85 | 7.936 | 5.086 |
24-Aug-2018 | 2.826 | 7.917 | 5.091 |
23-Aug-2018 | 2.8279 | 7.838 | 5.010 |
21-Aug-2018 | 2.844 | 7.84 | 4.996 |
20-Aug-2018 | 2.857 | 7.913 | 5.056 |
16-Aug-2018 | 2.8786 | 7.991 | 5.112 |
Pagi ini, koreksi di pasar surat utang seiring sejalan dengan pelemahan rupiah di pasar spot terhadap dolar AS. Posisi mata uang garuda masih turun 5 poin (0,03%) menjadi Rp 14.655 per greenback, sebutan bagi dolar AS.
Di sisi lain, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih menguat tipi s6 poin (0,11%) dan masih mempertahankan posisi indeks di atas level psikologis 6.000, tepatnya menjadi 6.070.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/ray) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%
Most Popular