
Perang Dagang dan Dinamika Politik Bawa IHSG ke Zona Merah
Houtmand P Saragih & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
09 August 2018 12:28

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,06% pada akhir sesi 1 ke level 6.091,48. Sepanjang perdagangan, IHSG beberapa kali mondar-mandir diantara zona hijau dan merah. Di sisi lain, bursa saham utama kawasan Asia diperdagangkan bervariasi: indeks Nikkei melemah 0,15%, indeks Kospi melemah 0,23%, indeks Shanghai naik 1,78%, dan indeks Hang Seng naik 0,9%.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 3,49 triliun dengan volume sebanyak 4,33 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 240.085 kali.
Sentimen perang dagang terbukti lebih dominan dalam mendikte pergerakan IHSG sampai akhir sesi 1. Kemarin (8/8/2018), China mengumumkan bea masuk sebesar 25% bagi importasi produk-produk AS senilai US$ 16 miliar. Beberapa produk yang akan terkena bea masuk tersebut adalah bahan bakar minyak (BBM), produk baja, kendaraan bermotor, dan peralatan kesehatan. Total ada 333 produk asal AS yang menjadi korban.
Kementerian Perdagangan China menyebutkan bahwa bea masuk ini akan mulai berlaku pada 23 Agustus mendatang, hari yang sama dengan pengenaan bea masuk 25% terhadap US$ 16 miliar produk impor asal China oleh AS. Jadi, kebijakan China tersebut merupakan balasan atas serangan dari Negeri Paman Sam.
Pada pagi hari ini, data inflasi China periode Juli diumumkan di level 2,1% YoY, lebih tinggi dibandingkan konsensus yang dihimpun oleh Reuters sebesar 1,9% YoY. Perang dagang dengan AS akan membuat tekanan inflasi semakin besar dan mengancam tingkat konsumsi masyarakat China.
Jika ini yang terjadi, laju perekonomian global menjadi taruhannya.
Lebih lanjut, langkah AS yang menyasar ekspor Indonesia juga membuat investor gelisah dan memasang mode defensif dengan meninggalkan pasar saham. Seperti yang diketahui sebelumnya, Negeri Paman Sam tengah mengurus perizinan kepada World Trade Organization (WTO) untuk menaikkan bea masuk bagi produk-produk ekspor asal Indonesia senilai US$ 350 juta, termasuk produk-produk poultry.
Langkah ini diambil AS lantaran Indonesia dianggap gagal menaati perintah dari WTO untuk menghapus sejumlah restriksi bagi impor produk-produk agrikultur asal AS. Tenggat waktu bagi Indonesia untuk mematuhi perintah WTO tersebut adalah pada 22 Juli silam.
Di sisi lain, laju IHSG tertolong oleh saham PT United Tractors Tbk/UNTR (+2,91%) dan PT Astra International Tbk/ASII (+0,67%). Kenaikan harga saham UNTR ditopang oleh rencana aksi korporasi yang akan membawa perusahaan masuk ke bisnis pertambangan emas.
Mengutip Bloomberg, UNTR yang kini bergerak di bidang penjualan alat berat serta jasa pertambangan tersebut berencana melakukan ekspansi ke sektor pertambangan emas dengan mengambil alih saham PT Agincourt Resources sebanyak 95% dari Agincourt Resources Pte.
UNTR akan mengambil alih PT Agincourt Resources melalui anak usahanya yakni PT Danusa Tambang Nusantara. Nilai transaksi tersebut mencapai US$ 918 juta.
Hingga kini, waktu penyelesaian transaksi tersebut belum diketahui secara pasti.
Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian seperti saat ini, harga emas memang memiliki kecenderungan untuk menguat. Sepanjang tahun ini, harga emas COMEX kontrak pengiriman bulan Agustus sudah turun sebesar 7,2%.
Seiring dengan terus memanasnya perang dagang antara AS dengan China, ketidakpastian mengenai Brexit, serta hubungan AS dengan Korea Utara yang kembali memanas, instrumen emas bisa menjadi pilihan dari investor guna meraup cuan setidaknya sampai dengan akhir tahun.
Akibatnya, aksi korporasi yang akan dilakukan oleh UNTR dengan masuk ke bisnis pertambangan emas direspon positif oleh investor.
Saham ASII selaku induk usaha dari UNTR pun ikut terkerek naik oleh berita ini.
Lebih lanjut, sentimen positif bagi IHSG datang dari kesepakatan antara Bank Indonesia (BI) dan bank sentral Australia yakni Reserve Bank of Australia (RBA) untuk memperbarui bilateral local currency swap agreement yang akan berakhir pada Desember mendatang. Kerjasama tersebut diperbarui sampai dengan 3 tahun kedepan.
Melalui kerjasama ini, kedua bank sentral bisa bertukar mata uang domestik senilai AUD 10 miliar atau Rp 100 triliun. Kerjasama ini bertujuan untuk mendorong perdagangan antar kedua negara dengan menggunakan mata uang lokal untuk penyelesaian transaksinya. Pada akhirnya, ketergantungan terhadap dolar AS menjadi bisa dikurangi dan mengurangi tekanan terhadap rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank) Next Article IHSG Berpotensi Lanjutkan Reli Positif Karena Damai AS-China
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 3,49 triliun dengan volume sebanyak 4,33 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 240.085 kali.
Sentimen perang dagang terbukti lebih dominan dalam mendikte pergerakan IHSG sampai akhir sesi 1. Kemarin (8/8/2018), China mengumumkan bea masuk sebesar 25% bagi importasi produk-produk AS senilai US$ 16 miliar. Beberapa produk yang akan terkena bea masuk tersebut adalah bahan bakar minyak (BBM), produk baja, kendaraan bermotor, dan peralatan kesehatan. Total ada 333 produk asal AS yang menjadi korban.
Pada pagi hari ini, data inflasi China periode Juli diumumkan di level 2,1% YoY, lebih tinggi dibandingkan konsensus yang dihimpun oleh Reuters sebesar 1,9% YoY. Perang dagang dengan AS akan membuat tekanan inflasi semakin besar dan mengancam tingkat konsumsi masyarakat China.
Jika ini yang terjadi, laju perekonomian global menjadi taruhannya.
Lebih lanjut, langkah AS yang menyasar ekspor Indonesia juga membuat investor gelisah dan memasang mode defensif dengan meninggalkan pasar saham. Seperti yang diketahui sebelumnya, Negeri Paman Sam tengah mengurus perizinan kepada World Trade Organization (WTO) untuk menaikkan bea masuk bagi produk-produk ekspor asal Indonesia senilai US$ 350 juta, termasuk produk-produk poultry.
Langkah ini diambil AS lantaran Indonesia dianggap gagal menaati perintah dari WTO untuk menghapus sejumlah restriksi bagi impor produk-produk agrikultur asal AS. Tenggat waktu bagi Indonesia untuk mematuhi perintah WTO tersebut adalah pada 22 Juli silam.
Di sisi lain, laju IHSG tertolong oleh saham PT United Tractors Tbk/UNTR (+2,91%) dan PT Astra International Tbk/ASII (+0,67%). Kenaikan harga saham UNTR ditopang oleh rencana aksi korporasi yang akan membawa perusahaan masuk ke bisnis pertambangan emas.
Mengutip Bloomberg, UNTR yang kini bergerak di bidang penjualan alat berat serta jasa pertambangan tersebut berencana melakukan ekspansi ke sektor pertambangan emas dengan mengambil alih saham PT Agincourt Resources sebanyak 95% dari Agincourt Resources Pte.
UNTR akan mengambil alih PT Agincourt Resources melalui anak usahanya yakni PT Danusa Tambang Nusantara. Nilai transaksi tersebut mencapai US$ 918 juta.
Hingga kini, waktu penyelesaian transaksi tersebut belum diketahui secara pasti.
Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian seperti saat ini, harga emas memang memiliki kecenderungan untuk menguat. Sepanjang tahun ini, harga emas COMEX kontrak pengiriman bulan Agustus sudah turun sebesar 7,2%.
Seiring dengan terus memanasnya perang dagang antara AS dengan China, ketidakpastian mengenai Brexit, serta hubungan AS dengan Korea Utara yang kembali memanas, instrumen emas bisa menjadi pilihan dari investor guna meraup cuan setidaknya sampai dengan akhir tahun.
Akibatnya, aksi korporasi yang akan dilakukan oleh UNTR dengan masuk ke bisnis pertambangan emas direspon positif oleh investor.
Saham ASII selaku induk usaha dari UNTR pun ikut terkerek naik oleh berita ini.
Lebih lanjut, sentimen positif bagi IHSG datang dari kesepakatan antara Bank Indonesia (BI) dan bank sentral Australia yakni Reserve Bank of Australia (RBA) untuk memperbarui bilateral local currency swap agreement yang akan berakhir pada Desember mendatang. Kerjasama tersebut diperbarui sampai dengan 3 tahun kedepan.
Melalui kerjasama ini, kedua bank sentral bisa bertukar mata uang domestik senilai AUD 10 miliar atau Rp 100 triliun. Kerjasama ini bertujuan untuk mendorong perdagangan antar kedua negara dengan menggunakan mata uang lokal untuk penyelesaian transaksinya. Pada akhirnya, ketergantungan terhadap dolar AS menjadi bisa dikurangi dan mengurangi tekanan terhadap rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank) Next Article IHSG Berpotensi Lanjutkan Reli Positif Karena Damai AS-China
Most Popular