
Dihantui Perang Dagang, Bursa Saham Asia Kebakaran
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
08 August 2018 17:23

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia ditutup di zona merah pada perdagangan hari ini: indeks Nikkei turun 0,08%, indeks Shanghai anjlok 1,23%, dan indeks Strait Times melemah 0,4%. Sementara itu, indeks Hang Seng menguat 0,39% dan indeks Kospi menguat 0,06%.
Sentimen negatif bagi bursa saham kawasan Asia datang dari rilis data ekspor-impor China periode Juli. Sepanjang Juli, surplus neraca perdagangan antara China dengan AS turun menjadi US$ 28,1 miliar, dari yang sebelumnya US$ 28,9 miliar pada bulan Juni. Hal ini lantas mengindikasikan bahwa perang dagang antar kedua negara sudah benar-benar memperngaruhi sektor riil.
Sebagai catatan, pada 6 Juli silam pemerintahan AS telah resmi mengenakan bea masuk 25% bagi produk impor asal China senilai US$ 34 miliar. Hal ini lantas memicu kebijakan serupa dari kubu Beijing.
Sementara itu, menipisnya surplus dagang sepertinya sulit untuk membuat pihak AS menjadi melunak. Melansir AFP, pada hari Selasa waktu setempat (7/8/2018) pejabat pemerintahan AS mengatakan bahwa pihaknya akan mengenakan tarif senilai 25% bagi senilai US$ 16 miliar produk impor asal China pada 23 Agustus. Sebanyak 279 produk akan disasar oleh AS.
Pihak China sebelumnya sudah menegaskan akan mengambil langkah balasan sejenis jika AS tak juga mundur dari rencananya.
Kemudian, tekanan juga datang dari nilai tukar yuan yang melemah. Sampai dengan sekitar akhir perdagangan bursa saham Asia, yuan melemah 0,09% di pasar spot melawan dolar AS. Sementara di pasar offshore, yuan melemah hingga 0,26%.
Langkah pemerintah dan bank sentral China untuk menahan laju pelemahan yuan terbukti belum begitu ampuh; kemarin, yuan diperdagangkan menguat. Ketika yuan terus melemah, ada kekhawatiran bahwa stabilitas perekonomian China selaku negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia akan goyah dan menghantam laju perekonomian global.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(roy) Next Article Libur Imlek, Bursa Saham Jepang Dibuka Cerah
Sentimen negatif bagi bursa saham kawasan Asia datang dari rilis data ekspor-impor China periode Juli. Sepanjang Juli, surplus neraca perdagangan antara China dengan AS turun menjadi US$ 28,1 miliar, dari yang sebelumnya US$ 28,9 miliar pada bulan Juni. Hal ini lantas mengindikasikan bahwa perang dagang antar kedua negara sudah benar-benar memperngaruhi sektor riil.
Pihak China sebelumnya sudah menegaskan akan mengambil langkah balasan sejenis jika AS tak juga mundur dari rencananya.
Kemudian, tekanan juga datang dari nilai tukar yuan yang melemah. Sampai dengan sekitar akhir perdagangan bursa saham Asia, yuan melemah 0,09% di pasar spot melawan dolar AS. Sementara di pasar offshore, yuan melemah hingga 0,26%.
Langkah pemerintah dan bank sentral China untuk menahan laju pelemahan yuan terbukti belum begitu ampuh; kemarin, yuan diperdagangkan menguat. Ketika yuan terus melemah, ada kekhawatiran bahwa stabilitas perekonomian China selaku negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia akan goyah dan menghantam laju perekonomian global.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(roy) Next Article Libur Imlek, Bursa Saham Jepang Dibuka Cerah
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular