Pelemahan Rupiah di Kurs Acuan Sudah 3 Hari Beruntun

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
30 August 2018 10:41
Pelemahan Rupiah di Kurs Acuan Sudah 3 Hari Beruntun
Ilustrasi Uang (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di kurs acuan kembali melemah. Depresiasi rupiah di kurs acuan sudah terjadi dalam 3 hari perdagangan terakhir. 

Pada Kamis (30/8/2018), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.655. Rupiah melemah 0,08% dibandingkan perdagangan hari sebelumnya. 

 

Sementara di pasar spot, rupiah juga melemah tipis. Sempat dibuka stagnan, rupiah melemah tipis 0,03% ke Rp 14.655/US$.  


Dolar AS bergerak variatif di Asia. Di antara mata uang yang melemah, rupee India terdepresiasi paling dalam. Sementara di antara yang menguat, won Korea Selatan jadi yang nomor hana (satu). 

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 10:15 WIB: 

 

Tenaga dolar AS datang dari rilis pembacaan kedua atas pertumbuhan ekonomi kuartal II-2018. Kementerian Perdagangan AS melaporkan, pembacaan kedua atas pertumbuhan ekonomi Negeri Adidaya periode kuartal II-2018 menghasilkan angka 4,2% secara tahunan. Lebih tinggi dibandingkan pembacaan pertama yaitu 4,1%. Ini merupakan laju tercepat sejak 2014. 

Rilis data ini akan semakin mempertebal keyakinan bahwa The Federal Reserve/The Fed akan lebih agresif dalam menaikkan suku bunga. Ini dilakukan untuk sedikit mengerem laju pertumbuhan ekonomi AS agar tidak mengalami overheat, kondisi di mana permintaan melesat jauh meninggalkan penawaran sehingga menciptakan inflasi tinggi yang sebenarnya tidak perlu. 

Kabar kenaikan suku bunga bisa menjadi obat kuat yang ampuh bagi dolar AS. Sebab, kenaikan suku bunga akan membuat imbalan investasi di AS naik, terutama untuk instrumen berpendapatan tetap (fixed income) seperti obligasi. Sebenarnya memegang dolar AS saja sudah menguntungkan, karena kenaikan suku bunga akan menjangkar ekspektasi inflasi sehingga melindungi nilai mata uang dari potensi depresiasi. 

Akibatnya, dolar AS terapresiasi terhadap mata uang dunia. Rupiah dan mata uang Asia harus ekstra hati-hati. 



Namun sebenarnya penguatan dolar AS agak terbatas, karena muncul minat pelaku pasar untuk mengambil risiko. Optimisme investor muncul seiring aura damai dagang antara AS dan para tetangganya. 

Sejak kemarin, AS dan Kanada melakukan perundingan dalam rangka perubahan Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA). Sebelumnya AS telah mencapai kesepakatan dengan Meksiko. Oleh karena itu, kesepahaman AS-Kanada menjadi kepingan puzzle terakhir untuk menyempurnakan NAFTA. 

Investor yakin akan ada kesepakatan antara Washington dan Ottawa paling lambat akhir pekan ini. Jika itu terwujud, maka perang dagang antara AS dan para tetangganya akan berakhir dan menjadi sentimen positif di pasar keuangan. 

Situasi ini membuat investor memasang mode risk-off, berani mengambil risiko. Dana-dana asing masih masuk ke negara berkembang, termasuk Indonesia. 

Pada pukul 10:26 WIB, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,11% dan investor asing melakukan beli bersih Rp 31,33 miliar. Ini menggambarkan minat investor terhadap aset berisiko, tanda adanya optimisme. 

Arus modal asing yang masuk ke Asia membatasi penguatan dolar AS. Namun sepertinya sentimen data pertumbuhan ekonomi lebih kuat, sehingga greenback masih mampu menguat terbatas. 

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular