Koalisi BI-RBA Jadikan Rupiah Terkuat Kedua di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
09 August 2018 16:54
Koalisi BI-Bank Sentral Australia Selamatkan Rupiah
Foto: Reuters/ David Gray
Oleh karena itu, faktor pendorong penguatan rupiah lebih karena kontribusi domestik. Pertama adalah perpanjangan perjanjian Bilateral Local Swap Agreement (BLSA) antara Bank Indonesia (BI) dengan Bank Sentral Australia (RBA).

Perjanjian ini sejatinya berakhir pada Desember 2018, tetapi kemudian diperpanjang selama 3 tahun ke depan. Melalui perjanjian ini, bank sentral kedua negara menyepakati pertukaran mata uang domestik hingga mencapai AU$ 100 miliar atau sekira Rp 100 triliun. BI akan menyediakan fasilitas likuiditas dolar Australia yang bisa digunakan dunia usaha.

Australia merupakan salah satu mitra dagang terbesar Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, nilai ekspor Indonesia ke Australia pada semester I-2018 adalah US$ 1,06 miliar. Melonjak 15,17% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Sementara di sisi impor, produk-produk Australia yang masuk ke Indonesia adalah US$ 2,33 miliar. Dengan begitu, Indonesia mencatatkan defisit US% 1,27 miliar.

Produk-produk Australia yang banyak masuk ke Indonesia adalah barang-barang strategis yang untuk saat ini mau tidak mau harus diimpor. Misalnya minyak mentah, yang sebesar US$ 354,39 juta. Kemudian gandum dan produk turunannya yaitu US$ 314,02 juta.

Dengan kemitraan BI-RBA, Indonesia akan mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS karena berdagang dengan Negeri Kanguru bisa menggunakan mata uang lokal. Ini merupakan kabar baik karena devisa yang 'terbang' ke luar negeri bisa ditekan sehingga rupiah bisa lebih stabil.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular