
Kata Pengusaha Soal Anjloknya Rupiah Karena Kebutuhan Impor
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
29 August 2018 18:54

Jakarta, CNBC Indonesia - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menolak disebut tengah mencari cara untuk menghindari rencana kenaikan tarif Pajak Penghasilan (PPh) 22 impor.
Salah satu cara pengusaha untuk menghindari kenaikan tarif PPh impor, yakni dengan menambah volume impor dari yang semestinya dilakukan agar pasokan terpenuhi.
"Menurut saya tidak. Tidak ada kaitannya, tidak ada," kata Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan Perkasa Roeslani, Rabu (29/8/2018).
Bank Indonesia (BI) menyebut, tekanan terhadap nilai tukar rupiah hari ini disebabkan karena pembelian valuta asing dari korporasi untuk kebutuhan impor.
Namun menurut Rosan, pengusaha tak akan secara tiba-tiba menambah volume impor, di tengah kondisi nilai tukar yang masih mengalami fluktuasi. Apalagi, permintaan pun tidak tinggi.
"Mau impor, demand tidak ada. Buat apa juga? Penguatan dolar AS sudah diprediksi," kata Rosan.
Pengusaha, ditegaskan dia, memahami rencana kenaikan tarif pajak impor memang bertujuan untuk mengatasi permasalahan defisit transaksi berjalan (CAD) yang melebar.
"Pemerintah mencoba antisipasi apa yang bisa dilakukan, terutama dalam penurunan transaksi berjalan," jelasnya.
Pada Rabu (29/8/2018) pukul 16:00 WIB, US$1 ditransaksikan pada Rp 14.650 di pasar spot. Rupiah melemah 0,23% dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin.
Sementara itu, harga jual dolar AS di sejumlah bank nasional semakin mantap di atas Rp 14.700/US$. BI pun menegaskan, telah melakukan upaya stabilisasi agar pelemahan nilai tukar rupiah tak terlalu dalam.
(dru) Next Article Menguat Lebih dari 1%, Rupiah Tembus Level 15.620/Dolar AS
Salah satu cara pengusaha untuk menghindari kenaikan tarif PPh impor, yakni dengan menambah volume impor dari yang semestinya dilakukan agar pasokan terpenuhi.
"Menurut saya tidak. Tidak ada kaitannya, tidak ada," kata Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan Perkasa Roeslani, Rabu (29/8/2018).
![]() |
Bank Indonesia (BI) menyebut, tekanan terhadap nilai tukar rupiah hari ini disebabkan karena pembelian valuta asing dari korporasi untuk kebutuhan impor.
"Mau impor, demand tidak ada. Buat apa juga? Penguatan dolar AS sudah diprediksi," kata Rosan.
Pengusaha, ditegaskan dia, memahami rencana kenaikan tarif pajak impor memang bertujuan untuk mengatasi permasalahan defisit transaksi berjalan (CAD) yang melebar.
"Pemerintah mencoba antisipasi apa yang bisa dilakukan, terutama dalam penurunan transaksi berjalan," jelasnya.
Pada Rabu (29/8/2018) pukul 16:00 WIB, US$1 ditransaksikan pada Rp 14.650 di pasar spot. Rupiah melemah 0,23% dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin.
Sementara itu, harga jual dolar AS di sejumlah bank nasional semakin mantap di atas Rp 14.700/US$. BI pun menegaskan, telah melakukan upaya stabilisasi agar pelemahan nilai tukar rupiah tak terlalu dalam.
(dru) Next Article Menguat Lebih dari 1%, Rupiah Tembus Level 15.620/Dolar AS
Most Popular