Koalisi BI-RBA Jadikan Rupiah Terkuat Kedua di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
09 August 2018 16:54
Koalisi BI-RBA Jadikan Rupiah Terkuat Kedua di Asia
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali ditutup menguat. Dengan begitu, rupiah berhasil terapresiasi dalam empat hari perdagangan terakhir.

Pada Kamis (9/8/2018), US$ 1 kala penutupan pasar spot berada di Rp 14.405. Rupiah menguat 0,17% dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya. Pencapaian hari ini membuat rupiah menguat sejak awal pekan ini.

Rupiah sudah menguat 0,03% kala pembukaan pasar. Tidak lama setelah pembukaan, penguatan rupiah habis dan berada di posisi Rp 14.430/US$, sama dengan penutupan perdagangan kemarin.

Namun terpelesetnya rupiah ternyata tidak lama. Rupiah berhasil bangkit dan menekan dolar AS, bahkan greenback sempat berada di bawah Rp 14.400.

Posisi terkuat rupiah berada di Rp 14.390/US$. Sementara terlemahnya adalah Rp 14.435/US$.



Sementara di Asia, dolar AS juga cenderung melemah. Mata uang Asia dengan apresiasi paling tajam adalah yuan China, sementara rupiah berada di posisi kedua.

Berikut perkembangan mata uang utama Asia di hadapan dolar AS pada pukul 16:11 WIB:



Sejatinya dolar AS sedang menguat. Pada pukul 16:21 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) menguat 0,19%.

Penguatan dolar AS ditunjang oleh komentar Thomas Barkin, Presiden The Federal Reserve/The Fed Richmond. Menurutnya perekonomian Negeri Paman Sam masih sanggup menerima kenaikan suku bunga acuan lebih lanjut. Menurut Barkin, saat ini suku bunga acuan AS masih di bawah level normal.

“Sulit untuk beradu argumen apakah suku bunga yang di bawah normal seperti sekarang masih memadai di tengah rendahnya angka pengangguran dan inflasi sudah mencapai target The Fed,” kata Barkin, mengutip Reuters.

Komentar ini semakin menebalkan keyakinan pasar bahwa The Fed akan lebih agresif dalam menaikkan suku bunga. Hingga akhir tahun, The Fed diperkirakan masih menaikkan suku bunga acuan dua kali lagi sehingga menjadi empat kali sepanjang 2018. Lebih banyak ketimbang perkiraan sebelumnya yaitu tiga kali sepanjang tahun ini.

Menurut CME Fedwatch, probabilitas kenaikan suku bunga acuan AS pada rapat The Fed bulan depan mencapai 96%. Kenaikan berikutnya diprediksi terjadi pada Desember, dengan kemungkinan 68,4%.

Ditopang berita kenaikan suku bunga yang lebih agresif, dolar AS pun bangun dari tidurnya. Di hadapan mata uang utama dunia, greenback mengaum dan terapresiasi setelah tertekan dalam dua hari ke belakang.

Oleh karena itu, faktor pendorong penguatan rupiah lebih karena kontribusi domestik. Pertama adalah perpanjangan perjanjian Bilateral Local Swap Agreement (BLSA) antara Bank Indonesia (BI) dengan Bank Sentral Australia (RBA).

Perjanjian ini sejatinya berakhir pada Desember 2018, tetapi kemudian diperpanjang selama 3 tahun ke depan. Melalui perjanjian ini, bank sentral kedua negara menyepakati pertukaran mata uang domestik hingga mencapai AU$ 100 miliar atau sekira Rp 100 triliun. BI akan menyediakan fasilitas likuiditas dolar Australia yang bisa digunakan dunia usaha.

Australia merupakan salah satu mitra dagang terbesar Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, nilai ekspor Indonesia ke Australia pada semester I-2018 adalah US$ 1,06 miliar. Melonjak 15,17% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Sementara di sisi impor, produk-produk Australia yang masuk ke Indonesia adalah US$ 2,33 miliar. Dengan begitu, Indonesia mencatatkan defisit US% 1,27 miliar.

Produk-produk Australia yang banyak masuk ke Indonesia adalah barang-barang strategis yang untuk saat ini mau tidak mau harus diimpor. Misalnya minyak mentah, yang sebesar US$ 354,39 juta. Kemudian gandum dan produk turunannya yaitu US$ 314,02 juta.

Dengan kemitraan BI-RBA, Indonesia akan mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS karena berdagang dengan Negeri Kanguru bisa menggunakan mata uang lokal. Ini merupakan kabar baik karena devisa yang 'terbang' ke luar negeri bisa ditekan sehingga rupiah bisa lebih stabil.

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular