Bak "Sprinter", 3 Saham Ini Lari Kencang dalam 2 Hari

Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
22 August 2018 09:38
Bak
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNCB Indonesia - Hari ini memang tak ada transaksi di Bursa Efek Indonesia karena libur yang bertepatan dengan Hari Raya Iduk Adha. Namun tak ada salahnya menyimak aktivitas perdagangan saham pada dua hari pertama awal pekan ini.

Ada tiga saham menarik perhatian dalam dua hari perdagangan pekan ini karena kenaikan harga yang signifikan. Ketiga saham itu adalah, saham PT Andira Agro Tbk (ANDI) yang harga sahamnya naik 49,71% ke level harga Rp 530/saham, saham PT MD Pictures Tbk (FILM) yang naik 37,24% ke level harga Rp 1.545/saham dan PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) yang naik 34,53% ke level harga Rp 1.075/saham.

Apa yang menyebabkan harga tiga saham ini naik signifikan mari kita simak ulasannya.


Saham ANDI pertama kali diperdagangkan pada 16 Agustus pekan lalu dan dibuka di harga Rp 200 per saham. Hingga kemarin saham perusahaan sudah mengalami kenaikan sebesar 165%.

Pada hari perdagangan pertamanya, saham perusahaan juga mengalami sebesar 70% menjadi Rp 340 dari harga penawarannya sebesar Rp 200 per saham.

Perusahaan akan membangun satu pabrik kelapa sawit (PKS) dengan kapasitas produksi sebesar 45 ton per jam sehingga total produksi perusahaan akan menjadi 85 ton per jam. Peningkatan ini seiring dengan tingginya potensi produksi perusahaan dari tanaman plasma.

Andira Agro merupakan perusahaan yang memiliki dan mengoperasikan perkebunan kelapa sawit yang memproduksi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) yang berbasis di Sumatera Selatan. Aktivitas bisnis perusahaan adalah budidaya dan pemanenan tandan buah segar (TBS) dari pohon kelapa sawit, mengekstraksi dan memurnikan CPO dan inti sawit dari TBS.

Tahun ini ANDI menargetkan total produksi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) hingga akhir tahun sebanyak 48 ribu ton. Dengan asumsi harga CPO di akhir tahun dikisaran US$ 600-US$ 620/ton maka perusahaan memprediksi pertumbuhan penjualan sebesar 15%-20%.

Direktur Utama Andira Agro Francis Indarto mengatakan saat ini tanaman yang dimiliki perusahaan asih berusia muda di kisaran 5-7 tahun, sementara puncak produksi sawit saat di usia 7-20 tahun sehingga perusahaan optimistis jumlah produksi masih akan terus meningkat. Sementara itu, harga saham FILM dari awal tahun terus melanjutkan reli sejak pertama kali ditrasanksikan di Bursa Efek Indonesia pada 7 Agustus 2018. Tercatat harga saham berkode FILM tersebut sudah naik 636% ke level harga Rp 1.545/saham dari harga Rp 210/saham.

Merespons lonjakan harga saham tersebut, Direktur Utama FILM Manoj Punjabi mengatakan bahwa penguatan tersebut merupakan dampak dari permintaan (demand) dari investor yang sangat besar terhadap saham perseroan.

Manoj mengaku tidak membayangkan bahwa harga sahamnya tersebut melaju signifikan paska pencatatan saham perdananya (initial public offering/IPO) yang dilakukan perseroan pada 7 Agustus 2018 kemarin.

"Kalau saya lihat alhamdulillah bahwa demand begitu kencang, jadi saya percaya perusahaan kami ini memiliki value. Kami juga tidak membayangkan bahwa sahamnya akan sekencang begini, jadi demand-nya diluar ekspektasi dan bagus," ungkapnya Selasa (21/8/18).

Dia menjelaskan, saat ini FILM memiliki target-target pengembangan bisnis yang sudah dirampungkan serta diselesaikan paska gelaran IPO tersebut.

Aksi korporasi yang terus dilakukan FILM dinilai menjadi salah satu nilai positif bagi harga sahamnya dimata para investor.

"Sudah banyak aksi korporasi yang kami lakukan, seperti joint venture (usaha gabungan) serta implementasi-implementasi yang sudah dilakukan. Tentunya kamu punya equipment serta dana yang memadai dan tidak menghalangi langkah tersebut. Partner juga sudah ada, jadi tinggal action aja semuanya," tambahnya.

Lebih lanjut, perseroan juga tidak keberatan jika Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali melakukan suspensi terhadap perdagangan saham FILM.

Menurut Manoj, selain sebagai rangka cooling down, suspensi tersebut dinilai mampu membuktikan bahwa saham perseroan adalah saham yang benar-benar teruji tanpa ada perdagangan semu di dalamnya.

"Bagus saja ga apa-apa kan untuk cooling down market, yang penting ini genuine saham permintaannya market. Jadi slow down dulu aja kami akan biarkan, yang penting perusahaan kami benar-benar terpercaya," ungkap Manoj.


Terakhir saham SMBC kenaikan harga saham produsen semen terjadi dalam sebulan terakhir. Spekulasi yang terus merebak jadi pendorong kenaikan harga saham SMCB, dimana ada rumor yang menyebutkan LafargeHolcim, induks usaha SMCB, melepas kepemilikannya membuat saham ini terus terbang dalam dua hari ini.

Rumor seputar pelepasan saham Lafarge di Holcim Indonesia sejatinya sudah ramai sejak bulan lalu. Awalnya merebak kabar saham Lafarge akan dibeli perusahaan semen China, Anchui Conch. Saat dikonfirmasi kepada Direktur PT Conch Cement Indonesia Wang Hai Wing, usai menemui Menteri Koordinator Bidang Maritim Luhut Binsar Panjaitan kemarin, Selasa (10/07/2018), ia hanya tertawa.

"Saat ini belum ada. Kami belum bisa bicara telalu banyak soal ini," ujar Wang singkat

Lalu akhir pekan lalu, muncl nama Taiheiyo Cement Corp, perusahaan semen asal Jepang, yang juga dikabarkan berminat membeli kepemilikan saham Holcim. Selain itu ada juga miliade asal Malaysia Francis Yeoh dari YTL Corp yang juga dikabarkan akan membeli saham Lafarge.

Selain itu, PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dan HeidelbergCement AG, pemegang saham t PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) juga digadang-gadang ikut dalam pertempuran merebut saham Lafarge di Holcim tersebut.

Melalui keterbukaan informasi, manajemen SMCB memastikan bahwa pihaknya hingga saat ini belum menerima kabar dari pemegang saham mayoritas serta induk usahanya (LafargeHolcim Ltd) yang akan melepas kepemilikannya.

Menurut keterbukaannya pada Bursa Efek Indonesia (BEI), manajemen SMCB mengetahui terkait rumor yang menyebutkan kemungkinan divestasi yang dilakukan induk usahanya, namun pernyataan tersebut masih belum bisa dipastikan dan dikonfirmasi kebenarannya oleh manajemen SMCB.

"Kami sepenuhnya mengetahui adanya pemberitaan yang menyebutkan tentang kemungkinan divestasi Holcim Indonesia oleh pemegang saham mayoritas (LafargeHolcim Ltd). Perseroan tidak dapat memberikan pernyataan atas pemeberitaan tersebut dan tidak menerima informasi resmi mengenai keputusan apapun dari para pemegang saham mayoritas," ungkap manajemen.
(hps/hps) Next Article Baru Diperdagangkan Tiga Hari, Saham ANDI Naik 165%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular