Harga Saham Tertekan, Ini Penjelasan MEDC Soal Bisnis Migas

Tito Bosnia, CNBC Indonesia
21 August 2018 19:08
Namun kinerja saham perseroan kurang memuaskan, sejak masuk dalam daftar LQ45 harga saham MEDC justru turun 12,75% menjadi Rp 890/saham.
Foto: ist
Jakarta, CNBC Indonesia - Saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) pada awal Agustus resmi tercatat masuk dalam daftar LQ45 atau 45 saham yang paling likuid. Namun kinerja saham perseroan kurang memuaskan, sejak masuk dalam daftar LQ45 harga saham MEDC justru turun 12,75% menjadi Rp 890/saham, dari harga Rp 1020/saham.

Awal bulan ini saham MEDC tertekan karena laba bersih semester I-2018 PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) turun 48,63% menjadi US$ 41,44 juta dari periode yang sama tahun lalu US$ 80,63 juta.

Penyebab utama penurunan laba atribusi induk tersebut adalah menanjaknya beban pajak penghasilan yang harus ditanggung perusahaan. Beban pajak tersebut naik 58,55% menjadi US$ 96,17 juta dari sebelumnya US$ 69,66 juta.

Pos dalam pajak penghasilan tersebut yang paling melonjak adalah beban pajak tangguhan anak usaha yang naik empat kali lipat, tepatnya naik 312,44% menjadi US$ 29,36 juta dari sebelumnya hanya US$ 7,12 juta.

Lalu apa upaya perseroan untuk membenahi kinerja? Dalam materi public expose perseroan memaparkan, saat ini produksi minyak perseroan tercatat naik 6,8% year on year (YoY) menjadi 33,1 million barrels oil equivalent per day (MBOEPD).

Produksi gas perseroan tercatat meningkat 9,3% yoy pada periode yang sama menjadi 263,7 million standard cubic feet per day (MMSCFD) pada periode yang sama.

Sedangkan harga realisasi rata-rata minyak senilai US$ 66,8 per barrel sepanjang semester I 2018 dan harga rata-rata gas sebesar US$ 6 per million britidh termal unit (MMBTU) pada periode yang sama.

Hingga saat ini, perseroan menargetkan untuk meningkatkan kapasitas produksi minyak dan gas nya hingga 100 MBOEPD dari rata-rata produksi yang dipertahankan sebesar 85 MBOEPD. Target penambahan produksi migas berasal dari kapasitas produksi migas Block A di Provinsi Aceh yang sudah dikomersialisasikan pada awal Agustus 2018.

Perseroan menargetkan meningkatkan penjualan komersial migas di Aceh pada kuartal III tahun ini. Selain itu, MEDC juga terus memonetisasi penemuan gas domestik serta menyelesaikan pengembangan proyek Senoro fase 2 FEED.

Pengembangan proyek Senoro Fase 2 tersebut diperkirakan daoat menambah produksi lebih dari 450 MMSCFD.

Selanjutnya melalui Medco Power Indonesia, perseroan mencatatkan kenaikan 28,4% yoy produksi listrik dengan kenaikan tarif listrik sebesar 56,3%. Selain itu kapasitas bruto naik menjadi 2.795 MW dengan beroperasinya Sarulla Geothermal (330 MW).

Selain itu, melalui Amman Mineral Nusa Tenggara mencatat penurunan 45,8% produksi tembaga menjadi 74 juta lbs pada semester I tahun ini. Sedangkan produksi emas juga turun 77,5% menjadi 35,6 k oz.

Selain daftar operasional bisnis dalam negeri, perseroan juga memiliki sekitar lima portofolio aset internasional migas yang tersebar di luar Indonesia.

Salah satunya berlokasi di negara Oman, melalui kontrak service untuk Karim Small Field dengan nilai partisipasi sebesar 51% dan blok eksplorasi (Blok 56) dengan nilai partisipasi sebesar 50%. Total produksi yang didapat dari lokasi tersbeut sebesar 8,0 MBOEPD.
(hps/hps) Next Article Bayar Utang, Medco Terbitkan Obligasi Rp 1,25 T

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular