
Sri Mulyani: Inflasi Turki 15%, RI Hanya 3,5%
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
14 August 2018 13:42

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus tertekan. Mata uang Garuda terhadap greenback menembus level psikologis baru Rp 14.600/US$, dan hingga siang ini masih melanjutkan pelemahan.
Meskipun depresiasi nilai tukar rupiah sudah hampir menembus 8%, namun pemerintah masih merasa kondisi perekonomian secara keseluruhan masih bisa bertahan, dan tidak terlalu berpengaruh dari kondisi pelemahan tersebut.
"Kita tidak dalam situasi eksposurnya terhadap forex exchange itu sangat besar, karena waktu itu sudah dilakukan langkah-langkah seperti tahun 2015 waktu terjadi tapper tantrum," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Selasa (14/8/2018).
"Ada berbagai langkah untuk mengurangi eksposur dari perbankan, kita sudah lihat CAR, NPL mereka sendiri. Pembiayaan kita dari luar negeri juga dihitung secara hati-hati. Kalau ekonomi membutuhkan mata uang asing, kita akan sesuaikan strategi pembiayaannya."
Sri Mulyani pun membantah, pelemahan nilai tukar rupiah akan membawa kondisi perekonomian Indonesia bernasib seperti Turki. Menurutnya, ada perbedaan yang cukup signifikkan dari struktur ekonomi Indonesia dan Turki.
"Perbedaan yang sangat nyata, inflasi kita 3,5% kalau di Turki sudah di atas 15%. Growth kita 15% tapi tidak berhubungan dengan CAD yang tinggi seperti di Turki. utang dari sisi forex yang dilakukan perbankan, swasta, relatif terkontrol," jelasnya.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu mengaku optimis, bank sentral akan tetap menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Sementara di sisi lain, pemerintah akan ikut serta membantu agar ekonomi Indonesia tidak terlalu rentan akan gejolak eksternal.
"Sehingga tidak muncul vulnerability atau kerawanan," tegas Sri Mulyani.
(dru) Next Article Siap-siap, Rupiah Bakal Ungguli Kinerja Rupee di 2019
Meskipun depresiasi nilai tukar rupiah sudah hampir menembus 8%, namun pemerintah masih merasa kondisi perekonomian secara keseluruhan masih bisa bertahan, dan tidak terlalu berpengaruh dari kondisi pelemahan tersebut.
"Kita tidak dalam situasi eksposurnya terhadap forex exchange itu sangat besar, karena waktu itu sudah dilakukan langkah-langkah seperti tahun 2015 waktu terjadi tapper tantrum," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Selasa (14/8/2018).
Sri Mulyani pun membantah, pelemahan nilai tukar rupiah akan membawa kondisi perekonomian Indonesia bernasib seperti Turki. Menurutnya, ada perbedaan yang cukup signifikkan dari struktur ekonomi Indonesia dan Turki.
"Perbedaan yang sangat nyata, inflasi kita 3,5% kalau di Turki sudah di atas 15%. Growth kita 15% tapi tidak berhubungan dengan CAD yang tinggi seperti di Turki. utang dari sisi forex yang dilakukan perbankan, swasta, relatif terkontrol," jelasnya.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu mengaku optimis, bank sentral akan tetap menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Sementara di sisi lain, pemerintah akan ikut serta membantu agar ekonomi Indonesia tidak terlalu rentan akan gejolak eksternal.
"Sehingga tidak muncul vulnerability atau kerawanan," tegas Sri Mulyani.
(dru) Next Article Siap-siap, Rupiah Bakal Ungguli Kinerja Rupee di 2019
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular