Kenaikan Bunga Acuan Sampai RAPBN 2019 Gagal Angkat Rupiah

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
16 August 2018 16:52
Sentimen Domestik Tak Mampu Dongkrak Rupiah
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Sentimen kenaikan suku bunga acuan ternyata kurang cespleng untuk membuat rupiah perkasa. Kemarin, Bank Indonesia (BI) memutuskan menaikkan suku bunga acuan 7 Day Reverse Repo Rate menjadi 5,5%. Kenaikan ini diharapkan mampu membuat pasar keuangan Indonesia lebih atraktif, terutama untuk instrumen berpendapatan tetap (fixed income). 

Namun sampai saat ini harapan itu masih jauh panggang dari api. Arus modal masih belum mau hinggap ke Indonesia, termasuk di instrumen fixed income seperti obligasi. Imbal hasil (yield) obligasi negara cenderung naik, yang menandakan harga sedang turun akibat lesunya permintaan atau bahkan tekanan jual. 

Yield obligasi pemerintah Indonesia tenor 5 tahun naik 5 basis poin (bps). Sedangkan yield untuk tenor 10 tahun naik 0,2 bps, tenor 15 tahun naik 1 bps, dan tenor 30 tahun naik 1,1 bps. 

Padahal, kenaikan suku bunga acuan kemarin di luar ekspektasi pasar. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI masih menahan suku bunga acuan di 5,25%. Semestinya ada euforia di pasar, karena potensi tambahan cuan akibat kenaikan suku bunga acuan. 

Namun sampai saat ini euforia tersebut tidak terjadi. Yang ada malah aksi jual terhadap aset-aset berbasis rupiah, yang menyebabkan mata uang Tanah Air melemah. 

Melihat situasi global yang seharusnya kondusif bagi rupiah, pelemahan hari ini memang lebih kental diwarnai faktor domestik. Hari ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2019.  

Untuk tahun depan, pendapatan negara diperkirakan Rp 2.142,5 triliun sementara belanja negara adalah Rp 2.439,7 triliun. Sehingga defisit anggaran 2019 adalah Rp 297,2 triliun atau 1,84% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Seharusnya RAPBN 2019 juga direspons positif karena defisit anggaran ditargetkan rendah, paling rendah dalam 5 tahun terakhir. Artinya fiskal menjadi lebih sehat.

Namun lagi-lagi sentimen ini tidak mempan mendongkrak rupiah. Oleh karena itu, sejauh ini jawaban yang bisa diberikan atas depresiasi rupiah hanya satu: ambil untung alias profit taking.

Besok pasar keuangan Indonesia libur karena peringatan Hari Kemerdekaan, artinya ada libur panjang (long weekend). Investor pun keluar sejenak dari pasar karena dalam 3 hari ke depan tidak ada perdagangan.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular