Lengser dari Posisi Puncak, Rupiah Terlemah Kedua di Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 August 2018 16:45

Dolar AS memang masih enggan menginjak pedal rem. Pada pukul 16:28 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi dolar AS di hadapan enam mata uang utama) menguat 0,11%.
Investor tengah dibuat defensif menyikapi perkembangan terbaru, utamanya dari Turki. Pelaku pasar semakin mencemaskan nilai tukar lira Turki yang terus melemah.
Pada pukul 16:30 WIB, lira melemah 6,29% terhadap dolar AS. Sebenarnya agak membaik karena akhir pekan lalu depresiasinya mencapai 15,97%.
Ketika lira terus melemah, dikhawatirkan utang luar negeri perusahaan-perusahaan di Turki membengkak. Dalam satu titik, potensi gagal bayar (default) massal pun tidak bisa diabaikan.
Jika default itu terjadi, maka dampaknya bisa meluas. Sebab, perusahaan-perusahaan asal Turki banyak meminjam uang di bank luar negeri.
Data dari Bank for Internasional Settlements (BIS) menunjukkan, perbankan di Spanyol meminjamkan US$ 83,3 miliar kepada perusahaan Turki. Sementara perbankan Prancis mengutangi US$ 38,4 miliar, Italia US$ 17 miliar, dan Inggris US$ 19,2 miliar.
Tidak hanya di Eropa, bank-bank AS dan Jepang juga banyak meminjamkan uang ke perusahaan di Turki. Utang perusahaan Turki di perbankan AS mencapai US$ 18 miliar dan di Jepang US$ 14 miliar.
Oleh karena itu, pasar mencemaskan akan terjadi efek penularan (contagion effect) terhadap sistem keuangan global. Risiko ini yang kemudian membuat investor memasang mode risk-off, ogah mengambil risiko.
Jika tidak menempatkan dana di instrumen berisiko seperti pasar saham negara berkembang, maka tujuan investor adalah aset- aset aman (safe haven). Ini yang menyebabkan yen Jepang masih mampu menguat, karena statusnya sebagai safe haven bersama franc Swiss dan emas.
Namun dalam kadar tertentu, dolar AS pun bisa berlaku sebagai safe haven karena dinilai aman dan juga menjanjikan imbal hasil tinggi akibat potensi kenaikan suku bunga acuan. The Federal Reserve/The Fed diperkirakan lebih agresif dengan menaikkan suku bunga acuan empat kali sepanjang 2018, lebih banyak dibandingkan perkiraan awal yaitu tiga kali.
Hasil dari berbagai dinamika tersebut adalah dolar AS mampu menjadi raja di Asia. Namun tidak di hadapan yen.
(aji/aji)
Investor tengah dibuat defensif menyikapi perkembangan terbaru, utamanya dari Turki. Pelaku pasar semakin mencemaskan nilai tukar lira Turki yang terus melemah.
Pada pukul 16:30 WIB, lira melemah 6,29% terhadap dolar AS. Sebenarnya agak membaik karena akhir pekan lalu depresiasinya mencapai 15,97%.
Jika default itu terjadi, maka dampaknya bisa meluas. Sebab, perusahaan-perusahaan asal Turki banyak meminjam uang di bank luar negeri.
Data dari Bank for Internasional Settlements (BIS) menunjukkan, perbankan di Spanyol meminjamkan US$ 83,3 miliar kepada perusahaan Turki. Sementara perbankan Prancis mengutangi US$ 38,4 miliar, Italia US$ 17 miliar, dan Inggris US$ 19,2 miliar.
Tidak hanya di Eropa, bank-bank AS dan Jepang juga banyak meminjamkan uang ke perusahaan di Turki. Utang perusahaan Turki di perbankan AS mencapai US$ 18 miliar dan di Jepang US$ 14 miliar.
Oleh karena itu, pasar mencemaskan akan terjadi efek penularan (contagion effect) terhadap sistem keuangan global. Risiko ini yang kemudian membuat investor memasang mode risk-off, ogah mengambil risiko.
Jika tidak menempatkan dana di instrumen berisiko seperti pasar saham negara berkembang, maka tujuan investor adalah aset- aset aman (safe haven). Ini yang menyebabkan yen Jepang masih mampu menguat, karena statusnya sebagai safe haven bersama franc Swiss dan emas.
Namun dalam kadar tertentu, dolar AS pun bisa berlaku sebagai safe haven karena dinilai aman dan juga menjanjikan imbal hasil tinggi akibat potensi kenaikan suku bunga acuan. The Federal Reserve/The Fed diperkirakan lebih agresif dengan menaikkan suku bunga acuan empat kali sepanjang 2018, lebih banyak dibandingkan perkiraan awal yaitu tiga kali.
Hasil dari berbagai dinamika tersebut adalah dolar AS mampu menjadi raja di Asia. Namun tidak di hadapan yen.
(aji/aji)
Next Page
Data Neraca Pembayaran Bebani Rupiah
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular