
Dolar AS Tekan Tombol Pause, Rupiah Berbalik Menguat
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
07 August 2018 17:00

Setelah menguat dalam periode yang cukup panjang, akhirnya dolar menekan tombol pause. Pada pukul 16:19 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama) melemah 0.25%.
Namun pelemahan ini belum menghapus apresiasi dolar AS dalam beberapa waktu terakhir. Dalam sepekan ke belakang, Dollar Index masih menguat 0,68%. Sedangkan dalam kurun waktu sebulan terakhir, indeks ini naik 1,17% dan sejak awal tahun melaju 3,27%.
Dolar AS sepertinya sudah kehabisan tenaga untuk melanjutkan pendakian. Berbagai data sudah keluar, rapat The Federal Reserve/The Fed masih cukup lama, belum ada alasan kuat bagi investor untuk terus memburu greenback.
Didasari oleh penguatannya yang sudah cukup lama dan tajam, sepertinya pelaku pasar memutuskan untuk keluar dulu dari dolar AS dan instrumen-instrumen berbasis mata uang ini. Investor pun merealisasikan keuntungan alias profit taking.
Buktinya adalah kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS. Untuk tenor 5 tahun, yield obligasi pemerintah AS naik 1,2 basis poin (bps) ke 2,8159%. Sementara yield tenor 10 tahun naik 1,3 bps menjadi 2,9506% dan 30 tahun naik 1,4 bps ke 3,095%. Kenaikan yield merupakan cerminan penurunan harga akibat aksi jual investor.
Aliran modal ini kemudian mengarah ke Asia. Bursa saham utama Asia kompak berakhir di teritori positif karena derasnya arus modal asing. Indeks Nikkei 225 naik 0,69%, Hang Seng melesat 1,54%, Shanghai Composite meroket 2,74%, Kospi menguat 0,6%, dan Straits Time lompat 1,66%.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memang ditutup melemah 0,16%. Namun pelemahan ini membaik dibandingkan dengan penutupan Sesi I yang mencapai 0,27%. Investor asing juga membukukan beli bersih Rp 105,79 miliar.
Sementara di pasar obligasi, arus modal masuk terlihat dari penurunan yield obligasi. Untuk tenor 5 tahun, yield turun 3,3 bps menjadi 7,674%, 10 tahun turun 1,5 bps ke 7,786%, 15 tahun turun 2,1 bps menjadi 8,131%, 20 tahun turun 0,6 bps ke 8,474%, dan 30 tahun turun 0,1 bps menjadi 8,462%.
Lelang sukuk pemerintah atau Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) juga lumayan sukses. Dalam lelang 6 seri SBSN hari ini, pemerintah berhasil meraup Rp 5,17 triliun. Lebih tinggi dibandingkan target indikatif yang sebesar Rp 4 triliun.
Meski aliran modal ini belum mampu mengangkat IHSG, tetapi berhasil membawa rupiah keluar dari area depresiasi. Rupiah pun bergabung dengan berbagai mata uang utama Asia yang mampu membalikkan kedudukan di hadapan greenback.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Namun pelemahan ini belum menghapus apresiasi dolar AS dalam beberapa waktu terakhir. Dalam sepekan ke belakang, Dollar Index masih menguat 0,68%. Sedangkan dalam kurun waktu sebulan terakhir, indeks ini naik 1,17% dan sejak awal tahun melaju 3,27%.
Didasari oleh penguatannya yang sudah cukup lama dan tajam, sepertinya pelaku pasar memutuskan untuk keluar dulu dari dolar AS dan instrumen-instrumen berbasis mata uang ini. Investor pun merealisasikan keuntungan alias profit taking.
Buktinya adalah kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS. Untuk tenor 5 tahun, yield obligasi pemerintah AS naik 1,2 basis poin (bps) ke 2,8159%. Sementara yield tenor 10 tahun naik 1,3 bps menjadi 2,9506% dan 30 tahun naik 1,4 bps ke 3,095%. Kenaikan yield merupakan cerminan penurunan harga akibat aksi jual investor.
Aliran modal ini kemudian mengarah ke Asia. Bursa saham utama Asia kompak berakhir di teritori positif karena derasnya arus modal asing. Indeks Nikkei 225 naik 0,69%, Hang Seng melesat 1,54%, Shanghai Composite meroket 2,74%, Kospi menguat 0,6%, dan Straits Time lompat 1,66%.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memang ditutup melemah 0,16%. Namun pelemahan ini membaik dibandingkan dengan penutupan Sesi I yang mencapai 0,27%. Investor asing juga membukukan beli bersih Rp 105,79 miliar.
Sementara di pasar obligasi, arus modal masuk terlihat dari penurunan yield obligasi. Untuk tenor 5 tahun, yield turun 3,3 bps menjadi 7,674%, 10 tahun turun 1,5 bps ke 7,786%, 15 tahun turun 2,1 bps menjadi 8,131%, 20 tahun turun 0,6 bps ke 8,474%, dan 30 tahun turun 0,1 bps menjadi 8,462%.
Lelang sukuk pemerintah atau Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) juga lumayan sukses. Dalam lelang 6 seri SBSN hari ini, pemerintah berhasil meraup Rp 5,17 triliun. Lebih tinggi dibandingkan target indikatif yang sebesar Rp 4 triliun.
Meski aliran modal ini belum mampu mengangkat IHSG, tetapi berhasil membawa rupiah keluar dari area depresiasi. Rupiah pun bergabung dengan berbagai mata uang utama Asia yang mampu membalikkan kedudukan di hadapan greenback.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Most Popular