Kenaikan Bunga Acuan Sampai RAPBN 2019 Gagal Angkat Rupiah

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
16 August 2018 16:52
Sebenarnya Dolar AS Sedang Defensif
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Mata uang Asia umumnya mampu memanfaatkan situasi dolar AS yang tengah tertekan. Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) melemah 0,13% pada pukul 16:23 WIB. 

Tekanan yang dialami dolar AS datang dari perkembangan positif hubungan AS dan China. Mengutip Reuters, delegasi dari Beijing akan bertandang ke Washington pada akhir bulan ini untuk membahas isu-isu perdagangan. 

Delegasi China akan dipimpin oleh Wang Shouwen, Wakil Menteri Perdagangan. Sementara AS akan diwakili oleh David Malpass, penasihat Kementerian Keuangan AS bidang perdagangan internasional. 

Friksi dagang AS vs China memang masih terjadi. Teranyar, China melaporkan kebijakan AS ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). China memprotes kebijakan AS yang memberi subsidi kepada perusahaan energi terbarukan dan menerapkan bea masuk untuk impor panel surya. Kebijakan ini dilakukan AS pada Januari 2018, dan menjadi kick-off dari pertandingan perang dagang. 

"AS telah melakukan distorsi terhadap pasar global dan mengusik kepentingan China. Oleh karena itu, China menempuh jalan penyelesaian sengketa di WTO untuk mempertahankan hak dan kepentingannya dalam menjaga ketertiban perdagangan multilateral," sebut pernyataan Kementerian Perdagangan China, dikutip dari Reuters. 

Namun dengan pembicaraan AS-China, diharapkan ada titik temu di antara mereka sehingga perselisihan bisa diselesaikan. Harapan itu membuat pelaku pasar optimistis, dan mulai berani mengambil risiko. 

Dana-dana pun mulai meninggalkan dolar AS dan menyebar ke berbagai penjuru. Termasuk ke pasar keuangan negara berkembang Asia. Situasi ini membuat mata uang Benua Kuning cenderung menguat, meski rupiah tertinggal di belakang. 

(aji/aji)
Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular