Akankah BI Naikkan Bunga Acuan Demi Selamatkan Rupiah?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 August 2018 12:40
Fokus Investor Terarah ke BI
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Sementara di dalam negeri, rilis data perdagangan internasional membuat pelaku pasar terkejut. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekspor tumbuh 19,33% secara tahunan (year-on-year/YoY). Sementara impor naik 31,56% YoY menjadi US$18,27 miliar. Sehingga defisit neraca perdagangan bulan lalu mencapai US$ 2,03 miliar, terdalam sejak 5 tahun terakhir. 

Defisit neraca perdagangan yang sangat dalam membuat transaksi berjalan (current account) pada kuartal III-2018 di ujung tanduk. Padahal pada kuartal sebelumnya, transaksi berjalan sudah mencatatkan defisit yang cukup dalam yaitu US$ 8,03 miliar atau 3,04% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Catatan tersebut merupakan yang terdalam sejak kuartal III-2014. 

Transaksi berjalan adalah bagian dari Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) bersama dengan transaksi modal dan finansial. NPI menggambarkan arus devisa yang masuk ke sebuah negara.  

Namun transaksi berjalan lebih mendapat perhatian. Sebab, transaksi berjalan mewakili arus devisa yang berasal dari ekspor-impor barang dan jasa. Devisa dari sektor ini lebih bertahan lama (sustain) dibandingkan modal asing portofolio di sektor keuangan alias hot money, yang bisa datang dan pergi sesuka hati. 

Ketika transaksi berjalan defisit, ada persepsi suatu mata uang kurang dukungan devisa yang memadai. Oleh karena itu, mata uang menjadi rentan melemah. 

Indonesia patut waspada ketika neraca perdagangan kembali defisit. Ini bisa menjadi sentimen negatif bagi rupiah, membuat ruang penguatan semakin tipis. 

Namun, pelemahan rupiah sampai saat ini masih tertahan karena pelaku pasar menantikan rilis data berikutnya yaitu suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) 7 Day Reverse Repo Rate. Konsensus pasar memperkirakan BI masih menahan suku bunga di 5,25%.

Namun dengan defisit neraca perdagangan yang sangat dalam (plus ancaman defisit transaksi berjalan), bukan tidak mungkin bank sentral tergerak hatinya untuk menaikkan suku bunga acuan. Langkah ini, jika ditempuh, bisa menjadi bantalan yang menahan arus modal keluar.

Oleh karena itu, suku bunga acuan akan sangat ditunggu oleh investor. Jika BI benar-benar menaikkan suku bunga acuan, maka bisa menjadi sentimen positif bagi rupiah karena meningkatkan potensi masuknya arus modal asing. 

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular