
Rupiah Melemah Terparah di Antara Negara Utama ASEAN
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
15 August 2018 12:34

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang Garuda terpuruk di antara negara-negara utama di Asia Tenggara hari ini, dengan mencatatkan pelemahan yang terburuk terhadap dolar Amerika Serikat (AS), yakni sebesar 0,34%.
Berikut data perdagangan pada Rabu (15/8/2018) Pukul 12:00 WIB, seperti yang dikutip dari Reuters:
Secara umum, mata uang anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Association of Southeast Asia Nations/ ASEAN) memang mayoritas lesu. Anjloknya mata uang lira di Turki memicu koreksi mata uang global karena investor khawatir instabilitas keuangan Turki menular.
Siang ini, pelemahan rupiah masih menjadi yang terparah terutama setelah neraca perdagangan Indonesia per Juli kembali mencatat defisit, senilai US$ 2,03 miliar.
Defisit terburuk sejak Juni 2013 ini dipicu impor barang konsumsi. Kondisi ini berbanding terbalik dari neraca perdagangan Juni 2018 yang surplus hingga US$ 1,74 miliar.
"Impor bahan konsumsi melesat 60,75% year-on-year (YoY). Di antaranya beras, apel dari China, daging dari India, dan beberapa jenis obat-obatan. Itu yang menyebabkan barang impor konsumsi kita naik," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto.
Sementara itu, impor barang modal dan bahan baku masing-masing meningkat 24,81% YoY dan 30,07% YoY. Secara kumulatif, total impor Januari-Juli naik 24,48% YoY, menjadi US$ 107,32 miliar. Di sisi lain, ekspor mencapai US$ 16,24 miliar atau meningkat 25,19% dibanding ekspor Juni 2018.
Demikian juga dibanding Juli 2017 meningkat 19,33%. Nilai impor yang meningkat tajam menyebabkan pertumbuhan ekspor tidak berarti dan berujung defisit perdagangan.
Kondisi ini direspon negatif investor asing di pasar saham. Per pukul 12:11 WIB, aksi jual asing telah mencapai Rp 156,58 miliar. Situasi ini semakin menenggalamkan posisi rupiah sebagai mata uang terlemah di kawasan ASEAN.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/roy) Next Article Sepekan Menguat 0,5% Lawan Dolar AS, Rupiah Jadi Raja Asia
Berikut data perdagangan pada Rabu (15/8/2018) Pukul 12:00 WIB, seperti yang dikutip dari Reuters:
Mata Uang | Bid Terakhir | Perubahan (%) |
Rupiah Indonesia | Rp 14.625 | (0,34) |
Ringgit Malaysia | MYR 4,10 | (0,15) |
Peso Filipina | PHP 53,48 | (0,11) |
Dolar Singapura | SG$ 1,37 | (0,15) |
Bath Thailand | THB 33,35 | (0,21) |
Dong Vietnam | VND 23.310,00 | 0,02 |
Secara umum, mata uang anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Association of Southeast Asia Nations/ ASEAN) memang mayoritas lesu. Anjloknya mata uang lira di Turki memicu koreksi mata uang global karena investor khawatir instabilitas keuangan Turki menular.
Defisit terburuk sejak Juni 2013 ini dipicu impor barang konsumsi. Kondisi ini berbanding terbalik dari neraca perdagangan Juni 2018 yang surplus hingga US$ 1,74 miliar.
"Impor bahan konsumsi melesat 60,75% year-on-year (YoY). Di antaranya beras, apel dari China, daging dari India, dan beberapa jenis obat-obatan. Itu yang menyebabkan barang impor konsumsi kita naik," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto.
Sementara itu, impor barang modal dan bahan baku masing-masing meningkat 24,81% YoY dan 30,07% YoY. Secara kumulatif, total impor Januari-Juli naik 24,48% YoY, menjadi US$ 107,32 miliar. Di sisi lain, ekspor mencapai US$ 16,24 miliar atau meningkat 25,19% dibanding ekspor Juni 2018.
Demikian juga dibanding Juli 2017 meningkat 19,33%. Nilai impor yang meningkat tajam menyebabkan pertumbuhan ekspor tidak berarti dan berujung defisit perdagangan.
Kondisi ini direspon negatif investor asing di pasar saham. Per pukul 12:11 WIB, aksi jual asing telah mencapai Rp 156,58 miliar. Situasi ini semakin menenggalamkan posisi rupiah sebagai mata uang terlemah di kawasan ASEAN.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/roy) Next Article Sepekan Menguat 0,5% Lawan Dolar AS, Rupiah Jadi Raja Asia
Most Popular