Dolar AS Sukses Balas Dendam, Rupiah Terlemah Ketiga di Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
23 August 2018 12:42

Keperkasaan greenback dipicu oleh persepsi investor bahwa The Federal Reserve/The Fed akan menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan bulan depan. Menurut CME Fedwatch, kemungkinan kenaikan 25 basis poin menjadi 2-2,25% dalam rapat tersebut mencapai 96%.
Optimisme pelaku pasar menebal seiring rilis notulensi rapat (minutes of meeting) The Fed edisi Agustus 2018. Dalam rapat tersebut, terlihat bahwa Jerome Powell and friends masih cukup agresif.
"Para peserta rapat menyatakan bahwa jika data-data ke depan mendukung proyeksi ekonomi, maka sudah saatnya menempuh langkah lanjutan untuk menghilangkan kebijakan yang akomodatif," sebut notulensi itu.
The Fed melihat perekonomian AS, baik itu itu dari sisi pengusaha maupun rumah tangga, sedang dalam momentum yang baik. Oleh karena itu, ekonomi akan tumbuh dan menciptakan dampak inflasi. Melihat hal tersebut, The Fed tidak akan lagi menyebut kebijakan moneter sebagai instrumen untuk mendorong perekonomian.
Potensi kenaikan suku bunga acuan menjadi bahan bakar utama penguatan dolar AS. Dengan kenaikan suku bunga, maka berinvestasi di aset-aset berbasis greenback menjadi lebih menguntungkan karena imbalannya naik.
Dampak ini sangat dirasakan oleh instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi. Terlihat ada aliran modal menuju pasar obligasi pemerintah AS, ditunjukkan oleh penurunan imbal hasil (yield) karena harga sedang naik.
Berikut perkembangan yield obligasi AS pada pukul 12:31 WIB:
Jika arus modal terus masuk ke pasar obligasi Negeri Adidaya, maka dolar AS akan terus menguat. Oleh karena itu, mata uang lainnya kemungkinan akan semakin tertekan. Tidak terkecuali rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Optimisme pelaku pasar menebal seiring rilis notulensi rapat (minutes of meeting) The Fed edisi Agustus 2018. Dalam rapat tersebut, terlihat bahwa Jerome Powell and friends masih cukup agresif.
"Para peserta rapat menyatakan bahwa jika data-data ke depan mendukung proyeksi ekonomi, maka sudah saatnya menempuh langkah lanjutan untuk menghilangkan kebijakan yang akomodatif," sebut notulensi itu.
Potensi kenaikan suku bunga acuan menjadi bahan bakar utama penguatan dolar AS. Dengan kenaikan suku bunga, maka berinvestasi di aset-aset berbasis greenback menjadi lebih menguntungkan karena imbalannya naik.
Dampak ini sangat dirasakan oleh instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi. Terlihat ada aliran modal menuju pasar obligasi pemerintah AS, ditunjukkan oleh penurunan imbal hasil (yield) karena harga sedang naik.
Berikut perkembangan yield obligasi AS pada pukul 12:31 WIB:
Jika arus modal terus masuk ke pasar obligasi Negeri Adidaya, maka dolar AS akan terus menguat. Oleh karena itu, mata uang lainnya kemungkinan akan semakin tertekan. Tidak terkecuali rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular