
Efek Krisis Turki Tak Luas, Bursa Tokyo Rebound 2,28%
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
14 August 2018 13:48

Tokyo, CNBC Indonesia - Indeks acuan Tokyo Nikkei melonjak lebih dari 2,2% pada hari Selasa (14/8/2018), merangkak naik dari penurunan di hari sebelumnya, karena investor mulai mengabaikan krisis Lira Turki.
Indeks acuan Nikkei 225, yang kehilangan lebih dari 2% pada hari Senin, naik 2,28% atau 498,65 poin, ditutup menjadi 22.356,08, menghentikan penurunan empat hari berturut-turut. Indeks Topix naik 1,63% atau 27,45 poin pada 1.710,95.
Lira Turki diperdagangkan pada 6,91 pada pukul 12:44 siang HK/SIN, setelah menyentuh rekor terendah pada hari Senin.
Lira turun 20% pada hari Jumat ketika ketegangan antara AS dan Turki meningkat pekan lalu. Ketegangan terjadi setelah tidak ada kemajuan yang dibuat mengenai penahanan pendeta AS Andrew Brunson, yang dituduh mendukung kelompok yang disalahkan atas kudeta yang terjadi pada tahun 2016 terhadap pemerintah Presiden Recep Tayyip Erdogan.
Secara luas telah ada konsensus bahwa risiko penularan dari krisis ekonomi Turki tidak mungkin menjadi signifikan untuk pasar di wilayah lain, termasuk pasar di negara berkembang.
"Risiko penularan EM (emerging market) ini hanya sentimen, bukan fundamental," kata David Lafferty, kepala strategi pasar di Natixis Investment Managers, dalam sebuah catatan, dilansir dari CNBC International.
(hps) Next Article Cantiknya Para Wanita Berkimono Saat Pembukaan Bursa Tokyo
Indeks acuan Nikkei 225, yang kehilangan lebih dari 2% pada hari Senin, naik 2,28% atau 498,65 poin, ditutup menjadi 22.356,08, menghentikan penurunan empat hari berturut-turut. Indeks Topix naik 1,63% atau 27,45 poin pada 1.710,95.
Lira Turki diperdagangkan pada 6,91 pada pukul 12:44 siang HK/SIN, setelah menyentuh rekor terendah pada hari Senin.
Secara luas telah ada konsensus bahwa risiko penularan dari krisis ekonomi Turki tidak mungkin menjadi signifikan untuk pasar di wilayah lain, termasuk pasar di negara berkembang.
"Risiko penularan EM (emerging market) ini hanya sentimen, bukan fundamental," kata David Lafferty, kepala strategi pasar di Natixis Investment Managers, dalam sebuah catatan, dilansir dari CNBC International.
(hps) Next Article Cantiknya Para Wanita Berkimono Saat Pembukaan Bursa Tokyo
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular