
Setalah Berkoalisi dengan RBA, Siapa Lagi yang Dibidik BI?
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
09 August 2018 17:43

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) telah memperpanjang perjanjian bilateral currency swap agreement (BCSA) dengan bank sentral Australia (RBA). Seharusnya BCSA tersebut berakhir pada Desember 2018.
Melalui kerjasama ini, Indonesia diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS karena mekanisme perdagangan antar kedua negara bisa menggunakan mata uang lokal.
Selain negeri Kanguru, BI sejatinya sudah memiliki kesepakatan pertukaran mata uang dengan sejumlah negara lain, sebagai barisan pertahanan pertama menghadang tekanan eksternal.
Misalnya, seperti dengan Jepang, Korea Selatan, maupun Chiang Mai Initiative Multilateralization (CMIM) agreement dengan tiga negara seperti Jepang, China, dan Korea.
Setelah Australia, siapa lagi yang dibidik bank sentral untuk meneken kerjasama mengurangi ketergantungan dolar AS?
Direktur Departemen Internasional BI Erwin Haryono mengungkapkan, pada tahap selanjutnya bank sentral akan memperbaharui perjanjian pertukaran dengan China. Hal tersebut, sudah dalam pembahasan.
"Kami ada dengan China, dan dalam tahap pembahasan tentang arrangement," jelas Erwin di sela-sela konferensi pers, Kamis (9/8/2018).
Meski demikian, Erwin tak berbicara lebih jauh apakah pembaharuan kerjasama ini sama seperti yang dilakukan kepada RBA. Sebab, Indonesia memang pernah menekan perjanjian bilateral dengan China
Pada periode 2009 lalu, BI menekan perjanjian BCSA dengan bank sentral China senilai Rp 175 triliun selama 3 tahun. Pada waktu itu, perjanjian diteken oleh Gubernur BI Boediono.
Terlepas dari hal itu, Erwin mengatakan, bahwa selain perjanjian bilateral, BI juga memiliki perjanjian local currency settlement dengan negara lain untuk mempekuat barisan pertahanan dalam negeri.
"Kita ada local currency settlment dengan negara lain seperti bank sentral Malaysia dan Bank of Thailand," jelasnya.
(dru) Next Article Tok! BI Rate Diputuskan Tetap 5,75%
Melalui kerjasama ini, Indonesia diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS karena mekanisme perdagangan antar kedua negara bisa menggunakan mata uang lokal.
Selain negeri Kanguru, BI sejatinya sudah memiliki kesepakatan pertukaran mata uang dengan sejumlah negara lain, sebagai barisan pertahanan pertama menghadang tekanan eksternal.
Setelah Australia, siapa lagi yang dibidik bank sentral untuk meneken kerjasama mengurangi ketergantungan dolar AS?
Direktur Departemen Internasional BI Erwin Haryono mengungkapkan, pada tahap selanjutnya bank sentral akan memperbaharui perjanjian pertukaran dengan China. Hal tersebut, sudah dalam pembahasan.
"Kami ada dengan China, dan dalam tahap pembahasan tentang arrangement," jelas Erwin di sela-sela konferensi pers, Kamis (9/8/2018).
Meski demikian, Erwin tak berbicara lebih jauh apakah pembaharuan kerjasama ini sama seperti yang dilakukan kepada RBA. Sebab, Indonesia memang pernah menekan perjanjian bilateral dengan China
Pada periode 2009 lalu, BI menekan perjanjian BCSA dengan bank sentral China senilai Rp 175 triliun selama 3 tahun. Pada waktu itu, perjanjian diteken oleh Gubernur BI Boediono.
Terlepas dari hal itu, Erwin mengatakan, bahwa selain perjanjian bilateral, BI juga memiliki perjanjian local currency settlement dengan negara lain untuk mempekuat barisan pertahanan dalam negeri.
"Kita ada local currency settlment dengan negara lain seperti bank sentral Malaysia dan Bank of Thailand," jelasnya.
(dru) Next Article Tok! BI Rate Diputuskan Tetap 5,75%
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular