CAD Bengkak & Krisis Turki Bisa Kerek Bunga Acuan BI 50 Bps?

Herdaru Purnomo, CNBC Indonesia
13 August 2018 15:04
Bank Indonesia (BI) akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 14-15 Agustus 2018.
Foto: REUTERS/Murad Sezer
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 14-15 Agustus 2018. Krisis Lira di Turki bisa saja mempercepat bank sentral untuk menaikkan bunga acuannya dalam RDG besok.

Dalam stance moneternya, bank sentral masih menegaskan 'hawkish'. Dengan kata lain, ketika sesuatu terjadi di global maka Bank Indonesia (BI) siap kapan saja menaikkan bunganya.

Perhitungan bank sentral lebih kepada perang dagang dan aksi The Fed [Bank Sentral AS] yang dalam konsensus siap menaikkan bunga pada September dan Desember 2018.

Head of Wealth Management & Retail Digital Business Bank Commonwealth, Ivan Jaya menjelaskan beberapa poin yang memang perlu diperhatikan oleh investor saat ini.

"Pertama adalah kebijakan The Fed yang masih akan menaikkan suku bunganya kemungkinan di bulan September dan Desember dan diikuti dengan kenaikan suku bunga Bank Indonesia, volatilitas rupiah terhadap dolar AS, masih berlanjutnya isu perang dagang Amerika Serikat dan Tiongkok, serta kondisi politik dalam negeri terkait dengan penetapan calon Presiden dan Wakil Presiden Indonesia," katanya di Jakarta, Senin (13/8/2018).

Namun hal yang terjadi saat ini memperparah keadaan rupiah. Krisis di Turki membuat nilai rupiah jatuh. Kemudian, pengumuman soal defisit transaksi berjalan (CAD) yang melebar hingga 3% pasti menjadi dua fokus utama dalam RDG bank sentral.

Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo melalui pesan singkatnya kepada CNBC Indonesia mengaku sudah menyiapkan berbagai langkah untuk menstabilisasi nilai tukar rupiah.

"Langkah-langkah stabilisasi nilai tukar yang dilakukan selama ini akan terus dilakukan in front yaitu melalui kombinasi dual intervention di pasar valas dan obligasi," kata Dody.

"[...] Kenaikan suku bunga kebijakan, dan gradual depresiasi rupiah sesuai dengan nilai fundamentalnya," tegas dia.

Beberapa analis yang dihubungi CNBC Indonesia dalam pollingnya masih berpandangan BI 7-Day RR tak akan berubah di 5,25%. Namun beberapa bankir justru mengatakan obat dari pelemahan rupiah adalah kenaikan bunga acuan BI lagi.

Presiden Direktur PT Bank Mayapada International Tbk (MAYA) Hariyono Tjahjarijadi mengungkapkan, untuk mengurangi dampak negatif pelemahan rupiah terhadap perbankan, BI sebaiknya memang menaikkan suku bunga acuan.

"Supaya dampaknya tidak terlalu besar ke perbankan," ujar dia kepada CNBC Indonesia, Senin (13/8/2018).

Adapun besaran peningkatannya mencapai 25-50 basis poin (bps). "Tapi saya yakin BI memiliki hitungan yang akurat,"kata dia.

Sementara itu, Peneliti Senior dari Institute Development for Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto menagatakan, sejauh ini, depresiasi nilai tukar rupiah sejauh ini masih cukup aman terhadap perbankan."Beberapa minggu lalu memang sempat di atas Rp 14.500/US$, namun perbankan secara umum masih oke," papar dia.

Dia memperkirakan, minggu depan efek dari krisis Turki sudah bisa lebih terkendali. Namun demikian, dampak terhadap nilai tukar rupiah ini tidak oleh berlangsung terus-menerus.

Akankah Bank Indonesia menaikkan bunganya pada RDG besok? Mari kita tunggu lebih jauh.



(dru) Next Article Sudah Habis-habisan, BI: Ruang Pelonggaran Kini Terbatas!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular