Ramalan Bank Asing Soal Rupiah: Masih 'Loyo' Hingga 2023

Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan nilai tukar rupiah di tahun depan diperkirakan masih akan dipengaruhi oleh gejolak eksternal, seperti resesi ekonomi yang akan terjadi di Amerika Serikat (AS) dan perlambatan ekonomi di China.
Bank UOB menjelaskan, kenaikan suku bunga Bank Sentral AS 75 bps berturut-turut, membuat dolar AS mengalami penguatan hingga 20% di sepanjang tahun ini.
Indeks Dolar AS (DXY) bahkan menyentuh 114,78 mencapai level tertinggi dalam dua dekade. Saat ini jelas, bahwa pendorong kenaikan dolar AS karena adanya kenaikan imbal hasil surat berharga negara di AS yang tiada henti.
"Jadi, jika inflasi AS mulai mereda dan menekan stabilitas keuangan, The Fed dapat melanjutkan untuk menurunkan suku bunga menjadi 50 bps pada bulan Desember diikuti dengan kenaikan 25 bps pada kuartal I-2023," jelas Bank UOB Quarterly Global Outlook Q1 2023, dikutip Senin (5/12/2022).
Sementara beban reli penguatan dolar AS diperkirakan akan berakhir dan normalisasi pergerakan dolar sepertinya tidak akan mudah.
Pun pertarungan The Fed melawan inflasi masih jauh dari kata selesai dan beberapa pembacaan inflasi yang lebih kuat dari perkiraan dapat menyalakan kembali penetapan kebijakan suku bunga yang tinggi.
"Di atas ekspektasi kami yang saat ini sebesar 4,75% hingga 5%," jelas UOB.
"Permintaan safe haven juga dapat membatasi penurunan dolar AS karena kekhawatiran resesi global menjadi fokus yang lebih besar di tahun 2023," jelas UOB lagi.
Sementara itu, pergerakan nilai tukar rupiah, diperkirakan masih akan mengalami pelemahan. Hal ini tak terlepas dari gangguan eksternal.
"Resesi ekonomi di negara maju dan kekhawatiran perlambatan China mulai meningkat lagi, IDR masih akan rentan terhadapĀ penurunan lebih lanjut," jelas UOB.
Bank UOB pun memproyeksikan posisi nilai tukar rupiah di tahun depan masih akan melemah, bahkan diperkirakan hingga mencapai di atas Rp 16.000/US$ di tahun depan.
"Ekspektasi kami tentang rupiah terhadap dolar AS yang lebih tinggi di masa mendatang, dengan prakiraan tidak berubah di Rp 15.900/US$ pada kuartal I-2023, kemudian berlanjut hingga Rp 16.000/US$ pada kuartal II-2023, serta Rp 16.000/US$ pada kuartal III-2023, dan Rp 16.200/US$ pada kuartal IV-2023," jelas UOB.
Adapun, nilai tukar rupiah akhirnya bangkit dari keterpurukan dalam beberapa hari terakhir. Dolar Amerika Serikat (AS) yang sebelumnya Rp 15.740 pada 29 November 2022, kini menjadi Rp 15.380 pada perdagangan hari ini, Senin (5/12/2022).
[Gambas:Video CNBC]
Pertama Sejak Mei, Rupiah Menguat 2 Hari Beruntun!
(cap/cap)