Dolar AS Sukses Balas Dendam, Rupiah Terlemah Ketiga di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
23 August 2018 12:42
Dolar AS Sukses Balas Dendam, Rupiah Terlemah Ketiga di Asia
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan hari ini. Dolar AS sukses menuntaskan misi balas dendamnya, setelah sempat tertekan oleh mata uang Asia sejak awal pekan ini. 

Pada Kamis (23/8/2018) pukul 12:09 WIB, US$ 1 di pasat spot dihargai Rp 14.630. Rupiah melemah 0,38% dibandingkan penutupan perdagangan sebelum libur Idul Adha. 

Kala pembukaan pasar, rupiah sudah melemah 0,14%. Seiring perjalanan, rupiah melemah semakin dalam. Hingga siang ini, posisi terlemah rupiah berada di Rp 14.635/US$ sedangkan terkuatnya di Rp 14.595/US$. 



Sejak awal pekan, dolar AS sebenarnya mampu dijinakkan oleh rupiah dan kawan-kawan di Asia. Dalam sepekan terakhir, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama) masih melemah 1,28%. 

Namun hari ini, dolar AS mampu menyelesaikan misi balas dendamnya. Pada pukul 12:16 WIB, Dollar Index menguat 0,28%. 

Penguatan dolar AS menyebabkan mata uang utama Asia tertekan. Yuan China, won Korea Selatan, dan rupiah menjadi tiga besar mata uang dengan depresiasi terdalam. 

Berikut perkembangan nilai tukar mata uang Asia terhadap dolar AS pada pukul 12:19 WIB: 

 

Keperkasaan greenback dipicu oleh persepsi investor bahwa The Federal Reserve/The Fed akan menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan bulan depan. Menurut CME Fedwatch, kemungkinan kenaikan 25 basis poin menjadi 2-2,25% dalam rapat tersebut mencapai 96%. 

Optimisme pelaku pasar menebal seiring rilis notulensi rapat (minutes of meeting) The Fed edisi Agustus 2018. Dalam rapat tersebut, terlihat bahwa Jerome Powell and friends masih cukup agresif. 

"Para peserta rapat menyatakan bahwa jika data-data ke depan mendukung proyeksi ekonomi, maka sudah saatnya menempuh langkah lanjutan untuk menghilangkan kebijakan yang akomodatif," sebut notulensi itu. 

The Fed melihat perekonomian AS, baik itu itu dari sisi pengusaha maupun rumah tangga, sedang dalam momentum yang baik. Oleh karena itu, ekonomi akan tumbuh dan menciptakan dampak inflasi. Melihat hal tersebut, The Fed tidak akan lagi menyebut kebijakan moneter sebagai instrumen untuk mendorong perekonomian. 

Potensi kenaikan suku bunga acuan menjadi bahan bakar utama penguatan dolar AS. Dengan kenaikan suku bunga, maka berinvestasi di aset-aset berbasis greenback menjadi lebih menguntungkan karena imbalannya naik. 

Dampak ini sangat dirasakan oleh instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi. Terlihat ada aliran modal menuju pasar obligasi pemerintah AS, ditunjukkan oleh penurunan imbal hasil (yield) karena harga sedang naik.  

Berikut perkembangan yield obligasi AS pada pukul 12:31 WIB: 

 

Jika arus modal terus masuk ke pasar obligasi Negeri Adidaya, maka dolar AS akan terus menguat. Oleh karena itu, mata uang lainnya kemungkinan akan semakin tertekan. Tidak terkecuali rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular