Dibuka Menguat, Sesi I IHSG Malah Ditutup Melemah

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
23 August 2018 12:35
Dibuka menguat 0,3%, IHSG malah melemah 0,02% sampai dengan akhir sesi 1.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Dibuka menguat 0,3%, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) malah melemah 0,02% sampai dengan akhir sesi 1 ke level 5.943,37. Senada dengan IHSG, mayoritas bursa saham utama kawasan Asia juga terjebak di zona merah: indeks Shanghai melemah 0,34%, indeks Hang Seng melemah 0,72%, dan indeks Kospi melemah 0,05%.

Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 4,71 triliun dengan volume sebanyak 4,88 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 228.879 kali.

Saham-saham yang berkontribusi signifikan bagi pelemahan IHSG diantaranya: PT Astra International Tbk/ASII (-2,34%), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (-1,49%), PT Dian Swastatika Sentosa Tbk/DSSA (-19,44%), PT Indo Tambangraya Megah Tbk/ITMG (-4,2%), dan PT Bank Danamon Indonesia Tbk/BDMN (-1,76%).

Tekanan bagi bursa saham Benua Kuning datang dari perang dagang AS-China yang semakin memanas. Sekitar 1 jam yang lalu, AS telah resmi menaikkan bea masuk bagi produk impor asal China senilai US$ 16 miliar menjadi 25%. Beberapa produk yang terpengaruh kebijakan ini diantaranya adalah semikonduktor, plastik, dan sepeda motor.

Sebelumnya, China telah mengatakan akan mengenakan bea masuk baru bagi senilai US$ 16 miliar produk impror asal AS jika mereka tetap bersikeras mengeksekusi rencananya. Produk-produk yang disasar China diantaranya bahan bakar, produk-produk baja, mobil, dan peralatan medis.

Sebagai informasi, kemarin (22/8/2018) AS dan China resmi menggelar perundingan dagang di Washington. Perundingan tersebut rencananya akan berakhir hari ini. Melihat perkembangan terkini bahwa AS tetap mengenakan bea masuk baru bagi produk impor asal China, perkembangan dari negosiasi tersebut bisa dibilang kurang baik. Sebelumnya, 4 negosiasi yang sudah digelar tak mampu mengakhiri perang dagang antar kedua negara.

Selain itu, tekanan juga datang dari potensi kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini oleh the Federal Reserve yang semakin nyata. Persepsi itu timbul pasca rilis risalah rapat yang diadakan tanggal 31 Juli hingga 1 Agustus.

Dalam risalah tersebut, the Fed mengisyaratkan bahwa bank sentral akan terus melakukan normalisasi suku bunga acuan.

"Banyak partisipan mengusulkan bahwa bila data yang masuk terus mendukung proyeksi perekonomian mereka saat ini, sepertinya akan segera pantas untuk mengambil langkah lanjutan dalam penarikan kebijakan yang akomodatif," menurut risalah tersebut, dilansir dari Reuters.

Para pengambil kebijakan di the Fed secara umum mencatat bahwa belanja rumah tangga AS dan pelaku usaha tampaknya memiliki momentum yang dapat dipertimbangkan.

"Saya membaca ini sebagai konfirmasi lanjutan bahwa The Fed yakin akan pengetatan kebijakannya dan sangat tidak mungkin untuk berubah haluan," kata Jeff Greenberg, ekonom di JPMorgan Private Bank.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular