Analisis Teknikal

Anak Usaha Masuk Tambang Emas, Begini Tren Teknikal UNTR

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
09 August 2018 15:15
Harga batu bara melemah menyusul surutnya permintaan China. Secara teknikal, saham PT United Tractors Tbk (UNTR) berpeluang tertekan.
Foto: CNBC Indonesia/Monica Ramadhona Wareza
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara melemah selama 3 hari berturut-turut, menyusul surutnya permintaan dari China. Secara teknikal, saham PT United Tractors Tbk (UNTR) pun berpeluang tertekan hingga pekan depan.

Harga batu bara pada kontrak acuan ICE Newcastle ditutup melemah sebesar 0,09% ke US$115,9/ton pada perdagangan Rabu (08/08/2018). Koreksi terjadi setelah permintaan dari China menurun akibat terlewatinya puncak musim panas tahun ini, ditambah melemahnya mata uang Yuan China.

Jika dilihat dari awal tahun, harga batu bara masih terhitung tinggi membagikan berkah bagi saham tambang batu bara nasional dengan terdongkraknya kinerja keuangan, termasuk anak usaha astra yang bergerak di bidang penjualan alat berat serta jasa pertambangan yaitu United Tractors Tbk (UNTR).

Sampai berita ini diturunkan UNTR diperdagangkan pada harga Rp36.650 per unit (+1,8%) naik 650 poin, kenaikan tersebut disebabkan dipengaruhi aksi korporasi anak usaha UNTR yaitu PT Pamapersada Nusantara yang dikabarkan membeli tambang emas Martabe dari Rio Tinto.

Bagaimana prediksi pergerakan harga saham UNTR di bursa dilihat dari kaca mata analisis teknikal?  Tim Riset CNBC Indonesia menyajikannya untuk anda. 
Saham UNTR Berpotensi Turun Pekan DepanSumber: Reuters
Saham UNTR cenderung bergerak menyamping (sideways) dengan titik penghalang (resistance) diperkirakan berada pada level 38.000 dan titik penopang (support) diperkirakan berada pada level 32.000.

Mengacu pada beberapa indikator teknikal, UNTR masih terbuka penguatan pekan ini terlihat dari indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (moving average convergence divergence/ MACD) yang membentuk pola persilangan emas (golden cross).

Namun, pekan depan UNTR berpotensi mengalami penurunan harga, merujuk pada indikator teknikal stochastic slow UNTR yang mendekati jenuh belinya (overbought) meski masih berada pada area netral.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags) Next Article Saham CPIN Mulai Bangkit, Setelah Didera Koreksi Hingga 14%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular