
Beban Naik, Laba ITMG Turun 2,2% jadi Rp 1,5 T
Tito Bosnia, CNBC Indonesia
15 August 2018 11:23

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 2,22% sepanjang semester I tahun ini menjadi US$ 102,95 juta (Rp 1,5 triliun). Padahal periode yang sama tahun lalu perseroan mencatatkan laba bersih senilai US$ 105,29 atau Rp 1,54 triliun.
Namun, pendapatan bersih perseroan tercatat meningkat 8,03% menjadi US$ 808,89 juta dibandingkan dengan pendapatan bersih pada semester I tahun lalu senilai US$ 748,78 juta. Pendapatan bersih tertinggi berasal dari pendapatan dengan pihak ketiga naik 10,34% menjadi US$ 739,32 juta.
Sementara itu, beban pokok pendapatan perseroan tercatat naik 8,75% dari sebelumnya US$ 536,24 juta pada semester I tahun lalu menjadi US$ 583,15 juta. Beban tertinggi berasal dari biaya penambangan yang meningkat 17,15% menjadi US$ 276,24 juta.
Liabilitas perseroan tercatat tumbuh 2,63% menjadi US$ 411,05 juta dibandingkan dengan liabilitas pada akhir 2017 senilai US$ 400,52 juta. Sedangkan ekuitas pada perseroan pada periode yang sama turun 6,21% menjadi US$ 898,6 juta.
Sementara aset perseroan tercatat turun 3,61% dari sebelumnya US$ 1,35 miliar pada akhir 2017 menjadi US$ 1,3 miliar pada semester I-2018.
Menyusul laporan keuangan yang di publikasikan perseroan, harga saham ITMG tercatat turun 300 poin (-1,16%) ke level harga Rp 25.600 per saham dalam perdagangan sesi I hari ini (10.52 WIB).
Kresna Sekuritas menilai saham ITMG menjadi salah satu saham yang perlu diperhatikan dalam perdagangan hari ini dengan rekomendasi buy (beli). Target price berada di level 30.000 sedangkan last price berada di level 25.900.
Kresna sekuritas menyatakan, peningkatan kerugian derivatif yang signifikan pada kuartal II 2018 yang mencapai US$ 15 juta sedangkan di kuartal I hanya US$ 6 juta dinilai telah merobohkan laba bersih perseroan pada semester I tahun ini.
Volume penjualan dan produksi perseroan pada semester I tahun ini turun 12% dan 8% setiap year on year (YoY) menjadi 9,6 juta ton dan 9,3 juta ton. Namun diperkirakan tercadi peningkatan pertumbuhan volume penjualan dan produksi pada kuartal selanjutnya masing-masing 18% dan 27% YoY.
Oleh karena itu, Kresna Sekuritas memperkirakan perseroan mampu meningkatkan volume penjualan hingga 22-23 juta ton hingga akhir tahun ini. Nilai tersebut berasal dari cadangan batu bara tambahan sebanyak 77 juta ton yang diraih perseroan paska akuisisi perusahaan tambang yang berlokasi di Kalimantan Tengah yaitu PT Nusa Perdana Resources (NPR).
(hps) Next Article Simak 9 Kabar Penting Sebelum Anda Cari Cuan di Pasar Saham
Namun, pendapatan bersih perseroan tercatat meningkat 8,03% menjadi US$ 808,89 juta dibandingkan dengan pendapatan bersih pada semester I tahun lalu senilai US$ 748,78 juta. Pendapatan bersih tertinggi berasal dari pendapatan dengan pihak ketiga naik 10,34% menjadi US$ 739,32 juta.
Sementara itu, beban pokok pendapatan perseroan tercatat naik 8,75% dari sebelumnya US$ 536,24 juta pada semester I tahun lalu menjadi US$ 583,15 juta. Beban tertinggi berasal dari biaya penambangan yang meningkat 17,15% menjadi US$ 276,24 juta.
Sementara aset perseroan tercatat turun 3,61% dari sebelumnya US$ 1,35 miliar pada akhir 2017 menjadi US$ 1,3 miliar pada semester I-2018.
Menyusul laporan keuangan yang di publikasikan perseroan, harga saham ITMG tercatat turun 300 poin (-1,16%) ke level harga Rp 25.600 per saham dalam perdagangan sesi I hari ini (10.52 WIB).
Kresna Sekuritas menilai saham ITMG menjadi salah satu saham yang perlu diperhatikan dalam perdagangan hari ini dengan rekomendasi buy (beli). Target price berada di level 30.000 sedangkan last price berada di level 25.900.
Kresna sekuritas menyatakan, peningkatan kerugian derivatif yang signifikan pada kuartal II 2018 yang mencapai US$ 15 juta sedangkan di kuartal I hanya US$ 6 juta dinilai telah merobohkan laba bersih perseroan pada semester I tahun ini.
Volume penjualan dan produksi perseroan pada semester I tahun ini turun 12% dan 8% setiap year on year (YoY) menjadi 9,6 juta ton dan 9,3 juta ton. Namun diperkirakan tercadi peningkatan pertumbuhan volume penjualan dan produksi pada kuartal selanjutnya masing-masing 18% dan 27% YoY.
Oleh karena itu, Kresna Sekuritas memperkirakan perseroan mampu meningkatkan volume penjualan hingga 22-23 juta ton hingga akhir tahun ini. Nilai tersebut berasal dari cadangan batu bara tambahan sebanyak 77 juta ton yang diraih perseroan paska akuisisi perusahaan tambang yang berlokasi di Kalimantan Tengah yaitu PT Nusa Perdana Resources (NPR).
(hps) Next Article Simak 9 Kabar Penting Sebelum Anda Cari Cuan di Pasar Saham
Most Popular