
Investor Cemas Pasokan Seret, Harga Minyak Dunia Naik
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
22 August 2018 10:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia bergerak naik pada perdagangan pagi ini. Penurunan cadangan minyak Amerika Serikat (AS) dan kekhawatiran terhadap sanksi Iran menjadi pelecut kenaikan harga si emas hitam.
Pada Rabu (22/8/2018) pukul 09:41 WIB, harga minyak jenis brent naik 0,37%. Sementara harga minyak jenis light sweet juga naik 0.47%.
Hari ini, setidaknya ada dua faktor pendorong kenaikan harga minyak dunia. Pertama adalah cadangan minyak AS yang turun.
Data American Petroleum Institute (API) menyebutkan, cadangan minyak AS pekan lalu turun 5,2 juta barel dibandingkan pekan sebelumnya menjadi 405,6 juta barel. Penurunan ini lebih tajam ketimbang konsensus pasar yang dihimpun Reuters, yaitu minus 1,5 juta barel.
Stok minyak AS yang turun memunculkan persepsi bahwa pasokan akan ketat. Akibatnya harga pun terkerek ke atas.
Faktor kedua adalah kekhawatiran pelaku pasar terhadap sanksi AS kepada Iran. Di bawah pemerintahan Trump, AS memang sudah keluar dari kesepakatan nuklir dengan Iran yang dibuat pada 2015. AS menuding Negeri Persia masih melakukan pengayaan nuklir dan terlibat dalam konflik di sejumlah negara Timur Tengah seperti Suriah dan Yaman.
Beberapa waktu lalu, Presiden AS Donald Trump menegaskan bakal menjatuhkan sanksi bagi siapa saja yang masih berbisnis dengan Iran. "Siapa pun yang berbisnis dengan Iran tidak akan berbisnis dengan AS!" cuit Trump di Twitter belum lama ini.
Akibatnya, beberapa perusahaan (khususnya dari Eropa) mulai hengkang dari Iran karena takut terseret sanksi Negeri Adidaya. Total, perusahaan energi asal Prancis, sudah resmi keluar dari proyek gas di daerah Pars.
Total masuk ke proyek ini pada 2017 dengan investasi awal mencapai US$ 1 miliar (Rp 14,57 triliun dengan kurs sekarang). Namun mereka tidak kuasa membendung kekhawatiran terkena sanksi dari Paman Trump.
Investor cemas Total bukan satu-satunya. Ke depan, sangat mungkin perusahaan-perusahaan lain memutuskan untuk keluar dari Iran. Ini membuat produksi minyak Iran di ujung tanduk.
Penurunan produksi Iran memicu kekhawatiran berkurangnya pasokan minyak di pasar global. Sejak AS mencabut keikutsertaannya dalam perjanjian nuklir Iran, ekspor minyak Iran terus turun dan tentu mempengaruhi pasokan dunia.
Penurunan pasokan menjadi inti penyebab kenaikan harga minyak hari ini. Kenaikan harga minyak sedikit banyak ikut menyumbang positifnya kinerja sejumlah bursa saham utama.
Di Wall Street, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup naik 0,25% dengan indeks sektor energi menguat 0,08%. Kemudian S&P 500 naik 0,21% dengan indeks sektor energi yang menguat 0,5%. Bahkan indeks teknologi Nasdaq Composite juga tertular naik 0,35%.
Kenaikan harga minyak membuat saham-saham emiten energi lebih diapresiasi pasar. Harga saham Chevron naik 0,16% dan Exxon juga bertambah 0,02%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Harga Minyak Turun (Lagi)
Pada Rabu (22/8/2018) pukul 09:41 WIB, harga minyak jenis brent naik 0,37%. Sementara harga minyak jenis light sweet juga naik 0.47%.
Data American Petroleum Institute (API) menyebutkan, cadangan minyak AS pekan lalu turun 5,2 juta barel dibandingkan pekan sebelumnya menjadi 405,6 juta barel. Penurunan ini lebih tajam ketimbang konsensus pasar yang dihimpun Reuters, yaitu minus 1,5 juta barel.
Stok minyak AS yang turun memunculkan persepsi bahwa pasokan akan ketat. Akibatnya harga pun terkerek ke atas.
Faktor kedua adalah kekhawatiran pelaku pasar terhadap sanksi AS kepada Iran. Di bawah pemerintahan Trump, AS memang sudah keluar dari kesepakatan nuklir dengan Iran yang dibuat pada 2015. AS menuding Negeri Persia masih melakukan pengayaan nuklir dan terlibat dalam konflik di sejumlah negara Timur Tengah seperti Suriah dan Yaman.
Beberapa waktu lalu, Presiden AS Donald Trump menegaskan bakal menjatuhkan sanksi bagi siapa saja yang masih berbisnis dengan Iran. "Siapa pun yang berbisnis dengan Iran tidak akan berbisnis dengan AS!" cuit Trump di Twitter belum lama ini.
Akibatnya, beberapa perusahaan (khususnya dari Eropa) mulai hengkang dari Iran karena takut terseret sanksi Negeri Adidaya. Total, perusahaan energi asal Prancis, sudah resmi keluar dari proyek gas di daerah Pars.
Total masuk ke proyek ini pada 2017 dengan investasi awal mencapai US$ 1 miliar (Rp 14,57 triliun dengan kurs sekarang). Namun mereka tidak kuasa membendung kekhawatiran terkena sanksi dari Paman Trump.
Investor cemas Total bukan satu-satunya. Ke depan, sangat mungkin perusahaan-perusahaan lain memutuskan untuk keluar dari Iran. Ini membuat produksi minyak Iran di ujung tanduk.
Penurunan produksi Iran memicu kekhawatiran berkurangnya pasokan minyak di pasar global. Sejak AS mencabut keikutsertaannya dalam perjanjian nuklir Iran, ekspor minyak Iran terus turun dan tentu mempengaruhi pasokan dunia.
Penurunan pasokan menjadi inti penyebab kenaikan harga minyak hari ini. Kenaikan harga minyak sedikit banyak ikut menyumbang positifnya kinerja sejumlah bursa saham utama.
Di Wall Street, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup naik 0,25% dengan indeks sektor energi menguat 0,08%. Kemudian S&P 500 naik 0,21% dengan indeks sektor energi yang menguat 0,5%. Bahkan indeks teknologi Nasdaq Composite juga tertular naik 0,35%.
Kenaikan harga minyak membuat saham-saham emiten energi lebih diapresiasi pasar. Harga saham Chevron naik 0,16% dan Exxon juga bertambah 0,02%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Harga Minyak Turun (Lagi)
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular