Tumbuh 5,27%, Awan Hitam Masih Menyelimuti Ekonomi Indonesia

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
07 August 2018 06:51
Melesatnya ekonomi Indonesia lebih didukung dari faktor musiman.
Foto: CNBC Indonesia/Lidya Julita S
Jakarta, CNBC Indonesia - Untuk kali pertama dalam kurun waktu 4 tahun terakhir di pemerintahan era Presiden Joko Widodo, Indonesia berhasil memacu pertumbuhan ekonomi 5,27%.

Konsumsi rumah tangga tumbuh hingga 5,14%, atau tertinggi sejak kuartal II-2014, serta beberapa indikator lain yang bersumber dari pengeluaran maupun produksi menjadi alasan melesatnya perekonomian di kuartal II.

Bahkan, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dibuat terngangah dengan realisasi tersebut, lantaran pada periode April-Juni pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan hanya tumbuh 5,17%.

"Kalau sekarang 5,27%, angkanya lebih tinggi. Overall, saya happy dengan data itu," ungkap bendahara negara sumringah ketika dikonfirmasi usai rapat di Istana Merdeka.

Maklum saja, ketika konsumsi rumah tangga membaik, muncul harapan aktivitas perekonomian akan berjalan optimal. Apalagi, konsumsi masyarakat menyumbang 55,43% dari produk domestik bruto (PDB).

Namun, harus diakui awan hitam masih menyelimuti akselerasi perekonomian dalam sisa dua kuartal terakhir. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut sebenarnya lebih karena faktor musiman.

Misalnya, sektor pertanian yang tumbuh mengesankan lantaran pergeseran musim tanam, momen ramadan dan perayaan Idul Fitri, sampai dengan momentum Piala Dunia hingga kontestasi politik hingga 2019.

Faktor-faktor tersebut - yang kemungkinan tak lagi terjadi dalam 6 bulan ke depan - bisa saja menjadi pemberat laju perekonomian. Belum lagi, ditambah dengan sejumlah tantangan yang harus dihadapi.

Antara lain, risiko kenaikan bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang diperkirakan akan kembali terjadi, pelemahan nilai tukar rupiah, sampai dengan risiko perang dagang AS vs China.

Pemerintah pun memahami, investasi menjadi kunci utama meningkatkan geliat ekonomi nasional. Pemerintah belum puas, pertumbuhan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) kuartal II hanya 5,87%.

"Ini di bawah yang kami harapkan, karena sudah 3 kuartal berturut-turut PMTB 7%. Sekarang tiba-tiba di bawah 6%," kata Sri Mulyani.

Sementara itu, pemerintah masih menaruh harapan besar dari pagelaran Asian Games, pertemuan tahunan IMF - Wprld Bank, sampai dengan pesta demokrasi jelang tahun politik untuk mempertahankan konsumsi.

Bahkan, pemerintah telah berulang kali menegaskan bahwa prioritas dalam jangka pendek adalah memperbaiki defisit neraca perdagangan melalui pengurangan impor.

Komitmen tersebut, patut diancungi jempol untuk saat ini. Akan tetapi, pemerintah harus benar-benar sadar bahwa awan hitam masih menyelimuti akselerasi perekonomian Indonesia di sisa tahun ini.

"Ada beberapa challenge seperti dampak pelemahan rupiah terhadap industri, dampak kenaikan bunga moneter, investor yang wait and see di tahun politik," ungkap Ekonom Maybank Myrdal Gunarto.

"Belum lagi, antisipasi dampak perang dagang terhadap perekonomian Indonesia, seperti pelemahan yuan, pelemahan ekonomi China, dan penurunan kontribusi ekspor ke AS," sambungnya.
(hps) Next Article BKPM: Investasi Loyo Penyebab PDB 2018 'Hanya' Tumbuh 5,17%

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular