Dolar AS Tekan Tombol Pause, Rupiah Berbalik Menguat

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
07 August 2018 17:00
Dolar AS Tekan Tombol Pause, Rupiah Berbalik Menguat
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berhasil ditutup menguat pada perdagangan hari ini. Rupiah yang awalnya cenderung melemah berhasil membalikkan keadaan, sama seperti berbagai mata uang utama Asia. 

Pada Selasa (7/8/2018), US$ 1 pada penutupan pasar spot berada di posisi Rp 14.435. Rupiah menguat 0,21% dibandingkan penutupan perdagangan sehari sebelumnya. Ini membuat rupiah menguat selama 2 hari perdagangan beruntun. 

Rupiah melemah 0,11% kala pembukaan pasar. Tidak lama selepas pembukaan pasar, depresiasi rupiah agak lebih dalam. 

Namun jelang tengah hari, pelemahan rupiah mulai menipis. Sampai pada akhirnya rupiah mampu mengakhiri hari di teritori positif. 

Untuk perdagangan hari ini, posisi terlemah rupiah berada di Rp 14.488/US$. Sedangkan terkuatnya ada di Rp 14.429/US$. 



Tidak hanya rupiah, berbagai mata uang Asia pun menguat dalam kisaran yang lumayan tajam. Apresiasi tertinggi dialami oleh yuan China. Namun hal ini sepertinya terkait dengan kebijakan Bank Sentral China (PBoC) yang menguatkan nilai tengah yuan. Hari ini, kurs tengah yuan berada di CNY 6,8431/US$ atau menguat  0,12% dibandingkan hari sebelumnya. 

Berikut perkembangan mata uang Asia di hadapan dolar AS pada pukul 16:19 WIB:  



Setelah menguat dalam periode yang cukup panjang, akhirnya dolar menekan tombol pause. Pada pukul 16:19 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama) melemah 0.25%. 

Namun pelemahan ini belum menghapus apresiasi dolar AS dalam beberapa waktu terakhir. Dalam sepekan ke belakang, Dollar Index masih menguat 0,68%. Sedangkan dalam kurun waktu sebulan terakhir, indeks ini naik 1,17% dan sejak awal tahun melaju 3,27%. 



Dolar AS sepertinya sudah kehabisan tenaga untuk melanjutkan pendakian. Berbagai data sudah keluar, rapat The Federal Reserve/The Fed masih cukup lama, belum ada alasan kuat bagi investor untuk terus memburu greenback

Didasari oleh penguatannya yang sudah cukup lama dan tajam, sepertinya pelaku pasar memutuskan untuk keluar dulu dari dolar AS dan instrumen-instrumen berbasis mata uang ini. Investor pun merealisasikan keuntungan alias profit taking.

Buktinya adalah kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS. Untuk tenor 5 tahun, yield obligasi pemerintah AS naik 1,2 basis poin (bps) ke 2,8159%. Sementara yield tenor 10 tahun naik 1,3 bps menjadi 2,9506% dan 30 tahun naik 1,4 bps ke 3,095%. Kenaikan yield merupakan cerminan penurunan harga akibat aksi jual investor. 

Aliran modal ini kemudian mengarah ke Asia. Bursa saham utama Asia kompak berakhir di teritori positif karena derasnya arus modal asing. Indeks Nikkei 225 naik 0,69%, Hang Seng melesat 1,54%, Shanghai Composite meroket 2,74%, Kospi menguat 0,6%, dan Straits Time lompat 1,66%. 

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memang ditutup melemah 0,16%. Namun pelemahan ini membaik dibandingkan dengan penutupan Sesi I yang mencapai 0,27%. Investor asing juga membukukan beli bersih Rp 105,79 miliar. 

Sementara di pasar obligasi, arus modal masuk terlihat dari penurunan yield obligasi. Untuk tenor 5 tahun, yield turun 3,3 bps menjadi 7,674%, 10 tahun turun 1,5 bps ke 7,786%, 15 tahun turun 2,1 bps menjadi 8,131%, 20 tahun turun 0,6 bps ke 8,474%, dan 30 tahun turun 0,1 bps menjadi 8,462%. 

Lelang sukuk pemerintah atau Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) juga lumayan sukses. Dalam lelang 6 seri SBSN hari ini, pemerintah berhasil meraup Rp 5,17 triliun. Lebih tinggi dibandingkan target indikatif yang sebesar Rp 4 triliun. 

Meski aliran modal ini belum mampu mengangkat IHSG, tetapi berhasil membawa rupiah keluar dari area depresiasi. Rupiah pun bergabung dengan berbagai mata uang utama Asia yang mampu membalikkan kedudukan di hadapan greenback.

TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Rupiah Dekati Rp 15.000/US$, Begini Kondisi Money Changer

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular