BI-Bank Sentral Australia Bikin Rupiah Terkuat Ketiga di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
09 August 2018 12:56
Dolar AS Balik Kanan
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Dolar AS yang semula perkasa justru balik kanan dan melemah. Mata uang Negeri Paman Sam tertekan karena menguatnya berbagai mata uang utama.

Yuan berhasil terapresiasi karena penetapan nilai tengah dari Bank Sentral China (PBoC). Hari ini, PBoC menetapkan nilai tengah yuan di CNY 6,8317/US$. Sedikit lebih kuat dibandingkan posisi penutupan perdagangan kemarin yaitu CNY 6,8318/US$.

Sementara mata uang yen Jepang menguat karena banyak diburu pasar. Ini tidak lepas dari status yen sebagai instrumen safe haven. Kala sedang terjadi 'huru-hara', investor memang cenderung mengamankan dana di instrumen safe haven dan salah satunya adalah yen.

Risiko besar saat ini adalah perang dagang yang memanas. China mengumumkan akan memberlakukan bea masuk baru sebesar 25% bagi importasi produk-produk AS senilai US$ 16 miliar. Beberapa produk yang akan terkena bea masuk tersebut adalah bahan bakar minyak (BBM), produk baja, kendaraan bermotor, dan peralatan kesehatan. Total ada 333 produk made in USA yang menjadi korban.

Kementerian Perdagangan China menyebutkan bea masuk baru ini mulai berlaku efektif pada 23 Agustus. Pada hari yang sama, AS memang berencana mengenakan bea masuk 25% untuk importasi produk China sebesar US$ 16 miliar.

Perang dagang adalah isu yang sangat besar dan bisa mempengaruhi mood pasar secara signifikan. Sebab, perang dagang sama saja mempertaruhkan kelancaran arus perdagangan dan pertumbuhan ekonomi dunia. Kala perdagangan dan pertumbuhan ekonomi di ujung tanduk, tidak heran investor dibuat kalang-kabut.

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular