Dihantui Perang Dagang AS-China, Bursa Saham Asia Bisa Naik

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
23 August 2018 17:00
Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia ditutup menguat pada perdagangan hari ini.
Foto: REUTERS/Kim Hong-Ji
Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia ditutup menguat pada perdagangan hari ini: indeks Nikkei naik 0,22%, indeks Shanghai naik 0,37%, indeks Strait Times naik 1,56%, dan indeks Kospi naik 0,41%.

Memanasnya perang dagang antara AS dengan China mewarnai jalannya perdagangan bursa saham Benua Kuning. Pada siang hari waktu Asia, AS telah resmi menaikkan bea masuk bagi produk impor asal China senilai US$ 16 miliar menjadi 25%. Beberapa produk yang terpengaruh kebijakan ini diantaranya adalah semikonduktor, plastik, dan sepeda motor.

Sebelumnya, China telah mengatakan akan mengenakan bea masuk baru bagi senilai US$ 16 miliar produk impror asal AS jika mereka tetap bersikeras mengeksekusi rencananya. Produk-produk yang disasar China diantaranya bahan bakar, produk-produk baja, mobil, dan peralatan medis.

Sebagai informasi, kemarin (22/8/2018) AS dan China resmi menggelar perundingan dagang di Washington. Perundingan tersebut rencananya akan berakhir hari ini. Melihat perkembangan terkini bahwa AS tetap mengenakan bea masuk baru bagi produk impor asal China, perkembangan dari negosiasi tersebut bisa dibilang kurang baik. Sebelumnya, 4 negosiasi yang sudah digelar tak mampu mengakhiri perang dagang antar kedua negara.

Selain itu, tekanan juga datang dari potensi kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini oleh the Federal Reserve yang semakin nyata. Persepsi itu timbul pasca rilis risalah rapat yang diadakan tanggal 31 Juli hingga 1 Agustus.

Dalam risalah tersebut, the Fed mengisyaratkan bahwa bank sentral akan terus melakukan normalisasi suku bunga acuan.

"Banyak partisipan mengusulkan bahwa bila data yang masuk terus mendukung proyeksi perekonomian mereka saat ini, sepertinya akan segera pantas untuk mengambil langkah lanjutan dalam penarikan kebijakan yang akomodatif," menurut risalah tersebut, dilansir dari Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Kabar Baik China vs Buruk Dari Amerika, Bursa Asia Bervariasi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular